MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Minggu, 31 Maret 2019

Relationship Goals (Part 3) : Saling? Coba Deh Memberi Tanpa Mengharapkan Balasan

Happiness is *Have a nice day, love.. I really like the Tango dancing photos you send me ☺ *Loooveee it, so beautiful .. ❤❤❤

foto: pinterest

Banyak orang berargumen bahwa suatu hubungan itu harus saling. Jangan hanya berada pada satu sisi. Misal, saling mencintai, saling menjaga, saling bercerita dan saling saling lainnya. Tapi tau kah kamu, jika prinsip saling yang terus menerus ada dalam pikiran, maka akan timbul rasa 'menuntut'. Iya, menuntut pasangan alias menunggu pasangan melakukan hal yang persis sama dengan apa yang sudah kita lakukan pada mereka. Sambil tentu ada rasa kecewa didalamnya. Mungkin menimbulkan harapan bahwa pasangan pun seharusnya melakukan hal yang sama. Atau minimal melakukan hal yang serupa. Jatuhnya seperti hitung hitungan dengan apa yang sudah kita beri/perjuangkan untuk pasangan. Sudah tau kan jika harapan itu bisa membunuhmu sewaktu-waktu?

Dari satu sisi, akupun setuju agar memilki suatu hubungan yang sehat dengan pasangan tentu rasa saling diperlukan. Saling intropkesi jika sedang bertengkar, saling memberikan dukungan/support kepada pasangan dan bentuk saling lainnya.

Tapi eh tapi, jagan sampe nih terlena dengan rasa menuntut pasangan ya. Masih ingat kan tulisan Relationship Goals (Part 2) : Duniaku dan Dunia 'Tanpa Aku'  disana akupun membahas tentang 'tanpa tuntutan' dalam menjalani hubungan sehat dengan pasangan. Ketika tujuan kita digeser dan dirubah menjadi lebih sederhana yaitu membuat dia bahagia (but first, you are happy before) apa yang sedang dan akan kamu lakukan, memang tujuannya itu. Tulus dari dalam hati, bukan hanya memberi berdasarkan apa yang sudah dia beri. Misal kaya ke undangan nikah (posisi kalian sudah menikah). Si A kasih 100ribu saat kalian nikah, maka ketika si A nikah kamu pun memberi dengan nilai yang sama. Jadi selama proses kamu sedang-akan otak kamu mulai hitung hitungan, apa yang sudah pasangan kamu beri selama ini, patut kah dia dikasih lebih dan lebih? Terus aja dipikirkan sampai dijadikan beban. Dijadikan pertanyaan setiap harinya. Dan akhirnya ga fokus atau optimal mengeluarkan rasa untuk memberi kebahagiaan/kebaikan kepada pasangan.

Aku setuju sekali pernyataan "kalo kamu baik, aku akan lebih baik pun sebaliknya kalo kamu jahat, ku akan lebih jahat" tapi eh tapi coba deh untuk belajar tulus dalam bersikap. Tanpa ada niat 'mendapatkan lebih' setelahnya. Memberi kebaikan tanpa harapan diberi kebaikan kembali. Memberi senyuman tanpa harapan diberi senyum balik. Biar Allah Yang Maha Besar yang berhitung kebaikan yang sudah kamu lakukan akan dibalas kapan dan oleh siapa.

Kenapa ini dianggap penting untuk memiliki hubungan yang sehat? Karena kamu dan pasangan kamu mungkin tidak saling tau apa yang sudah atau sedang diperjuangkan untuk memberi sesuatu kepada pasangan. Misal kamu fokus beri perhatian, eh pasanganmu sekarang sedang fokus beri tenaga untuk tugas kuliah/kerjaanmu. Maka ujungnya kamu merasa pasangan kamu ada minusnya. Apa minusnya? Yaitu pasanganmu tidak memberikan perhatian balik, padahal kamu sudah berkorban banyak hal memberikan dia perhatian. Disatu sisi, kamu tidak sadar sudah dibantu tugas kuliah/kerjaan. See? Karena saling itu tidak perlu ada objek yang sama dalam waktu bersamaan. Ingat, setiap orang punya sudut pandang dan skala priotitas yang berbeda.

Nah, ketika kamu sudah memberi kebaikan/kebahagiaan secara tulus tanpa tuntutan kepada pasanganmu, maka percaya deh pasanganmu akan melakukan hal yang sama bahkan lebih (jika keduanya memiliki prinsip yang sama ya, coba deh ajak pasanganmu membahas ini). Setelah itu, kamu pun akan berusaha beri dia kebaikan/kebahagiaan lebih, dan pasangan kamu pun melakukan hal yang sama. Begitu seterusnya. Berlomba dalam membuat pasangan bahagia, bukankah itu lebih menyenangkan? Daripada berlomba menuntut sudah apa yang kamu beri kepada pasangan, yang akhirnya dijadikan alasan untuk memberi makan ego lalu bertengkar?

Masih ingat kan film Stand By Me Doraemon, saat Nobita sudah besar dan ditanya oleh Ayahnya Shizuka kenapa ingin menikah dengan Shizuka. Jawaban Nobita sederhana, tidak ingin menunjukan kelebihan yang dipunya atau rencana indah masa depan dengan Shizuka, tapi jawaban seperti "Aku ingin membahagiakan Shizuka". Sederhana dan lagi lagi mengena :)

Jadi, selamat memberikan kebahagiaan atau kebaikan pada pasangan. Tanpa paksaan atau tuntutan. Inget ya, bukan hanya saling tapi memberi kebahagiaan kepada pasangan tanpa mengharapkan balasan.



Semoga menginspirasi!

Jakarta, 31 Maret 2019



0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.