MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Jumat, 30 Desember 2016

Alternatif Buntung Liburan di Pulau "Untung" Jawa

foto : koleksi pribadi


"Maaf kapal nya udah berangkat tadi pagi"

"Kapal yang berangkat siang gak ada Pak?"

"Kapal selalu berangkat jam setengah 7 pagi dari sini (muara angke)"

"Loh bukan nya ini lagi long weekend? Bukannya biasanya ada keberangkatan yang siang juga?" (suara agak memaksa)

"Engga ada..."

"hmm....Kalo spead boat yang dari Ancol masih ada?" 
(ini harganya lumayan mahal, tapi daripada ga ada sama sekali)

"Kalo spead boat dari Ancol baru aja berangkat, 5 menit yang lalu"

(liat jam, tepat jam 10 pagi)

"Besok lagi aja kesini, ikut kapal yang jam setengah 7 pagi...."

(mikir dan bingung) 

"Nginep aja disini, aman kok" Yang satunya menambahkan

"Ga ada alternatif lain pak? 
saya harus naik dimana yang kapal untuk nyebrang pulau nya masih ada jam segini?"

"Coba ke Pelabuhan Tanjung Pasir daerah Tanggerang, setiap jam ada penyebrangan ke Pulau. Pulau Untung Jawa namanya, tapi ga sebagus Pulau Semak Daun. Jarak dari sini ke Pelabuhan Tanjung Pasir kurang lebih 1 jam"

"Ayo kita kesana!!"


Rencana indah backpackeran ke Pulau Semak Daun dan nge-camp disana pupus sudah dikarenan kita 'kekurangan waktu' dalam mengejar kapal penyebrangan di Muara Angke. Padahal aku sudah kontak-kontakan dengan Ibu Linda di Pulau Pramuka sana. Untuk ikut sewa perahu+snorkeling+camp di semak daun. Hal ini dikarenakan kesalahan aku dalam membaca jadwal kapal. Memang ada 2 waktu keberangkatan dalam satu hari. Jam 06.30 dan 13.00. Tetapi yang jam 13.00 adalah jadwal keberangkatan dari pulau ke pelabuhan Muara Angke bukan sebaliknya -_____-

Pembelajaran banget, harus lebih teliti dalam mencari informasi. Dan lebih cerdasnya, temenku percaya saja padaku dan dia tidak ikut mencari informasi sebelumnya. Padahal kan aku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dalam membaca jadwal jam kapal berangkat :(

Loket nya udah tutup :(

Jam 10.30 duduk di Muara Angke, mengusap keringat di dahi. Jakarta (selalu) panas! Memutar otak dan mencari informasi pulau lainnya yang masih bisa didatangi dengan menyebarang pulau di siang hari seperti ini. Dan sepakat lah kita untuk mengikuti solusi dari Bapak penjaga tiket tadi, Pulau Untung Jawa. Yang sama sekali kita gatau wujud nya seperti apa. Cukup 15 menit bagi kami untuk 'kepo' di google, cari informasi sana sini dan menghubungi salah satu kapten kapal di Pelabuhan Tanjung Pasir (No Hp nya dapet dari google) namanya Kapten Yasin untuk kroscek kapal penyebarangan paling sore jam berapa. Karena sudah jauh-jauh kesana takutnya kapal nya udah berangkat lagi. Dia bilang ada sampai jam 3 sore. Maka saat itu juga, detik juga jam 11.30 kita pesen grab car ke sana.

Agak gambling sih, takutnya pantai disana tidak sesuai dengan ekspetasi kita. Ga bisa nge-camp. Karena yang paling penting tempat itu bisa dipake buat nge-camp. Karena tujuan awal aku liburan kali ini, nge-camp di pantai. Bukan tinggal di homestay. Tapi aku mencoba menikmati semuanya. Deg-deg an nya. Gatau jalan nya. Mencoba optimis masih kebagian kapal dan berharap Kapten Yasin tidak berbohong. Sampai tertidur pulas di dalam grab car.

Jam 13.00 sampailah di pelabuhan Tanjung Pasir. Harus bayar masuk per-orang nya Rp 10.000,- dan menyebrang pulau dengan harga Rp 25.000,-/orang. Pantai disana kotor. Air nya coklat. Sampah dimana-mana. Telen ludah. Kayaknya Pantai Untung Jawa gajauh beda sama ini, dikarenakan Untung Jawa adalah pulau yang paling dekat dengan Pulau Jawa. Belum lagi ditambah air di Untung Jawa kadang bersih kadang kotor. Tarik napas dalem-dalem tapi gak lupa ngeluarin, karena kalo lupa ngeluarin nanti mati dong? :p

Jam 13.30 sampailah kita di Pulau Untung Jawa. Air nya lumayan bersih. Tempatnya gak terlalu rame. Ini sih point penting nya, karena aku liburan bukan untuk melihat orang orang yang bejubel tapi untuk makin dekat dengan alam dan makin dekat juga dengan kamu #ciyeh Dan sesuai petunjuk di blog yang aku baca, dari turun perahu kita ambil kanan ke arah Pantai Sakura. Tempat yang biasa dipake untuk nge-camp. Setelah solat zuhur dan mengisi perut dengan nasi dan rendang ayam (Rp 15.000,-), kita memutuskan untuk jalan jalan melihat keadaan pulau ini seperti apa.

Keadaan di perahu untuk nyebrang ke Pulau Untung Jawa

Sumpah ayam rendang nya enak, cuman Rp 15.000,-


Setelah turun di dermaga timur, ambil kanan ya

Pantai Sakura, tempat kita mendirikan tenda

Dan pemirsah tau apa yang kami lihat disana? Pemandangan disana cukup worth it dan tidak mengecewakan bagi kami yang sudah ketinggal kapal dan (hampir) gajadi liburannya. Tempatnya gak terlalu rame. Ombak tidak besar, mungkin karena bukan pantai selatan dan di tengah sana ada batu batu berjajar untuk memecah ombak kali ya? Banyak yang mancing juga. Dan beberapa jalan sedang di renovasi. Gak terlalu bersih dan ga kotor juga. Tapi suasan nya sangat cocok untuk mengasingkan diri sejenak dari Ibukota. Jadi pas bagi kita. Tidak lebih dan tidak kurang. Pas di hati juga, kaya kamu :)))) Anyway, Pulau Untung Jawa ini masih bagian dari Kepulauan Seribu, it means masih di wilayah DKI Jakarta.













Lagi cari kerang untuk di jadikan santapan makan malam

Eskrim campina, harga Rp 2.000,-






Setelah puas jalan-jalan dengan keril yang masih menempel manis di punggung lalu foto-foto. Kita memilih spot untuk mendirikan tenda. Dimana spot tersebut harus deket dengan 2 pohon yang bisa dipasang hammock. Jarak tenda ke air laut gak sampai 15 meter, yang artinya kalo tiba tiba malam hari air pasang, sudah lah game over hehe Setelah mendirikan tenda, tiduran di hammock sambil dengerin lagu Indie. Jam 5 sore kita jalan jalan untuk menikmati senja. Cari spot yang paling sempurna disana. Lagi-lagi siapa sangka, Untung Jawa yang kami pilih di menit menit terakhir memiliki senja yang berhasil memikat hati. Perpaduan dengan angin laut, deburan ombak dan burung yang terbang berbarengan di langit menambah ke-eksotis-an senja saat itu. Damai. Tenang. Bahagia. Bersyukur. Dan gak lupa untuk selfie :)

Setelah menikmati senja yang apik. Bintang yang bertaburan dilangit sepertinya tak mau kalah membuatku bahagia di Untung Jawa kala itu. Langit saat itu cerah, teramat sangat cerah. Tiduran diatas pasir sambil memandang langit yang penuh bintang. Sesekali suara ombak terdengar. Ditemani keripik pisang dan secangkir kopi yang airnya di masak dari kompor portable. Padahal di belakang kami jelas jelas ada warung. Tapi tentu saja, rencana dari awal camping di pinggir pantai. Masak di pinggir pantai. Maaf yah Pak, malam itu kami menolak jajan di warungmu :p

Berbicara banyak hal, ini adalah moment paling berkualitas menurutku saat itu. Menjauhkan gadget. Menikmati apa yang ada di depan mata. Rasanya oksigen disana jauh lebih dahsyat dari setiap harinya aku hirup. Dan tak lupa musik menemani kami mengagumi alam semesta yang ada di sekitar. Setelah puas berbincang, dan makan malam dengan mie yang di masak dari kompor portable, aku pun masuk tenda untuk pertama kali nya tidur di atas pasir pantai. Bermalam disana dan seolah-olah tidur pun aku tetap menyatu dengan alam. Angin diluar cukup kencang, tapi di dalam tenda cukup hangat. Apalagi perasaan didalam hati yang senang bukan kepalang. Akhirnya keinginan ku untuk nge-camp di pantai terwujud di penghujung tahun 2016 ini. Terimakasih Tuhan, Terimakasih.









Jam 05.00 langsung aku keluar tenda, melihat lukisan langit yang (lagi-lagi) sangat menawan. Selesai solat subuh, langsung aku jalan jalan menikmati suasana pagi disana. Matahari terbit saat itu sama indahnya dengan senja kemarin sore. Sudah banyak yang memancing. Dan aku hanya perlu duduk disana, mendengarkan lagu Banda Neira sambil tak sadar kalo bibir ini terus tersenyum. Berharap suatu saat aku bisa menikmati moment ini dengan kamu #eaaaa

Jam 06.00 sudah ada yang berenang di laut, mungkin sensasi berenang di pagi dengan memandang sunrise kali ya? hehe. Setelah puas berjalan-jalan, aku pun tiduran di atas hammock sambil terus memandang gradasi langit yang menawan. Menunggu sang mentari datang. Mendengarkan lagu float dan lalu aku pun tertidur ditemani angin laut pagi itu. Nyenyak, sungguh nyeyak.

Tidak banyak yang aku lakukan di liburan menyepi kali ini. Tidak snorkling, tidak naik banana boat atau apapun, Cukup menikmati alam yang ada di depan mata. Bahkan lebih banyak diam dan lebih peka terhadap keadaan sekitar. Ada yang sibuk memancing, liburan bersama keluarga, pasangan suami istri yang mungkin masih dalam liburan masa bulan madu, Ibu Ibu yang pagi hari sudah berenang sambil tertawa bahagia karena sesuatu yang sederhana sampai pada warga sekitar dengan aktivitas sehari-harinya. Semua menikmati Untung Jawa dengan caranya sendiri. Dan ini cara aku menikmatinya, tanpa perlu bermewah-mewahan. Jam 11.00 siang kami memutuskan untuk pulang. Pulang dengan perasaan liburan kali ini tidak gagal, kawan! :D

Pemandangan pertama keluar dari tenda jam 05.00 


Foto ini diambil dari atas hammock dengan ditemani lagu Banda Neira


Memancing di pagi hari ditemani langit yang indah

Jam 06.00 pagi

Jam 06.00 Ibu Ibu udah berenang dan tertawa bahagia dengan hal sederhana :')


Lagi masak air untuk bikin
sarapan sama energen+biskuit roma dengan piring sebagai penjaga angin -,-

Kami-pun beranjak menuju dermaga utama untuk menaiki perahu kembali ke Tanjung Pasir. Dermaga yang berbeda saat kami datang. Untung Jawa hari itu cukup ramai. Berbeda arah di tempat kami nge-camp, disana banyak home stay. Pantai yang cukup ramai dengan olahraga air yang cukup beragam disana. Memang sedang liburan natal. Jauh sekali dengan tempat kami mendirikan tenda, tenang dan sepi. Kembali lah kami ke Tanjung Pasir dan memesan grab car untuk kembali ke Stasiun Kota Jakarta. Sampai stasiun kota, masih tetap ramai. Dan aku pun berhasil berdiri sepanjang berada di kereta sampai stasiun Palmerah.

Jam 17.30 sampai di kosan tercinta dengan badan yang sangat lelah namun bahagia. Setelah cek dompet, sisa uang masih lumayan banyak. Budget yang dipakai tidak sampai Rp 300.000,- Lebih banyak dana dipakai di perjalanan sewa grab car dari Muara Angke-Tanjung Pasir. Dan Tanjung Pasir-Stasiun Kota Jakarta. Siapa bilang kalo mau liburan harus dengan budget mahal? Gak pelu ikut open trip dan gajadi pergi karena kekurangan orang. Gak perlu memaksa orang untuk menemanimu liburan, jika orang itu gamau maka liburan kamu pun terancam batal. Berarti segala keinginan mu ditentukan oleh orang lain? Kalo mau liburan, ya liburan. Dan ciptakan yang kamu inginkan dalam liburan itu apa. Have fun kah. Tenang kah. Mewah kah, terserah apapun itu.





Dermaga Timur Pulau Untung Jawa

Puskesmasnya cukup keren ya untuk di tengah laut seperti ini

Fokus di No 7. Kenangan hehehe

Siapa sangka, liburan tidak beruntug ke Semak Daun (karena ketinggalan kapal) tetap beruntung (seperti namanya) di Pulau Untung Jawa. Meskipun kamu sudah menyiapkan segala rencana yang sangat Maha Keren, tetap sediakan rencana cadangan. Ambil keputusan saat itu juga. Jangan hanya berpatok sama satu rencana, keadaan realitanya menuntut kita untuk bisa beradaptasi dengan keadaan apapun. Bisa saja liburan kami gagal hanya karena ketinggalan kapal. Tapi bukan tujuan Semak Daun point utama kami, akan tetapi liburan nya. Maka jika Semak Daun pun gagal, kita masih tetap bisa liburan dengan alternatif destinasi lain. Dengan usaha dan akhirnya kami menemukan Pulau Untung Jawa.

Sama kaya hidup ini, bukan? Bukan hanya tentang tujuan nya, tapi apa yang ingin kamu dapatkan saat mencapai tujuan mu itu. Karena hidup ini bukan hanya tentang tujuan, tapi hal hal kecil yang (mungkin) jauh lebih besar yang bisa kamu dapatkan bahkan dari tujuan itu sendiri. Buka hati. Buka pikiran. Peka Rasa. Menerima. Semua akan membawamu menikmati segala proses kehidupan yang kaya roller coaster ini hehe. Lagi lagi aku belajar dari travelling ala backapacker kali ini.



Entah gaya apa, kalo gasuka #skip aja gpp kok :)

Abaikan botol merek Aquanya ya, perjalananku tidak disponsosi Aqua kok!

Ah, tahun 2016 benar-benar mengajari ku banyak hal. Proses mendewasakan pikiran. Proses menerima. Proses lebih baik dengan memutuskan berhijrah (yang sampai saat ini masih dalam belajar). Proses berusaha dalam doa untukmu #eaaa. Proses mandiri merantau ke Ibukota. Sampai proses usaha untuk melupakan #awww Kalau di pikir-pikir, tahun 2016 aku lebih banyak bertemu orang baru, datang ke tempat baru, keinginan baru dan mungkin orang baru di dalam hati #kiiwww Mari kita berjalan lebih jauh dan menyelam lebih dalam, seperti lirik lagu dari Banda Neira. Tahun 2016 ku di akhiri dengan cerita ini. Dan aku siap menyambut 2017. Semoga jodohku bertemu di tahun tersebut (aamiin). Bagaimana dengan resolusi 2017-mu?



Semoga menginspirasi!

Ditulis di Bandung, 30 Desember 2016
Ditemani lagu dari Float dan Banda Neira


Read More

Selasa, 13 Desember 2016

Senja dan Cerita di Bukit Bintang

foto : koleksi pribadi


"Gantungkan cita-cita mu setinggi langit dan bulatkan tekad mu di bukit bintang"

Mantabs kan kalimatnya? Jangan salah, quote di atas itu ada di salah satu tempat wisata kece di daerah Bandung Timur. Hayooo buat kamu para traveller yang berada di kawasan Bandung dan sekitarnya, tau dong bukit bintang alias bukit moko itu dimana? Dan kabar gembiranya tempat ini lumayan deket dari rumahku, namun (sayangnya) aku baru mendapatkan kesempatan kesana pekan lalu hihi :p

Sebenernya tulisan ini ga akan menjelaskan secara rinci dan detail kalo bukit moko itu adalah bagian dari tempa wisata yang secara resmi dikelola oleh PT Perhutani. Tapi dijelasin juga kan? Hahaha atau menjelaskan tentang sejarah dan struktur lempengan tanah secara geografi dan tabel demografi wilayah tersebut, hehe kamu bisa baca di artikel lainnya tentang bukit moko/bukit bintang itu seperti apa.

Bukit Moko ada di Timur nya Bandung. Dekat dengan Saung Udjo. Well perjalanan ke Bukit Moko lumayan lah 1 jam dari jalan besar A.H. Nasution. Jalanannya tidak begitu lebar, naik turun dan kurang bagus (belum di aspal semua). Kalo kamu mau coba jalan kaki boleh, tapi aku saranin pake motor. Motor matic pun bisa naik ke atas. Asal jangan pake motor mantan, apalai pergi bareng mantan. Udah naik ke atas, liat pemandangan yang cihuy, habis itu aku sanksi kamu bisa turun dengan ga baper hihihi Setelah sampai atas. Taro motor. Lalu sedikit berjalan untuk melihat pemandangan. Ada tempat makan nya juga. Lumayan rame, karena waktu itu aku kesini di hari Sabtu.




Ada yang jualan, otak nya bisnis banget. Keren!
Cepat menangkap peluang :)

Melihat Bandung dari atas. Merasa lebih dekat dengan langit. Dan menari bersama angin yang berhembus dingin. Sang mata pun sangat dimanjakan dengan segala hal yang tampak disana. Senja pun tak kalah indahnya dengan kamu yang terus ada di pikiranku (yah jadi gombal, oke fokus Nung!). Senja pun menunjukkan keindahannya. Gradasi warna langit yang selalu mempesona pun dikeluarkannya. Ditambah hembusan angin yang menyapa muka. Tak sadar, bibir pun tersenyum sambil berkata dalam hati "Tuhan, ini indah! Terimakasih alam semesta atas jamuan yang sangat menawan nya. Nikmat mana lagi yang tak kau syukuri?"

Hal yang paling aku suka saat pergi ke suatu tempat yang dekat dengan alam ialah (setelah puas ambil foto buat dokumentasi tulisan di blog) aku pun 'berhenti sejenak' dan mencoba menyatu dengan alam. Melihat senja. Hening. Damai. Bahagia. Seperti ada perasaan lain yang timbul, melupakan segala penat dan target kehidupan yang belum juga tercapai. Melupakan segala masalah yang ada dan tuntutan sosial yang terus mengikuti. Merasa harus sempurna dalam pekerjaan. Merasa harus bisa berbuat banyak untuk dunia. Lalu sejenak hal tersebut hilang, dan bener bener fokus pada apa yang ada di depan mata. Senja. Ah, 5 menit yang sangat bermakna.




Tiba-tiba ingin foto kedua Bapak ini. Entah siapa. Hehe

Aku penikmat senja. Menurutku, senja bisa membawaku pergi melihat sesuatu yang lain. Saat itu aku pergi dengan seorang kawan, lalu kita berbincang bagian mana dari senja yang kamu suka? Dia bilang suka sama gradasi warna langit yang itu. Aku pun jawab, aku lebih suka sama gradasi yang satunya lagi. Setiap senja memang selalu berbeda. Setiap orang memiliki perspektifnya masing-masing terhadap senja. Setiap senja memiliki cerita dan perasaan sendiri. Meskipun harapannya, semoga aku tidak terlena padanya. Karena kau harus siap, setelah senja yang cantik maka akan datang langit yang gelap. Apakah kamu siap?

Setelah senja yang ciamik, bukit bintang menawarkan hal lainnya. Apa hayo? Yaps, lampu lampu Kota Bandung yang bisa dilihat dari atas. Dai loket, kamu bisa ke kiri untuk liat senja dan ke kanan untuk naik menara dan menyaksikan lampu yang indah. Makin malem makin dingin emang, tapi pemandangan nya ga akan buat kamu nyesel. Emang bukan ciptaan alam, karena yang akan kamu lihat ialah lampu-lampu ciptaan manusia. Tapi tetep aja indah. Saat moment ini, aku makin merasa sayang dan rindu akan Bandung (setelah sekarang menetap di Jakarta untuk bekerja). Sayang Bandung dan isinya juga, eh tapi sayang kamu bukan di Bandung #eeaaaa





Aku sedikit 'norak' sih dan sangat excited. Gimana engga? Tempat itu dibilang lumayan dekat dari rumahku, namun aku bisa menyaksikan pemandangan yang sangat keren. Travelling memang tak harus melulu ke tempat jauh, apalagi sampai 'memaksakan' diri menghabiskan uang hanya untuk di bilang keren di instagram. Coba explore tempat yang deket terlebih dahulu. Sama kaya bahagia. Tak perlu berharap yang belum ada, yang masih menjadi angan dan belum pasti. Namun syukuri dan nikmati yang ada di sekitar, saat ini, disini #bijak Kalo kamu yang belum pasti, gimana? Aku selalu menyelipkan namamu di do'aku, tenang saja :p

Well, itu cerita ku di bukit bintang alias bukit moko. Dengan tiket masuk Rp 12.000,- dan parkir motor Rp 5.000,- aku berhasil merefresh otak dan jiwa. Gak mahal kan? Makasih juga untuk Mr. Ayus Fhatria sebagai partner liat senja aku kali ini. Jadi, jangan lupa piknik apalagi lupa bahagia! Kalau kamu pernah kesana sama si mantan, terus habis baca ini jadi ingin ber-nostalgia, silahkan ber-reuni dengan alumni hati (kalimat seorang teman)! Tapi jangan lupa jalan pulang, kawan!







Pemandangan saat perjalan ke Bukit Moko


Semoga menginspirasi!

Jakarta, 13 Desember 2016

Di tulis di kamar kosan dalam keadaan belum mandi. Ditemani oleh keripik pisang dan susu coklat panas. Dengan keadaan kipas angin menyala, karena bagiku Jakarta selalu gerah. Ditambah pemandangan di jendela kamarku, aku bisa langsung menikmati langit dan awan di pagi ini, meski ada beberapa jemuran pakaian milik teman kosanku yang sedikit mengganggu. Closing yang panjang, yuk siap-siap kerja :) Tunggu postingan ku yang lainnya ya! Ditunggu feedback nya :D

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.