MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Sabtu, 27 Agustus 2016

Belajar Ikhlas


Setelah melakukan 'perenungan' beberapa bulan terakhir dan melakukan percakapan secara intim dengan diri sendiri, ternyata ada sesuatu yang aku pelajari tentang 'cara cara efektif' menjalani hidup. Berat banget kan ya kalimatnya? hehe karena proses untuk mengerti dan memahami itu juga ga gampang. Beneran!

Dulu, saat masih kuliah aku tipe orang sangat idealis. Idealis dalam arti merasa paling benar akan semua mimpi yang aku punya. Ber-ambisi untuk mendapatkan sesuatu tanpa melihat kesanggupan dari diri sanggup atau engga. Yang terus ber-ambisi akan tetapi belum menyiapkan mental untuk 'menerima' hal hal yang tidak sesuai, kecewa misalnya. Cape fisik bisa disembukan lewat istirahat. Tapi, kalo cape jiwa? Lain cara pemulihannya. Lalu sampailah aku berada pada titik lelah, lelah yang sangat lelah. Lalu aku berpikir, harus ada sesuatu yang aku rubah dalam mindset aku dalam achievement my dreams. Sebelumnya aku pernah menulis blog dengan judul Menerima Juga Se-Keren Memberi proses yang aku alami selanjutnya yaitu tentang IKHLAS.

Pencarian dan pemahaman tentang kata IKHLAS prosesnya sama kaya disaat aku mencari pemahaman tentang sukses ataupun bahagia. Bukan hanya baca di banyak teori, buku, artikel atau bahkan Al-Qur'an, tetapi bener bener dirasakan dan terus dicoba untuk dilakukan secara continuesly. Semua cara aku rubah satu persatu. Cara membuat mimpi, plan action, ubah perspective bahwa hidup bukan hanya tentang pencapaian akan tetapi tentang segala penerimaan hal-hal kecil disekitar yang perlu untuk disyukuri (Adjie Silarus) sampai cara aku berdo'a. Gilak gilak niat banget ya? Karena aku merasa ada sesuatu yang gak efektif yang aku lakukan selama ini dalam achieve my goal life. 

Dan ternyata, setelah aku merubah cara ku berdo'a dan terus mendekatkan diri untuk minta petunjuk ke Sang Maha Menciptakan, hasilnya luar biasa. Ketika kita berdo'a mengharapkan sesuatu, jangan lupa siapkan perasaan ikhlas didalamnya. Tuhan lebih mengetahui apa yang terbaik buat kita bahkan lebih mengenal kita, lebih dari diri kita sendiri. Jadi kemaren-kemaren cara aku menjalani hidup, dan ber-ambisi berlebihan untuk mencapai semua mimpi-mimpi aku ternyata sama sekali gak efektif. Memang ya, solusi terbaik akan suatu masalah/keadaan semua datangnya dari Tuhan. Karena memang Tuhan yang menciptakan kita, dan Tuhan pula lah yang akan mengatur semua yang terjadi dalam hidup kita. Sungguh sombongnya diriku saat itu, mempunyai banyak mimpi tanpa melibatkan Tuhan didalamnya.

Semoga yang aku share ini, yang baca bisa merasa terinspirasi dan jika memang sedang merasakan hal yang sama bisa dicoba cara efektif yang sudah dan sedang aku lakukan saat ini. Ada satu surat di Al-Qur'an yang selalu aku jadikan sebagai patokan dalam menjalani hidup yaitu Surat Al-An'am ayat 56 yang artinya "Sesungguhnya ibadahku, solatku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT semata". Semoga kita selalu berada dalam golongan yang Allah ridhoi setiap apa yang akan dan sedang kita lakukan. Aamiin. Wallahu A'lam Bishawab.



Jakarta,
27 Agustus 2016
Read More

Rabu, 03 Agustus 2016

Berdamai Dengan Masa Lalu


Bagiku rasa bingung teramat dalam ialah ketika kamu secara tidak pasti, tidak mengetahui letak kekurangan dan kesalahan kamu dimana. Untuk sesuatu yang menurut kamu sangat berharga. Untuk sesuatu yang benar benar kamu inginkan dalam hidup. Padahal kamu merasa seolah-olah kamu sudah melakukan yang terbaik. Berusaha sekuat tenaga. Namun hasil tidak sesuai harapan. Maka otak dengan cepat flashback lalu meng-observasi kejadian secara rinci. Mencari berbagai kemungkinan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan. Atau kesalahan sepele yang menurut orang adalah sesuatu yang besar. Perlu persepektif dari segala penjuru untuk menemukannya. Lelah? Sudah pasti! Berusaha tidak dipikirkan, tetapi tetap saja otak masih terus mencari jawaban setidaknya untuk membuat si hati sedikit tenang. Apapun yang sudah kamu temukan, hasilnya baru sebatas 'asumsi' pribadi. Tidak ada bukti akurat. Point nya bukan tentang kesalahan atau kekurangannya, tetapi ketidakpastian ke-akuratan suatu asumsi sendiri. Bahasa anak gahulnya 'digantung'. Dan sudah terbukti, sangat tidak menyenangkan.

Hari ini, ada lagi yang aku pelajari lagi tentang diri sendiri. Tentang mengenal diri sendiri. 'Penasaran' ternyata bisa membuat hati terluka (bagi saya). Rasanya seperti perdebatan antara keyakinan didalam hati dengan panca indra yang menggambarkan realita. Bertolak belakang. Makin hari, makin menyiksa seperti luka yang terus ditetesi air garam. Perih. Sebenernya rasa perih dibuat oleh diri sendiri karena belum berani alias belum siap menerima realita/jawaban yang gak sesuai ekspetasi. Bergelut dengan diri sendiri sangat melelahkan. Dibawa setiap waktu selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Ekspetasi itu membunuh!

Mungkin ini yang dinamakan rantai gajah. Menjalani kehidupan tetapi masih terjebak terhadap perasaan masa lalu. Tau rasanya gimana? Kaya mayat hidup. Hidup tapi ga seutuhnya ada saat itu. Apa yang setiap aku lakukan si otak masih saja (tanpa komando) mempertanyakan masa lalu yang belum terjawab. Aku belum selesai dengan masa lalu. Dan saat aku belum selesai dengan masa lalu, aku belum siap menghadapi hidup saat ini. Hasilnya akan selalu nihil. Karena hati, pikiran dan perasaan masih tertinggal di belakang.

Ketika perdebatan dengan diri sendiri terus berlangsung, faktor eksternal menjadi satu satunya pengaruh dalam hidupmu kedepannya. Entah lingkungan, keluarga, teman, hobi atau bahkan agama. Semua dilakukan untuk bisa memperbaiki diri, untuk berdamai dengan masa lalu. Termasuk menggunakan rasa ikhlas yang katanya solusi paling mujarab. Tapi ikhlas tidak segampang teori. Butuh proses, ada rasa sakit didalamnya dan sudah pasti ada sesuatu yang kamu korbankan.

Namun, setelah mengetahui alias menemukan jawaban yang bukti ke-akuratannya hampir 90% (karena feedback datang dari orang lain yang sudah mengamati diri kita cukup lama), rasa lega mendadak muncul. Feedback yang datang secara bertubi, menusuk hati sampai meninggalkan rasa kecewa. Ternyata banyak hal yang perlu diperbaiki dari aku, sikap yang kurang efektif bahkan hal yang terlihat sepele namun akan berdampak besar nan luas terhadap lingkungan. Bukan hanya tentang pekerjaan, tapi semua feedback yang datang benar benar dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sosialku. Sekarang lagi dalam proses penyembuhan hati. Meskipun rasanya sepertu habis dicambuk (karena hati dan pikiran menyetujui dan juga menerima akan semua feedback yang datang), beban yang selama berbulan-bulan menempel tanpa arah kini berkurang sedikit demi sedikit. Seperti terbebas dari rantai gajah. Lega. Bebas. Lepas. Dan siap menyambut hari ini, saat ini.

Perjalanan menjelajahi diri sendiri memang tiada batasnya. Selalu ada sesuatu baru yang bersumber dari dalam diri yang bisa di gali, di temukan, lalu dicari solusi nya. Untuk apa dicari? Untuk siap dijadikan pembelajaran jika hal tersebut terjadi di kemudian hari. Jadi gak kebingunagn lagi dan siap menerima dengan senang hati. Seperti buku yang pernah aku baca kalau 'Receiving is a part of happiness'. Sekarang aku sedang belajar dan mengatur otak (mindset) bahwa hidup adalah sebuah 'penerimaan' dengan sadar dan utuh. Bismillah. Btw, apa yang aku tulis dari atas sama sekali bukan membahas pria ya. Atau belum move dari yang dulu hehe. Hanya sebatas tulisan, mengekspresikan perasaan yang labil biar emosi bisa seimbang setelahnya. Terimakasih untuk teman, buku, artikel dan alam semesta yang telah mengingatkanku untuk berani menerima dan berdamai dengan masa lalu. Terlebih Allah SWT yang masih mengizinkanku untuk terus ber-tafakur dalam menjalani hidup ini. Sudahkah kamu makin mengenal terhadap diri sendiri?

Read More

Selasa, 02 Agustus 2016

Ber-proses


Proses.

Semua pasti akan melewati tahap proses. Sama seperti bangunan ini. Belum sampai setengahnya jadi alias masih dalam 'proses' pembangunan. Terbentuknya makhluk hidup baik manusia atau hewan pun pasti ada prosesnya. Sang ulat yang berubah menjadi kupu-kupu melalui proses metamorfosa, proses senja yang cantik, makanan (meski mie instan, tetap ada proses pembuatannya), dan juga proses manjadi manusia. Setiap masing-masing proses tersebut memiliki tahapan yang berbeda. 

Bagiku, proses adalah hal yang selalu aku hargai. Setiap orang memiliki 'proses' nya masing-masing. Proses menjadi dewasa, proses menjadi seorang istri/suami, proses mendapatkan pekerjaan, proses menjadi seorang mukmin, proses mengenal diri sendiri, proses menjadi seorang ibu/ayah atau bahkan proses menjadi diri sendiri. Setiap orang bahkan di waktu, tempat, umur atau bahkan rahim yang sama belum tentu akan mengalami 'proses' yang sama pula. Banyak faktor yang mempengaruhi proses apa yang sedang/akan kamu jalani. Seperti penjelajahan dalam diri sendiri. Dimulai dengan sesuatu yang pasti berbeda dengan yang lain. Akan tetapi, tentu saja setiap orang berhak menciptakan proses seperti apa yang akan dijalani kedepannya.

Kadang aku suka merasa, kehidupan orang lain lebih baik dariku. Atau temanku mengatakan bahwa kehidupanku jauh lebih asik darinya. Lalu temanku yang lain mengatakan kehidupan artis lebih enak darinya. Padahal yang kita lihat hanya luarnya saja, kita tidak tahu proses didalamnya seperti apa. Yang mengetahui proses itu ya dirinya sendiri. Sedikit banyak pemikiran tersebut mempengaruhi aktivitas/kegiatan kita setiap hari. Emang gak gampang sih merubah paradigma 'rumput tetangga lebih hijau' itu, karena kita hidup dilingkungan sosial yang selalu saja ada hal hal yang sudah ditetapkan sebelumnya versi orang dulu.

Ada yang bilang, kalo proses itu adalah penghubung antara awal dan akhir (tujuan). Anehnya, aku malah lebih menyukai kata 'proses' dibandingkan 'akhir/tujuan'. Karena dalam setiap proses, pasti aku akan belajar sesuatu. Bahkan belajar bagaimana merasakan rasa sakit dan berkawan dengannya.

Dalam hidup ini, aku ingin terus berproses, berproses ke arah lebih baik pastinya. Bukan berarti aku tidak memiliki tujuan, akan tetapi biarlah aku sematkan tujuan akhir berada di kehidupan akherat sana (surga). Berambisi dalam hidup memang dibutuhkan, tetapi kesadaran bahwa hidup di dunia hanya sementara kadang suka terlewatkan. Semoga kita selalu menjadi manusia yang terus berproses di jalan Allah, aamiin.

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.