MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Tampilkan postingan dengan label Book. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Book. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Januari 2018

"Sang Penjaga Waktu"-nya Mitch Albom

Hasil gambar untuk novel sang penjaga waktu
foto : google

Waktu? Waktu selalu dijadikan alasan atau jawaban dari segala pertanyaan. Misal ketika ada musibah, pasti akan selalu ada nasihat yang datang dan mengatakan 'biarkan waktu yang menjawab' atau 'semua akan baik baik saja seberjalannya waktu'. Jadi, seberapa hebatkah sang waktu tersebut berhasil mengobati luka? berhasil membawa penantian panjang menjadi kebahagiaan? Selalu tertarik dengan buku atau film yang membahas tentang waktu.

Sebenernya siapa yang menamakan dia itu 'waktu'. Siapa yang awal mula menjadikan 60 detik adalah 1 menit? 60 menit berarti 1 jam? dan dalam sehari terdapat 24 jam? Siapa yang pernah benar-benar mengukurnya? Dan standar tersebut ditetapkan di seluruh dunia. Semua itu ada di awal mula cerita dalam buku karya Mitch Albom "Sang Penjaga Waktu". 

Pada zamannya, ada seorang pria bernama Dor yang berani-berani nya mengukur anugerah terbesar Tuhan yaitu waktu. Dia menghabiskan masa hidupnya untuk mengukur waktu menggunakan batu, tongkat sampai mangkuk. Karena sudah berani mengukur anugerah tersebut dia dihukum dan dilempar ke dunia untuk menyadarkan dua manusia yang meminta tambahan waktu dalam hidupnya. Ialah Sarah dan Victor. 

Sarah memohon untuk mempercepat waktu disaat dia sedang jatuh cinta terhadap seseorang. Meminta waktu untuk cepat berlalu, agar dia bisa segera kencan dan bertemu dengan gebetannya.  Dan meminta waktu berhenti saat dia sedang berada dengan gebetannya. Namun ketika akhirnya mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan, dia mencoba untuk bunuh diri mengakhiri 'waktu' hidup yang dia punya.

Lain halnya dengan Victor yang selalu merasa kehabisan waktu. Karena kanker stadium akhir yang sedang dia derita, dia meminta tambahan waktu agar hidupnya lebih lama di dunia. Karena dia seorang pembisnis kaya, maka dia menghabiskan banyak uangnya untuk mencoba operasi krionika. Dimana sebelum benar-benar meninggal, badannya dimasukkan ke dalam kolam air dingin dan jasadnya dimasukkan ke dalam tabung berharap sel syaraf tidak ikut mati. Dan suatu saat bisa diaktifkan kembali dalam arti Victor bisa hidup kembali. Seperti melawan takdir yang sudah Tuhan gariskan, bukan?

Dan Dor adalah utusan dari Tuhan yang bertugas untuk 'menyadarkan' mereka tentang betapa waktu yang dimiliki itu berharga. Bersyukur atas waktu yang sudah ada dan seharusnya bisa dinikmati apapun kondisinya. Dengan beragam cara, akhirnya Dor berhasil mempertemukan Sarah dan Victor. Singkat cerita, mereka berdua akhirnya menyesali apa yang sudah jadi keputusannya untuk mempersingkat dan memperlambat waktu hidupnya. Mengharga dan menikmati waktu yang tersisa dalam hidupnya.

"Hanya manusia yang mengukur waktu. Hanya manusia yang menghitung jam. Itu sebabnya hanya manusia yang mengalami ketakutan hebat yang tidak dirasakan makhluk-makhluk lainnya. Takut kehabisan waktu."

"Tidak pernah ada kata terlambat atau terlalu cepat. 
Semuanya terjadi pada waktu yang telah ditetapkan."

"Ketika manusia semakin terobsesi dengan jam-jamnya, kesedihan akibat waktu yang telah hilang menciptakan kekosongan permanen di hati manusia. Orang-orang menyesali kesempatan-kesempatan yang terlewat, hari-hari yang terbuang sia-sia; mereka terus-menerus mencemaskan berapa lama mereka akan hidup, sebab mau tak mau dengan menghitung momen-momen kehidupan, mereka jadi menghitung waktu yang tersisa."

Point tersebut menjadi tamparan bagi saya, apakah saya sudah menghargai waktu yang ada? Sudah menikmati waktu yang di punya? Sudah enjoy kah? Atau masih terus merasa takut kehabisan waktu? Ingin mempercepat waktu ketika sedang tidak bahagia dan ingin memperlambat waktu ketika sedang bahagia? egois bukan? Saya ingin hidup tanpa terus khawatir dengan rencana rencana yang sudah dibuat atau tidak berjalan sesuai harapan. Karena hidup ini adalah sebuah penerimaan, bukan tentang pengejaran. Ah, terus mengejar membuat jiwa dan raga ini lelah, menjadi tidak bersyukur dan tidak bahagia didalamnya. Kalo kamu, apa yang kamu cari?


Read More

Selasa, 21 November 2017

Cak Nun - "Hidup Itu Harus Pintar Ngegas & Ngerem"

Hasil gambar untuk cak nun buku hidup itu
foto : google


Emha Ainun Nadjib. Siapa dia? Aku tidak tahu atau mungkin tidak mencari tahu. Sosok beliau dan buku ini (mungkin buku-buku selanjutnya dari dia) hadir disaat memang aku sedang 'butuh'. Sedang break down kembali tentang tujuan hidup ini ke arah mana dan bagaimana mencapainya. Mungkin ini bisa disebut sebagai hidayah yang Allah kasih kepadaku? Bermula dari obrolan tidak sengaja dengan seorang teman yang berujung dia meminjamkan buku ini sampai akhirnya aku menulis di blog ini. Wallahu a'lam.

Dalam postingan kali ini aku tidak akan menulis resensi secara detail, karena memang setiap halaman dari buku ini penuh dengan makna. Buat mikir, mikir dan akhirnya diam. Diam untuk flash back, menyadari, mengakui dan akhirnya memohon maaf kepada Allah SWT. Bukan karena sudah berbuat dosa (aku ini pasti dosanya sudah banyak), karena yang tau apa yang sudah aku lakukan dosa atau tidak itu hanya kewenangan milik Allah SWT semata. Tapi memohon maaf karena sudut pandang aku dalam hidup ini yang masih saja berorientasi pada materi (takut gapunya uang), pada rasa ingin dihargai orang, pada rasa ingin diakui lingkungan, pada rasa ambisius mencapai sesuatu dan semuanya tentang dunia. 

Dalam buku ini, aku seperti 'diingatkan' kembali dengan tujuan aku hidup ini apa? kemana? Pasti bukan dunia, karena dunia hanya sementara. Dan kalaupun aku terus mengejar dunia, sudah pasti aku akan masuk dalam jurang kekecewaaan. Aku lupa, aku memiliki Tuhan yang Maha Hebat. Allah SWT yang hanya dengan kedipan mata saja bisa merubah apapun itu. Allah SWT yang mengatur semua langit, bumi dan segala isinya termasuk setiap kehidupan satu manusia sekalipun. Mengatur saat dia lahir, berasal dari keluarga mana, kerja dimana, siapa suami/istrinya, hidup tuanya bagaimana bahkan sampai nanti meninggal. Allah SWT sudah mengatur semuanya. Sebaik-baiknya yang bisa mengatur hanyalah Allh SWT. Lihat saja bagaimana alam semesta ini tercipta dengan peran nya masing-masing. Allah SWT yang mengaturnya dan semua yang terjadi atas izin dari-Nya bahkan sehelai daun yang jatuh dari pohon sekalipun. Kata Cak Nun, tadaburi-lah. Mencari manfaat yang ada di sekitar kita baik itu angin, pohon, manusia dan ‘masalah’ yang sedang dihadapi atau bahkan kotoran sapi sekalipun. Pasti ada manfaat yang tersimpan disana, cari tau dan ambil pelajarannya. Jika memang aku tidak bisa jadi pemenang, setidaknya ada yang bisa aku pelajari. ‘Belajar dari’ harus lebih besar daripada mempelajari. Kalu benar-benar mempelajari suatu hal kamu ndak akan pernah sampai. Sebaiknya kita tadaburan bersama.

Cak Nun juga bilang. Tidak perlu berusaha keras ingin berbuat baik kesana kemari kalau saat menjalani hidup saja masih banyak ngeluhnya dan tidak menerima (ini aku bangeeettt). Sempat ngobrol sama teman, ada 3 hal yang apabila bisa dilakukan maka hidupmu akan sangat nikmat dan enjoy. Yaitu berserah, ikhlas dan sabar. Apapun yang terjadi dalam hidupmu, bahkan ketika ada macan dihadapanmu, kamu akan santai menghadapinya. Aku sangat setuju. Namun 3 hal tersebut tidak gampang nan susah. Namun aku akan terus belajar untuk itu. Kenapa? Karena aku pernah mengalami fase kehidupan dimana aku memiliki banyak ketakutan, khawatir, resah, mikir kesana kesini (over thinking) dan sangat membuatku cape. Cape otak dan cape hati. Merasa hidup hampa. Semua itu terjadi mungkin karena iman-ku sedang goyah. Oleh sebab itu, imam perlu dipupuk terus menerus. Orang yang sudah mengucapkan 2 kalimat syahadat belum tentu akan menjadi orang ‘muslim’ (islam dan muslim berbeda ya dalam konteks ini) selamanya. Lah wong aku yang sudah pakai kerudung saja, pasti goyah iman-nya. Banyak ilmu agama yang belum aku ketahui. Banyak kurangnya. Maish harus terus belajar dan istiqomah. Pada zaman now ini, banyak sistem seperti internet, yang membuat kita melampiaskan diri (gas) tapi lupa untuk mengendalikan diri (rem). Makannya, kita perlu berdekatan dengan sahabat sahabat yang memban untuk mengendalikan diri. Karena islam itu mengendalikan, bukan melampiaskan. Hidup itu harus bisa ngegas dan ngerem.

Yang paling aku suka, saat Cak Nun membahas tentang isu sosial. Beliau bilang, ada 2 hal yang harus kamu lindungi tentang manusia yaitu pertama nyawa dan yang kedua martabat (jangan dihina, dilecehkan atau dihalangi pilihannya). Nah tentang pilihan ini aku setuju banget. Identitas manusia, ya manusia itu yang tentukan. Ada hal hal yang memang sudah digariskan dimana manusia tidak bisa menentukan sebelumnya (personalitas) seperti nama, tanggal lahir, tinggi badan, agama dll. Namun ada hal hal yang memang manusia bisa menentukan sendiri (identitas) seperti kerja dimana, menjadi orang seperti apa atau memperdalam ilmu atau tidak. Islam itu agama yang benar benar memberikan kebebasan namun dinamis dan ada batasan. 

Selain tentang muslim, Cak Nun juga menggunakan pendekatan politik, budaya dan fenomena yang sedang terjadi secara rasional. Masuk akal dan aku menerima itu tanpa banyak mikir atau bertanya. Dalam buku itu, Cak Nun secara jelas mengatakan bahwa beliau belum tentu benar, orang berpeci dan bersorban sekalipun belum tentu benar. Yang menjadi kebenaran adalah Allah SWT dan Rasulullah SAW. Makannya beliau tidak mau dipanggil ustadz atau kiai atau bahkan ulama. Karena memang zaman sekarang ini, manusia lebih banyak mengkotak-kotakkan sesuatu. Mengkafirkan suatu kaum, membenar-salahkan sesorang, menjadi penentu dosa atau tidaknya seseorang atau bahkan yang lebih sadis mengajak orang-orang untuk mengikutinya membenci seseorang atas dasar asumsi nya sendiri yang belum tentu benar. Balik lagi, kebenaran hanya milik Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Hidup ini memang sudah susah. Jadi jangan dibikin susah, semua menjadi nikmat dan rahmat jika kita mengizinkan itu terjadi. Percaya, bersama kesulitan maka disana ada kemudahan (ih ini suah loh di yakinin pas lagi ada masalahnya, aku ngerasanya susaaaah banget). Buku ini berhasil membantuku ‘mengingat kembali’ tujuan dalam hidup dan makin dekat dengan pencipta. Ada banyak hal yang dibahas dari buku ini seperi tasawuf, kenapa ar-rahman (meluas) dulu baru ar-rahim (mendalam) dalam bismillah, tentang menjadi manusia terlebih dahulu baru bisa menjadi muslim, tentang tadabur bersama, tafsir dan lain sebagainya. Kamu bisa baca semua di buku itu. Intinya buku ini benar-benar berhasil mengarahkan aku ke kehidupan yang on track (insyallah). Ada beberapa quote yang aku suka :

“Jangan terlalu menuntut orang lain. Jangan menunggu orang lain berbuat baik denganmu. Sibukkanlah dirimu untuk berbuat baik kepada orang lain, karena disitulah letak kemuliaan. Jangan gunakan hidupmu untuk menunggu dihormati orang lain, karena energi akan habis untuk menghormati orang”


“Agar kamu bisa ridha dengan segala ketentuannya, mulai sekarang kamu harus belajar menyiapkan ridha pada apa yang kamu sangat tidak setujui”


“Setiap saat kamu perlu mengingat bahwa lebih banyak hal yang tidak mau ketahui 
daripada yang kamu ketahui”


“Yang tertinggi adalah bila yang terjadi pada kamu, apa yang kamu alami, apa yang kamu putuskan, yang kamu langkahkan dalam hidupmu sama persis dengan perintah Allah SWT atas kehidupanmu. Bisa kecil, bisa besar dan bisa sedang”


“Jangan ada pengetahuan yang tidak kamu teteskan ilmu dan pemahamannya. 
Setiap peristiwa yang kamu alami harus memberi ilmu dan hikmah kepadamu”


Jadi gimana? Makin tertarik kah dengan buku ini atau sosok Cak Nun? Suatu hari nanti, ingin banget ikut pengajian Kiai Kanjeng dan bertatap langsung dengan beliau. Insyaallah. Semoga tulisan ini bermanfaat ya :)


Jakarta, 21 November 2017

Read More

Sabtu, 28 Oktober 2017

"Meniti Bianglala"-nya Mitch Albom

Hasil gambar untuk meniti bianglala mitch albom
foto : google

"Dengan membaca kita tahu dunia, dengan menulis dunia tahu kita" kalimat dari Bapak Jamil Azzaini ini jadi motivasi aku untuk terus mau membaca dan menulis. Nah kali ini yang mau aku tulis yaitu resensi buku karya Mitch Albom yang menurutku sangat penuh dengan makna. Semua diambil dari kehidupan sehari-hari, sederhana namun banyak yang bisa dipelajari disana. Benar-benar makna akan kehidupan deh. Baca nya pun berhasil membuat aku merinding untuk beberapa bab, bukan hanya meirinding sih tapi ikut berpikir dan menanyakan hal yang sama pada diri sendiri. Judulnya ialah "Meniti Bianglala. Five People You Meet in Heaven". Buku yang diterbitkan tahun 2003 di Amerika ini emang udah laku keras dipasar. Dan kamu harus baca itu buku, jangan sampai ketinggalan karena itu keren bingit!! :D

Menceritakan seorang lelaki berusia 83 tahun bernama Eddie yang merupakan seorang kepala maintenance mesin di salah satu taman hiburan dekat pantai bernama Rubby Pier. Dia merasa bahwa hidupnya sangat biasa saja. Eddie menjalani hidup dengan rasa putus asa, penuh amarah, menyalahkan keadaan apalagi semenjak ikut perang dia diharuskan berjalan dengan tongkat. Pada ulang tahun ke 83, dia meninggal karena menyelamatkan nyawa seorang anak perempuan ketika ada kecelakaan di taman hiburan. Setelah  itu dia bertemu 5 orang berbeda di alam baka, yang berhasil merubah sudut pandangnya tenntang hidup yang dijalaninya selama ini. Mau tau siapa saja? Tapi ini kisah fiktif ya, tidak ada hubungannya dengan agama atau kepercayaan kehidupan setelah meninggal seperti apa. Ambil sisi atau hal yang bisa dipelajari dari kisah ini. Oke, oke?

# Orang Pertama ialah Si Pria Badan Biru

Eddie sama sekali tidak mengenal orang itu, namun pria biru ini ada di masa kecil Eddie. Inti dari pertemua mereka ialah, segala hal yang dilakukan seseorang pasti berdampak akan kehidupan orang lain. Sekecil apapun itu. Waktu itu diceritakan ketika masih kecil. Saat itu Eddie sedang bermain bola dengan teman-temannya, lalu bola itu terlempar ke tengah jalan. Eddie mencoba mengambil bola itu di tengah jalan. Lalu ada mobil yang sedang melaju dan hampir menabrak Eddie. Saat itu Eddie memang tidak tertabrak, tapi si pria badan biru (pria ini memiliki penyakit gampang panik) yang mengendarai mobil masih merasa shock berat dan akhirnya tak bisa mengontrol kendaraan yang dibawanya dan menghatam bahu jalan. Si pria badan biru ini meninggal. Singkat cerita, karena tindakan Eddie untuk mengambil bola di tengah jalan, hal itu menyebabkan kematian si pria badan biru. Saat itu Eddie sama sekali tidak tahu dan terus melanjutkan bermain bola dengan teman-temannya.

Hal ini memberi kita pelajaran bahwa, kehidupan itu saling berkaitan satu sama lain. Jadi intropeksi diri nih, apakah yang selama ini aku lakukan berdampak buruk atau bahkan menyebabkan kematian pada orang lain ya? Atau apakah tindakan/perkataan aku selama ini mengubah hidup orang jadi lebih buruk ya? Serem juga ih kalo hal ini terus dipikrikan lebih dalam.

"Segala sesuatu dalam hidup manusia, akan berkaitan dengan kehidupan orang lain juga"

"Dalam hidup, segala hal yang kita lakukan saling berkaitan"

"Hidup itu adalah keseimbangan. Satu terkulai, yang lain tumbuh. 
Kelahiran dan kematian merupakan bagian dari keseluruhan"



#  Orang Kedua ialah si Kapten Perang

Saat masih muda, Eddie pernah ikut menjadi relawan perang di Negara Filiphina. Perang ini berhasil merubah hidup Eddie menjadi pria putus asa dan menyalahkan kondisi/keadaan setelahnya. Trauma akan perang terus tersemat di sepanjang hidupnya bahkan sampai dia meninggal. Karena suatu kejadiaan, Eddie tertembak di kaki kirinya dan setelah itu dia tidak lagi bisa berjalan normal. Sepanjang hidupnya Eddie harus didampingi sebuah tongkat yang membantunya berdiri dan berjalan. Eddie merasa hal tersebut telah menghancurkan hidupnya. Semua mimpi yang dia punya tidak bisa diwujudkan lagi. Saat terus berada dalam perasaan kecewa dan menyalahkan keadaan, Eddie baru tau bahwa si Kapten ini telah berkorban untuk menyelamatkan hidup Eddie. Selama menjalani hidup setelah perang, Eddie menyia-nyiakan hidupnya dan merasa tidak berguna dengan kaki pincangnya padahal ada orang yang telah rela berkorban mati demi keberlangsungan hidup Eddie. Dan Eddie baru tau setelah dia meninggal.

Penulis bisa dengan mudah merubah 'perasaan' bagi mereka yang membaca bukunya. Setelah berhasil membuatku merasa bersalah dan was-was apakah tindakan kecil aku berpengaruh buruk kepada hidup orang lain atau tidak, bertemunya dengan orang kedua ini membuat aku sadar bahwa mungkin ada atau bahkan sudah ada orang-orang yang rela berkorban demi keberlangsungan hidup kita. Meski kita sendiri tidak tahu siapa. Rasanya akan sangat malu jika kita terus mengeluh dan menyia-nyiakan hidup yang ada, apalagi jika sudah ada orang yang berkorban untuk membuat kita tersenyum dan bahagia. Pernahkan berpikir kesana?

"Hidup adalah pengorbanan bagi sesama"

"Upaya kecil untuk kebaikan yang jauh lebih besar, yang tidak pernah kita sadari"

"Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan. Harusnya begitu. Bukan sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan. Pengorbanan kecil. Pengorbanan besar"



# Orang Ketiga ialah Ayahnya

Eddie memang memiliki hubungan yang buruk dengan Ayahnyaa, dari dia kecil. Bahkan pekerjaan yang dia jalani ialah pekerjaan turun temurun dari Ayahnya. Karena itu, Eddie merasa tidak bisa mengejar mimpinya karena terbelenggu di taman hiburan itu. Dia merasa harus menjadi penerus pekerjaan Ayahnya ketika sang Ayah sakit selama beberapa bulan sebelum akhirnya meninggal. Rasa amarah terus hadir bahkan sampai sang Ayah telah meninggal. Eddie terus memupuk rasa marah dan kebencian terhadap Ayahnya. Karena Eddie merasa, karena Ayahnya dia harus terus berada di taman hiburan sampai akhir hidupnya bahkan saat dia menghembuskan napas terakhir.

Menerima dan memaafkan adalah pointnya dari pertemuan dengan orang ketiga ini. Hidup dengan perasaan amarah didalamnya sama sekali tidak menyenangkan. Mencoba untuk memaafkan dan melepaskan amarah untuk hal hal yang tidak sesuai dengan harapan kita dalam hidup. Dan ini masih sangat suliiiiiiiiiit bagi aku :(

"Kau akan mendapatkan kedamaian, setelah kau berdamai dengan dirimu sendiri"

"Menyimpan rasa marah ialah racun. Menggerogotimu dari dalam. 
Kita mengira bahwa kebencian merupakan senjata untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian ialah pedang bermata dua. 
Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, kita lakukan terhadap diri sendiri"



# Orang Keempat ialah Istrinya

Disini Eddi bertemu lagi dengan istrinya yang sudah meninggal. Selepas istrinya meninggal, Eddie merasa hidup nya tidak berarti lagi, dia merasa sendiri dan kehilangan cinta sejati yang dia miliki satu-satunya. Kenangan yang dia miliki dengan istrinya itu dia simpan rapat-rapat, tidak dia ceritakan kepada siapapun sehingga semua orang beranggapan bahwa Eddie ialah pria tua yang tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini. Dalam pertemuan itu, Eddie tidak lagi merasa kesepian. Dia bercerita banyak hal kepada istrinya. Dia tidak lagi merasa sendiri.

Cinta sejati memang terus ada, meskipun wujudnya sudah tidak ada lagi. Bahwa hidup harus terus berjalan meski kita kehilangan orang yang kita sayang. Bahwa mimpi harus tetap diraih mesti tidak ada lagi seseorang yang support kita seperti biasanya. Dan bahwa pada akhirnya hidup ini akan dijalani seorang diri, baik di dunia maupun di akhirat dengan timbangan kebaikan dan keburukan yang kita punya. Hidup mati seseorang menjadi rahasia Tuhan.

"Tidak ada kehidupan yang sia-sia, satu-satunya waktu yang kita sia-siakan adalah waktu yang kita habiskan dengan mengira bahwa kita sendirian"

"Cinta seperti hujan, bisa meyuburkan dari atas, menghujani pasangan dengan keceriaan. Tapi kadang-kadang, dalam panasnya kehidupan, cinta seolah kering di permukaan dan harus tergantung pada akarnya yang tertanam dalam untuk membuatnya tetap hidup"



# Orang Kelima ialah Anak Perempuan Kecil

Orang kelima ini berhasil membuat Eddie menemukan jiwa-jiwa lain didalam hidupnya. Selama berpuluh-puluh tahun terbelenggu dan menjabat sebagai kepala maintenance di taman hiburan. Banyak sosok dan jiwa yang merasa bahagia selama ada di taman hiburan. Pekerjaan yang tidak membanggakan bagi Eddie ternyata berdampak luar biasa bagi anak-anak atau siapa saja yang datang ke taman hiburan selama ini. Hal tersebut di gambarkan ketika Eddie membuka pintu dan dilihatnya banyak anak bahkan ribuan orang yang memandang Eddie dengan muka bahagia tanpa suara seolah-olah mengucapkan terimakasih terdalam kepada Eddie. Kepada orang yang menghabiskan hidupanya untuk tetap memelihara mesin mesin yang ada di taman hiburan.  Kepada orang yang merasa pekerjaannya bagaikan sampah dan tak berguna. Kepada orang yang menjalani sisa hidupanya dengan putus asa, kesepian, dengan rasa marah dan melewatkan hari harinya begitu saja.

Pertemuan dengan orang terakhir ini berhasil mengajarkan aku bahwa disamping keterpurukan ternyata ada sisi yang bisa dibanggakan. Tentang alasan kenapa aku atau kamu menghabiskan masa hidupnya di suatu tempat/keadaan tertentu, ya karena ada maksud tertentu didalamnya. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita ada sebab dan akibatnya. Namun itu tergantung kita mau berusaha untuk mencari itu atau tidak.

Lagi-lagi, segala yang terjadi dalam hidup ini akan balik kembali pada pergelutan didalam diri. Perdebatan persepsi, pertanyaan ini itu, peka terhadap setiap keadaan/respon orang dan juga alam semesta. Semua jawabannya ada didalam diri. Makin menyelami diri lebih dalam, makin tahu tentang diri ini, tentang segala rasa, tentang bagaimana kita merespon sesuatu dan ke arah mana selanjutnya hidup ini berjalan.

"Tidak ada satu pun yang hidup di dunia ini tanpa memberikan arti pada kehidupan orang lain"

"Kehidupan yang selama ini kita kira biasa saja, justru mempunyai maksud dan tujuan 
yang besar. Tidak hanya pada diri kita sendiri, melainkan untuk orang lain 
yang bahkan tidak kita kenal sebelumnya"

"Kehidupan ialah tentang memberi makna, tentang kehidupan sesungguhnya"



Buku ini berhasil membuat aku penasaran untuk terus membaca di setiap halamannya. Cerita yang tidak bisa ditebak diawal dan berakhir dengan sesuatu yang tidak terduga sebelumnya. Semua berkaitan satu sama lain. Tidak ada kesan paksaan atau menamabah-nambahkan dalam cerita ini. Salut sama Mitch Albom, kok bisa ya nulis serapih ini. Membuat pembaca seperti naik roller coaster dengan rasa yang berkecamuk didalamnya.

Dan buat kamu yang akan baca buku ini, ya perlu konsentarsi karena dalam buku setebal 202 halaman ini kamu akan dibawa dalam alur dan suasana yang berbeda. Tiba-tiba sedang membahas masa muda Eddie saat perang, lalu setelahnya membahas kehidupan Eddie saat tua yang kesepian lalu kembali lagi dengan pertemuan Eddie dengan orang-orang di alam baka yang penuh makna. Belum lagi ditambah dengan cerita ulang tahun yang Eddie rasakan dari kecil hingga tua. Kalo dibuat film, ini pasti bakalan keren banget!!!

Di ucapan terimakasih, di akhir kalimatnya Mitch Albom mengucapkan terimakasih kepada Pamannya yang merupakan Eddie yang sesungguhnya. Eddie yang menceritakan kisah-kisahnya sebelum Mitch sendiri mulai berkisah. Apakah ini kisah nyata???!!! Ah jadi makin penasaran hehe

Percaya atau tidak, buku ini menjadi wish list saat aku ke Gramedia Mantraman (sempat ditulis ceritanya di blog). Setelah itu memang sering main ke Gramedia tapi lupa untuk berkunjung ke rak novel Mitch Albom ini. Sekarang jadi ingin melanjutkan beli novel karya Mitch Albom yang lain.

Oh ya, kamu tau rasa-rasanya ini seperti alam semesta yang sedang bereaksi melalui buku ini. Memang akhir-akhir ini aku sedang merasa jenuh dengan kehidupan aku yang seperti ini, merasa bosan dan tidak ada apa-apanya. Mungkin hampir sama dengan Eddie. Yes, seolah-olah buku ini dibaca dengan waktu yang tepat. Dan ini berhasil membantuku merubah sudut pandang dalam hidup. Ah, terimakasih alam semesta! :)

Kamu gimana? Pernah merasa seperti aku ga? Atau punya buku favorite yang kena banget ke 'hati'?Sharing dong buku favorit kamu yang mana! :)


Semoga bermanfaat ya!


Jakarta, 28 Oktober 2017


Read More

Minggu, 23 Oktober 2016

The Monk Who Sold His Ferrari


Masih dengan buku berbau psikologi (favorite dan selalu ditulis di blog) karya Robin Sharma. Menceritakan tentang seorang pegacara terkenal nan mempesona serta memukau siapapun yang menyaksikannya dalam menangani beragam kasus yang dia hadapi. Pengacara yang dijuluki sangat mahal ini siapa sangka memilih untuk meninggalkan segala yang dia punya, menjual semua hartanya bahkan ferrari nya sendiri lalu semua uangnya disumbangkan dan ia pergi ke negara Khasmir yang berada di kaki pegunungan Himalaya untuk belajar kepada kaum bijak sivana yang berada disana. Kaum bijak Sivana dianggap adalah kumpulan orang-orang paling bijak yang ada di dunia, dengan umur yang lebih panjang dan sehat dibandingkan dengan yang lainnya. 

Well, meskipun cerita ini fiktif namun gambaran ceritanya sering aku lihat dalam kehidupan nyata. Banyak orang yang terjebak dengan segudang kesibukan untuk mencapai sesuatu yang tidak ada habisnya (pekerjaan/karier) sampai mengorbankan kebahagiaannya sendiri. Menunpuk materi demi materi tapi menyampingkan waktu untuk bertemu dengan keluarga dan kerabat. You know, that money can't buy your happines :(

Julian nama pengacara itu. Plot waktu dan tempat dalam buku setebal 233 halaman ini terjadi di rumah sahabat Julian. Isi buku ini seolah-olah menggambarkan Julian yang sedang menceritakan pengalamannya mempelajari cara bijak dalam menjalani kehidupan versi kaum bijak sivana ke sahabatnya yang sama sama pengacara juga. Dari mulai 10 cara hidup bercahaya sampai segala perumpamaan dan cerita serta simbol alam semesta dalam memaknai kehidupan ini.

Disini aku ga akan bahas semua perbincangan mereka, tapi bakal bahas hasil ringkasan yang jadi point utama dalam buku ini yang aku suka, salah satu cerita ini:

"Ku sedang duduk di tengah-tengah taman yang sangat indah, lebat  dan hijau. Taman itu dipenuhi bunga paling spektakuler yang pernah kau lihat. Lingkungannya sangat damai dan hening. Nikmatilah cahaya sesnsual taman ini dan rasakan seolah-olah kau memiliki waktu selamanya untuk menikmati oasis alami ini. Kau memandang sekeliling dan melihat bahwa di tengah-tengah taman ajaib itu berdiri sebuah mercusuar berwarna merah yang menjulang setinggi enam tingkat. Tiba-tiba, kedamaian di taman itu terusik oleh bunyi keriang-keriut saat pintu di dasar mercusuar terbuka. Dari dalamnya, muncullah seorang pesumo Jepang setinggi 280 cm dan seberat 450 kg yang berjalan-jalan dengan santai menuju tengah-tengah taman. Saat pesumo itu mulai berjalan-jalan di taman, dia melihat sebuah pengukur waktu berwarna emas berkilau yang ditinggalkan seseorang bertahun-tahun sebelumnya. Dia menginjak pengukur waktu itu hingga jatuh terpeleset ke tanah dengan bunyi gedebuk keras. Pesumo itu pingsan dan berbaring di sana, bergeming dan tak bersuara. Ketika kau mengira dia sedang menghembuskan nafas terakhirnya, pesumo itu bangkit, mungkin karena harum beberapa kuntum mawar kuning segar yang tumbuh di dekatnya. Merasa mendapat suntikan tenaga, si pesumo dengan cepat melompat bangkit dan secara naluriah menatap ke arah kiri. Dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Di balik semak-semak di ujung taman, dia melihat jalan setapak yang panjang berliku-liku yang ditutupi jutaan berlian berkilau. Ada sesuatu yang seperti menyuruh si pesumo menyusuri jalan setapak itu, lalu da melakukannya.
Jalan setapak ini mengarahkannya ke jalan kegembiraan abadi dan berkah yang kekal."


Dari cerita diatas, terdapat 7 Nilai Kebajikan Hidup Tercerahkan yang Tak Lekang Oleh Waktu, yaitu dengan simbol :
1. Taman yang indah = Kuasai Benak
      Kualitas hidup ditentukan oleh kualitas pikrian
2. Menara Mercusuar = Ikuti Tujuan
     Tujuan hidup adalah hidup yang bertujuan
3. Pesumo =  Praktikan Kaizen
     Kaizen adalah Bahasa Jepang artinya pengembangan diri dan kemajuan secara terus menerus
4. Kabel Kawat Merah Muda = Hiduplah dengan Dislipin
5. Pengukur Waktu Emas = Hargai Waktu
6. Mawar yang Wangi Semerbak = Layani Orang Lain Tanpa Pamrih
7. Jalan Berlian = Rangkul Masa Kini

Ketujuh hal diatas aku setuju banget, bagaimana cara kamu hidup dengan bijak, sederhana dan bahagia sepanjang masa hehe. Siapa sangka buku 'The Monk Who Sold His Ferrari' buku yang gak sengaja aku beli saat ada bazar gramedia di salah satu Mall di Kota Bogor dengan harga Rp 20.000,- ini isinya sangat luar biasa. Hal yang tak terduga dalam hidupmu adalah kejuatan dari Allah sebagai alat yang bisa aku gunakan untuk terus memperbaiki diri dan juga mungkin ini cara alam semesta bekerja.

Sebaga salam penutup, tak lengkap sepertinya jika tidak aku akhiri dengan beberapa quote yang ada di buku in. Siapa sangka buku lama  karya Robin Sharma yang aku beli dengan harga murah ini bisa jadi sumber energi positif aku dan kamu yang baca hehe. Semoga menginspiras dan sebarkan virus membaca!

"Siapa yang menanam pikiran, dia menuai tindakan. 
Siapa yang menuai tindakan, dia menuai kebiasaan. 
Siapa yang menuai kebiasaan, dia menuai karakter. 
Siapa yang menuai karakter, dia menuai takdir"


"Satu-satunya batasan dalam hidup mu 
adalah batasan yang aku tetapkan"


"Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah 400 tahun silam. Waktu kedua terbaik adalah hari ini. 
Jangan pernah membuang-buang bahkan satu menit pun dalam hidupmu. Kembangkan mentalitas sekarat"


"Jangan mengorbankan kebahagiaan 
hanya untuk sebuah pencapaian"


"Tetaplah bersemangat, bergembira dan penuh rasa ingin tahu. Tetaplah fokus pada panggilan hidup mu dan pada melayani orang lain tanpa pamrih. Alam semesta akan mengambil alih yang lainnya. Inilah salah satu hukum alam yang paling benar"


"Tidak ada yang namanya kesalahan-hanya pelajaran. Pandanglah kegagalan sebagai kesempatan untuk pengembangan pribadi dan pertumbuhan spiritual"


"Kualitas hidupmu diukur dari kualitas kontribusi mu"


"Kebahagiaan juga soal pilihan yang kau buat. Kau dapat mengagumi berlian di sepanjang jalan atau dapat terus berlari melewati hari-harimu, mengejar belanga emas ilusi di ujung pelangi yang pada akhirnya akan terungkap bahwa sebenarnya tidak ada. Nikmatilah momen istimewa yang diberikan setiap hari karena hari ini adalah hari yang kau miliki"



-Jakarta, 23 Oktober 2016-

Ditulis saat hujan, di kosan sambil ditemani Indomie dan telur rebus yang dimasak pake magic com, tapi rasanya tetep enak karena aku makannya sambil memandang foto kamu :p Abaikan kalimat terakhir nya.

Sampai berjumpa di tulisan berikutnya!

Read More

Selasa, 13 September 2016

Sadar Penuh Hadir Utuh


Suka sama gambar diatas, kalimat nya selalu jadi #SelfReminder dalam melakukan sesuatu. Fokus!! Sebenernya apa sih indikator fokus? Atau biar fokus harus gimana sih? Nah tulisan ini sedikit menjawab berdasarkan perspektif ku. Judul di atas adalah salah satu buku favoritku karya Adjie Silarus. Dari beliau lah aku tau mindfulness dan ingin berkelanjutan melakukan meditasi atau yoga. Banyak orang yang gak paham maksud dari kalimat 'sadar penuh hadir utuh', mungkin mereka memang sudah 'hadir penuh' dalam setiap melakukan sesuatu. Kalau begitu sih syukur. Namun ada juga yang tidak paham dan terus melakukan sesuatu secara tidak sadar dan tidak 100% hadir disaat itu (fokus). Masih bingung?

Coba ku kasih contoh hasil pengamatan aku sehari hari. Yang lagi trend saat ini ialah Gadgetmania. Siapa yang tidak terkena virus smartphone? Gadget berhasil menghipnotis orang untuk masuk dalam dunia maya. Apa buruknya sih? Padahal kan bagus dong update teknologi dan tau informasi dengan cepat. Nah ini nih, buruknya ya tergantung situasi. Ketika lagi kumpul dengan teman-teman, ada salah satu orang sibuk dengan gadget nya. Senyum senyum sendiri. Dan sama sekali tidak peduli atau bahkan tidak menyadari bahwa dia sedang ada di dunia kenyataan dengan orang-orang yang ada di depan matanya. Secara tidak langsung, jiwa dan pikiran dia sedang ada di orang yang sedang chatingan sama dia. Kalau kata dosenku dulu gini 'menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh'. Hal seperti ini terjadi sekali dua kali sih wajar, tapi kalo dijadikan kebiasaan hati hati guys, selain Lo bakal di anggep ga asik sama temen temen Lo gara gara meet up terus sibuk main gadget terus, hal kaya gini bisa buat Lo susah fokus dalam melakukan sesuatu (baik pekerjaan/apapun). Apa sih bahayanya? Lo jadi merasa bingung, cemas akan yang sedang Lo lakuin. Ga sadar dan ga hadir 100%. Alhasil hasil kerja nya ya gitu gitu aja. Ga ada peningkatan. Ga sesuai sama goal kamu di awal. Ah pokoknya jadi hati tak menentu kaya galau ingat mantan udah di pelaminan duluan #eeaaa :p


Makannya kalo setiap ada jadwal meet up sama temen kesayangan yang udah long tome no see, aku suka menyarankan untuk menaruh hp di tengah/atas meja. Biar selama meet up, ga ada yang sibuk main gadget sendiri. Dan kalau ada hal urgent menghubungi sesuatu ya harus izin ke kita kita dulu. Hal ini beneran efektif loh buat pertemuan menjadi lebih berkualitas. Quality over quntity dude!

Selain itu faktor yang paling krusial ialah FOKUS. Satu kata yang sedang aku pelajari. Susah susah gampang. Semua berawal dari pikiran (untuk mau fokus), lalu dilakukan setiap waktu sehingga dijadikan kebiasaan. Einstein pun pernah melakukan hal yang sama selama 10000 jam sampai akhirnya dia berhasil. Berarti semua itu terbukti. It's all about your mindset to focus with something. Bukan cuman dalam hal pekerjaan. Ketika sedang makan, fokus untuk makan. Rasakan manis/pedes makananmu. Cut pikiran yang kesana sini. Stop pikiran yang berkeliaran dan tidak ada hubungan nya dengan makan. Makan. Ya hanya makan. Stop main gadget sambil makan (ini susah hehe). Stop makan sambil kerja. Nikmati dan sadari saat itu bahwa kau sedang makan. Pikiran yang berkeliaran tanpa arah yang jelas apalagi pikiran negatif disebut 'monkey mind' (Kata Adjie Silarus, dan aku lagi lagi setuju) dan itu tuh ga berguna banget. Dan itu akan buat kamu makin susah untuk fokus.

Menurut buku yang sedang aku baca karya Robin Sharma berjudul "The Monk Who Sold His Ferrari" bahwa otak kita setiap hari nya berpikir 6000 pikiran. Entah kecemasan akan masa depan. Atau perasaan bersalah/menyesal di masa lalu. Sehingga sulit rasanya untuk hidup, sadar dan hadir secara utuh di kehidupan saat ini, disini. Dunia yang terus berkembang, teknologi yang semakin pesat, lingkungan dengan orang-orang yang sibuk (workaholic) bakalan ngaruh sama daya pikir dan daya rasa kamu. Hal kaya gini lama kelamaan bisa buat kamu jadi robot. Melakukan sesuatu itu itu saja, tanpa ada kesadaran didalamnya. Ah sedih :(

Ada cerita lucu, yang sedikit menajdi contoh peran medsos melebihi apapun demi untuk upload. Jadi ceritanya gini, ketika sedang jalan jalan ke suatu tempat wisata di Bandung. Aku pernah pergi sama teman saat weekend. Macet nya minta ampun. Ketika sampai, tempat itu penuh banget dan panas. Lalu aku mengusulkan untuk mencari tempat duduk yang sedikit adem untuk istirahat. Lalu dengan entengnya dia bilang seperti ini, dan ini bikin aku ketawa geli di dalem hati "bentar yah Nung, disini dulu aja sebentar. Gue lagi mau update path nih, kok location nya ga ketemu ya?" Dia bilang gitu dengan mata yang tetap menatap gadget nya. Tanpa menoleh. Tanpa menyadari ada orang orang di sekitar. Tanpa melirik aku yang sedang kepanasan. Tanpa melihat sekeliling akan alam yang sangat indah. Tanpa merasakan panas (mungkin). Yang penting update di media sosial. Lalu untuk apa kita bertamasya jika terus sibuk untuk update sana sini? Lalu Hayati pun lelah........

Sadar penuh hadir utuh saat kamu sedang pergi ke tempat wisata pun perlu kau terapkan kawan! Jangan sampai keindahan alam ciptaan sang Maha Kuasa kau abaikan hanya untuk pamer di medsos. Tarik napas dalam dalam lalu hempaskan, tapi jangan keinget hempasnya Syahrini yang 'hempas datang lagi, hempas datang lagi' hehehe

Buat kamu yang merasa akhir akhir ini susah fokus, cemas berlebih dan bingung tak berujung yuk kita sama sama coba untuk Sadar penuh hadir utuh 100% setiap melakukan sesuatu. Aku juga masih belajar. Dimulai dari hal kecil, seperti rutin selama 3 menit di pagi hari fokus untuk menyadari nafas (udara masuk, udara keluarga) tanpa 'monkey mind' tadi. Aku percaya, hal besar selalu dimulai dari hal kecil. Semoga hal kecil ini bisa bawa kita menuju hal besar kita masing masing. Aamiin.


-semoga menginspirasi-


Jakarta, 13 September 2016
Read More

Kamis, 16 Juni 2016

"Titik Nol" Makna Sebuah Perjalanan

                                       
"Perjalanan adalah keberanian, penaklukan, impian, 
pergulatan, perayaan dan ekstasi" - Agustinus Wibowo

Titik Nol judul bukunya. Di sampulnya terdapat gambar seorang anak Uzbekistan sedang melayang indah di udara dengan latar belakang biru nya langit, setelah loncat dari atas pohon kering tanpa daun. Buku ini syarat akan makna, makna dalam setiap perjalanan yang dilakukan sang penulis dari satu negara ke negara lain di Asia Tengah. Tidaklah heran, cover buku bagian bawahnya terdapat kalimat "Titik Nol Makna Sebuah Perjalanan". Adalah Agustinus Wibowo pria asal Lumajang yang memulai perjalanan saat menginjak umur 22 tahun. 

Lalu apa yang menarik dari buku setebal 552 halaman ini? Bukan dari keberanian sang penulis yang melakukan perjalanan dari Beijing, Tibet, Nepal, India, Pakistan sampai Afghanistan. Tetapi 'perjalanan' didalam hatinya, kontemplasi-nya dan perjuangan-nya untuk bertahan hidup dari satu daerah ke daerah lain dengan status 'musafir'. Bukan sebagai backpacker atau bahkan turis. Membaca buku ini kembali mengingatkan ku bahwa hidup ini bagaikan sebuah perjalanan, dan setiap masing-masing orang adalah musafir untuk mencapai satu tujuan dengan cara yang berbeda-beda. Bahwa hidup adalah untuk berjuang, untuk melanjutkan nafas. Pegunungan Himalaya sampai Annapura di dakinya, sampai kematian hampir benar benar mendekatinya. Pendakian yang benar benar menguras fisik dan juga mental. Pencarian akan sebuah makna. Ada satu pernyataan yang saya suka perihal mendaki gunung :

"Perjalanan turun adalah proses melucuti ego. 
Jauh lebih mudah memupuk kekayaan sepanjang hidup, daripada melepaskan 
semua itu menjadi pertampa hampa. Ini kebalikan dari pendakian, 
yang sejalan dengan logika ambisi: berjuang untuk lebih tinggi dan tinggi" 
(halaman 205)

Bagi kamu yang suka mendaki gunung, kamu pasti tau bahwa turun gunung bukanlah perihal hal yang mudah, kawan! Berpacu dengan gravitasi, gerakan ingin cepat sampai bawah (yang mewakili ego pada diri manusia), tapi apa daya kelak kau akan jatuh jika turun gunung hanya ber-modalkan ego. Perlu tekhnis khusus alias 'melucuti ego' saat turun gunung agar seimbang dan tidak jatuh. Begitupun dalam hidup. Bersiapkah kau turun dengan kebanggaan, sampai pada titik nol?

"Lepaskanlah segala sesuatu justru pada saat kau masih menikmatinya, 
sebelum mencapai titik jenuh ketika kenikmatan itu malah berbalik arah 
menjadi kebosanan, penlakan, penyangkalan, kebencian." 
(halaman 270)

Makna perjalanan yang mendalam, ditambah bumbu 'spiritual' serta keindahan alam yang tersembunyi menjadi point penting dalam buku ini. Negara negara di Asia Tengah (yang bukan menjadi tujuan utama turis mancanegara) memiliki daya tariknya sendiri. Menjamu tamu asing dengan sangat luar biasa meski mereka hidup dalam keterbatasan. Salah satunya, di perbatasan antara India dan Nepal yaitu di Kashmir. Maka tak heran Kashmir disebut sebagai 'surga dunia yang merana'. Keindahan alam dan keramah-tamahan masyarakat Khasmir berhasil di gambarkan sang Agustinus Wibowo dengan cukup apik. Membuat saya penasaran sebenernya apa yang membuat masyarakat (yang mayoritas beragama islam) disana sangat baik di tengah banyak kekurangan yang mereka hadapi. "Berbagi dengan sesama memancarkan energi positif di dalam hati, lalu menumbuhkan kebahagiaan. Makin banyak energi positif yang terpancar, maka makin besar keinginan untuk berbagi dan makin merasa sangat bahagia". 

Perjalanan itu seperti menguji iman dan keyakinan kita. Akan selalu ada kerikil, jalan berlubang, tanjakan curam untuk mengetes seberapa kuat iman kita. Mengalirlah! Ya memang seperti ini hidup, bukan terus terusan memaksakan keinginan kita dalam bentuk takdir versi manusia.

"Hidup itu ajaib. Jalan ceritanya serba tak terduga. 
Lihatlah, takdir itu justru selalu mengincar orang yang menolaknya. 
Itu bukan takdir. Itu pilihan" 
(halaman 84-85)

Soal ketuhanan memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Dan ini menarik perhatian ku dalam buku ini. Sesuatu yang sangat fundamental dan keyakinan yang kuat bernama 'agama' mampu membawa seseorang untuk melakukan hal hal di luar batas kemampuannya. Seperti peziarah yang rela merangkak mengelilingi gunung suci Kailash (salah satu puncak gunung di Pegunungan Himalaya), dan dipercaya bahwa dosa seumur hidupnya akan dihapus. Di buku ini secara ekplisit membahas tentang berbagai ajaran agama. Sang penulis pun mengikuti ajaran dan budaya berbagai agama, seperti agama Budha di Tibet, agama Hindu di Nepal dan India sampai agama Islam di Pakistan dan Afghanistan. Bukan hanya perjalanan dari sang penulis, tetapi perjalanan 'spiritual' almarhum Ibunya ikut di gambarkan dengan jelas. 

"Kebahagiaan itu tidak pasti. Cuman kematian yang pasti. 
Ingatlah akan kematian, itu kunci kebahagiaan. 
Berterima kasihlah pada kematian. 
Karena kematian adalah guru terbesar dalam kehidupan." 

Ada tiga hal penting dalam setiap agama yaitu syariat (aturan), tarekat (jalan) dan hakikat (kebenaran). Dan diantara ketiga poin itu, hakikat alias kebenaran adalah yang paling penting. Jika setiap umat dalam setiap agama merasa agama mereka yang paling benar, maka untuk apa adanya perang antar umat ber-agama? Tidak akan ada akhirnya perkara tersebut. Seakan akan nyawa manusia tidak ada artinya. Agama adalah pilihan. Pilihan yang berdasarkan hati terdalam, bukan hanya topeng atau identitas semata. Agama yang paling benar adalah yang mengajarkan 'kemanusiaan'.

Agustinus Wibowo berhasil membawa saya melihat negara negara di Asia Tengah dari sisi yang beraneka ragam. Mengungkapkan sisi 'wisata' lain yang terasa sangat nyata, terus terang dan apa adanya. Terdapat banyak kebahagiaan dibalik kemiskinan, kelaparan, peperangan antar etnis dan agama serta berbagai bentuk politisasi yang tidak men-sejahterakan rakyat. Lalu rasanya, kita perlu sangat bersyukur terlahir di tanah Indonesia, dengan kebebasan memilih agama dan saling toleransi atar suku, agama dan budaya. Bhinneka Tunggal Ika!

Lalu kenapa judulnya Titik Nol? Setiap perjalanan pasti akan berujung pada akhir, pada kata 'pulang' dan pada kata 'rumah'. Titik Nol saat memulai perjalanan adalah Titik Nol pada saat akhir perjalanan. Bentuknya lingkaran, tanpa batas dan hanya memiliki satu titik.

"Dari titik nol kita berangkat, kepada titik nol kita kembali. 
Tiada kisah cinta yang tak berbubuh noktah, tiada pesta tanpa bubar, 
tiada pertemuan tanpa perpisahan dan tiada perjalanan yang tanpa pulang"

Fakta nya saya terbuai dengan buku terbitan tahun 2013 ini yang juga merupakan buku ketiga dari Agustinus Wibowo. Sebelumnya ada buku berjudul "Garis Batas: Perjalanan di Negeri Negeri Asia Tengah" dan "Selimut Debu". Selamat membaca, semoga menginspirasi ya! Kalau ada yang mau pinjam  bukunya silahkan kabari saya. Sebelum ditutup, ada beberapa kalimat yang menggambarkan perjalanan buku ini :

"Dari sinilah sebuah perjalanan bermula. Fantasi tentang negeri awan, ambisi untuk menaklukan, liarnya alam, menggapai yang tinggi, pembuktian diri, menyibak negeri antah berantah. 
Semua manusia di tengah perjalanan, berbagai cara, berbagai tujuan, berbagai warna, 
berbagai cerita, berbagai keyakinan, berbagai perjuangan, berbagai fase. 
Perjalanan adalah keberanian, penaklukan, impian, pergulatan, perayaan dan ekstasi. 
Perjalanan adalah keheningan, perjalanan adalah saat teduh, perjalanan adalah meditasi, perjalanan adalah spiritualis, perjalanan adalah pencarian, 
perjalanan adalah penyucian, perjalanan adalah berserah. 
Perjalanan adalah perhentian, pembebasan, ratapan, pertahanan hidup, karma. 
Perjalanan adalah pencerahan, perjalanan adalah pulang, perjalanan adalah hidup, 
hidup adalah perjalanan. Dimanakah titik akhir itu?"







Read More

Minggu, 08 Mei 2016

Sabtu Bersama Bapak


Yang suka baca novel pasti gak asing dong sama buku Sabtu Bersama Bapak ini? Buku karya Aditya Mulya ini berhasil aku baca dalam satu hari. Kurang lebih ada 230 halaman dan kalimatnya enak di baca *yakali makanan enak hahaha*, mudah dipahami dan yang paling penting MEANINGFUL.

Sebenernya udah tau buku ini dari lama, suka liat liat juga di Gramed. Tapi ya karena pandangan di awal kurang suka baca novel, jadinya ga terlalu tertarik hehe. Tapi you know what? Buku ini berhasil ada di halaman blog aku yang menandakan bahwa aku tertarik dengan buku ini. Bukunya keren dan kece parah! Serius!

Alur cerita yang maju-mundur perlu konsentrasi khusus pas lagi baca. Susunan kata Aditya Mulya yang mudah dipahami dan sepaket dengan pesan dalam menjalani kehidupan, tak lupa dibungkus dengan 'kelucuan tidak mainstream' yang berhasil buat ngakak adalah poin plus plus banget. Buku ini menceritakan tentang seorang Bapak yang bikin video untuk kedua anaknya sebelum meninggal karena sudah divonis kanker. Kedua anak itu bernama Satya dan Saka. Video itu berisi tentang segala pengalaman beserta nasehat dari seorang Bapak ke anaknya, dimana yang di setiap kasetnya ada judul masing masing beserta waktu yang tepat kapan video ini dapat dilihat oleh kedua anak laki-lakinya itu.

Sabtu adalah hari yang paling tepat bagi Satya dan Saka untuk menonton video. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan hari Sabtu berkumpul di ruang keluarga untuk menonton video  bapak bersama Ibunya. Kekeluargaan di buku ini feel nya dapet banget. Realistis juga alias seperti kejadian sehari-hari. Kesannya seperti apa adanya tanpa dibuat buat. Pokoknya ceritanya seruuuuu! Bisa dibaca oleh calon bapak, seorang bapak, seorang ibu, calon ibu, orangtua, seorang laki-laki bahkan wanita kaya aku ini. Aditya Mulya berhasil membuat tulisan yang bisa dibaca oleh segala kalangan *berguru nulis dong mas Adit......

Ada satu pesan yang saya dapet dari buku ini yaitu salah satunya tentang pernikahan *sumfah ga maksud kode apalagi pengen keliatan ngebet nikah loh ini bahwa didalam bukunya, Aditya Mulya berpandangan bahwa menikah itu butuh perencanaan. Apalagi bagi seorang pria, bener bener menyiapkan dan merencanakan secara lahir batin ketika memutuskan untuk menjadi seorang kepala keluarga. Dan menikah bukan hanya menikah, ada yang lebih dalam dan sakral didalamnya. 

Ibu : "Ka, istri yang baik gak akan keberatan diajak melarat."
Saka : "Iya sih. Tapi Mah, suami yang baik 
tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat."

Ada lagi, bukan hanya tentang pernikahan. Saat menjalin hubungan serius juga, ketika ada yang bilang 'saling melengkapi' kepada pasangannya dan saya setuju mengganti katanya menjadi 'saling menguatkan'. Ada satu quote yang saya suka :

"Membangun suatu hubungan itu butuh dua orang yang solid. 
Yang sama sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. 
Karena untuk menjadi kuat, 
adalah tanggung jawab masing-masing orang. 
Bukan tanggung jawab orang lain"


Ah lagi lagi aku setuju! Terus belajar, terus memperbaiki diri tanpa batas usia ataupun waktu. Buat yang sudah memiliki pasangan: Stop untuk menuntut pasangan ini-itu tanpa intropeksi diri apa yang sudah kamu perbaiki. Dan buat yang masih jomblo: Daripada sibuk mencari siapa dan dimana jodohnya, lebih baik sibuk memantaskan dan memperbaiki diri buat dia. Dan tak lupa, selalu sebut dalam doa. 

Dan terakhir nih, buku ini juga mengangkat tentang kesederhanaan. Ada quote yang lagi lagi aku demen :

"Harga diri kita tidak datang dari barang yang kita pakai. 
Tidak datang dari barang yang kita punya. 
Harga diri kita datang dari dalam hati, dan berdampak ke luar"


Buku ini juga akan difilmkan dan sebentar lagi tayang.

Selamat membaca!
Ah semoga calon pria idaman-ku disana sudah baca buku ini hehe :p

Read More

Rabu, 02 September 2015

Oh, DILAN!


Aku sedang duduk diatas kasur, di depan laptop setelah mengabiskan susu di gelas yang yang tinggal sedikit lagi. Waktu menunjukkan pukul 14.10 WIB. Disebelah kanan kasur, ada jendela yang menghadap ke luar. Disini view paling favorit aku untuk menikmati senja atau memandang bulan dan bintang di malam hari. Dan satu lagi, rumah ini tidak sedang dijual.

Kamu tau DILAN? bagi penggemarnya sang Ayah pidi baiq pasti sudah tidak asing lagi. Sebenarnya aku sudah tau DILAN dan pidi baiq beserta buku buku yang lainnya, tapi aku (belum) tertarik. Sampai akhirnya ketika saya berniat mau pinjam buku Stephen Hawking ke salah satu temen SMA, dan dia merekomendasikan untuk saya membaca DILAN terlebih dahulu. Yaudah aku nurut, dan aku dipinjami buku DILAN bagian satu dan dua seklaigus.

Awalnya, saya kurang menyukai novel non fiksi. Apalagi yang berlatar belakang asmara putih abu, menurutku itu lebay. Meski dulu waktu SMP dan SMA saya punya koleksi novel teen-lit yang cukup lumayan. Dengan niat iseng aku mulai baca DILAN dan temen bilang gini "Baca deh nung, 2 hari juga kelar." "masa sih, tebel gila. Gue aja buku yang tipis sebulan belum kelar" "nanti lo bakal terbawa susasan, percaya deh!"

Dan you know what, aku baca DILAN bagian satu dalam waktu 5 jam. Dan baca DILAN bagian dua keesokan harinya dalam waktu tidak lebeih dari 4 jam. Pasti kamu bisa lebih cepat baca dibanding aku? tidak masalah itu urusanmu soalnya ini rekor buat aku sendiri hahahaha. 

Pidi Baiq mengemas cerita dalam bentuk kata ganti orang pertama alias 'aku'. Seolah-olah sang pembaca menjadi sang tokoh utama wanita yaitu Lia. DILAN di bagian pertama bener-bener buat penasaran sama ending novelnya gimana, tapi disana ada rasa gamau buru buru selesai baca. Ingin sangat menikmati setiap moment, apalagi saat saat manis Dilan mengistimewkaan Lia hahaha :) hastag sirik :p

Dibuku DILAN bagian pertama, ini jadi favorit saya dibandingkan buku DILAN bagian kedua. Karena apa? karena DILAN pertama menceritakan tentang 'proses' awal bertemu sampai akhirnya Dilan dan Lia berpacaran. Alias aku lebih suka proses mereka pedekate sampai mereka pacaran hehe lebih gimana gituuu membawa saya ke masa-masa putih abu.

Tapi bukan berarti DILAN bagian dua ga seru! Disana aku lihat kalo cinta itu ga selamanya happy ending dan long lasting. Ga harus memiliki juga. Dan segala problematika anak SMA. Hahahahaha bagian yang aku suka di buku DILAN bagian dua adalah saat Lia membuat pernyataan di depan orang tua nya, Tante Anis dan Yugo (yang sudah baca pasti tau, yang belum ya yuk baca dulu hehehe) bahwa Dilan adalah pacarnya dan dikeluarkan dari sekolah hanya demi membela dirinya :) moment paling keren dan keren pisan!!! :D

Di buku DILAN bagian dua juga, apalagi di bagian terakhirnya bahwa waktu memang akan merubah seseorang. Tapi perasaan akan tetap sama dan terus berjalan. Aku setuju, sama pernyataan pidi baiq yang bilang bahwa masa lalu ada untuk di kenang dan dibiarkan bukan untuk di perdebatkan.

Ah Dilan, andai aku SMA di tahun 1990 maka aku akan sangat beruntung mengenalmu. Membawa sesuatu yang baru, seperti roller coaster hehe :)

Yang belum baca, ayo baca! Lumayan penghilang penat nungguin di acc sidang akhir sama dosen pembimbing hehe. Yang sudah baca duluan, duh gue kok telat ya? :p


Ada yang aku suka dari pidi baiq, katanya :

"Tujuan pacaran adalah untuk putus.
Bisa karena putus hubungan, bisa karena putus untuk menikah"

Read More

Minggu, 25 Januari 2015

Rich Dad, Poor Dad


Buku "Rich Dad, Poor Dad" karya Robert T.Kiyosaki ini isinya bener-bener bisa merubah pandangan anda! Buku ini tidak dibalut dengan pakaian seksi atau make up yang sangat menarik, tidak jomblo dan tidak sedang punya kekasih, tidak sewangi parfume gebetan kamu, namun buku ini bisa merubah pandangan kamu terhadap money..money..money..
Read More

Sabtu, 17 Januari 2015

The Secret!


HAPY NEW YEAR 2015 !!!

Blog pertama saya di tahun ini *ngaret buanget nih maaf ya jadi nungguin, ciyeh ditungguin* :D

Banyak banget yang pengen saya ceritain, karena akhir-akhir ini hidup saya sangat jauh lebih asik dan memiliki makna di setip hembusannya. Saya merasa banyak yang berubah dari diri saya, berubah yang ke arah lebih baik ya. Saya sedang menjalai program theraphy berpikir positif dan menjalankan satu kunci kebahagian sepanjang masa yaitu lewat syukur.
Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.