Huff tarik nafas dalam..1..2..3..
Sebagai ibu yang masih terus belajar, menghadapi anak sakit cukup sangat tertantang bagiku. Apalagi perkara demam pada Kala (nama anakku). Kaya apapun saat Kala sakit it's okay aku sebagai ibunya siap mendampingi tapi kalo Kala udah demam, rasanya aku give up dan ingin segera bawa dia ke IGD Rumah Sakit secepatnya, diurus sama tenaga medis yang memang ahlinya meski demam hanya 38,00 sekalipun.
Kenapa ini bisa terjadi? Jelas karena Kala punya riwayat kejang demam. Jadi pernah usia 1 tahun dia kejang untuk pertama kalinya saat suhu mencapai 40,00 lebih. Itu masih oke karena kejangnya sebentar. Selang 1 tahun kemudian, usia Kala 2 tahun 2 bulan dia kembali kejang karena demam tinggi. Beberapa kali aku lihat langsung Kala kejang demam saat itu. Kami bawa ke RS dan hasil labnya menunjukkan infeksi bakteri khususnya di pencernaan. Beberapa kali aku menyaksikan anakku kejang demam, dan selalu aku yang pertama kali memberikan pertolongan pertama. Ilmu dan teori paham, obat kejang siap di rumah, tapi gemeter dan rasa takunya itu masih kerasa ampe sekarang kalo tau Kala demam ringan 37,5 - 38,0.
Saking takutnya, aku sampe mules, beberapa kali buang air besar, dan biasanya demam itu datang malam ke pagi hari, saat itu juga sekedar tidur 10 menit pun aku merasa bersalah, kaya gamau bersikap keliru saat penanganan demam pada Kala. Kaya mau langsung bawa Kala ke IGD RS itu, padahal itu demam ringan ga sampe 38,0 tapi perasaan udah campur aduk. Nangis. Solat malam, ngaji, minta ampun ke Allah SWT, bahkan solat taubat. Coba cari ketenangan di malam sunyi sendirian diatas sajadah. Kaya, Ya Allah maafin aku udah jadi Ibu yang dzalim karena Kala sekarang lagi sakit. Padalah sakit dan juga demam pada anak 4 tahun itu wajar. Apa aku adalah ibu yang menjunjung kesempurnaan? Ah, jadi Ibu emang ga mudah. Ada rasa takut yang harus dilawan.
Pastinya saat anak sakit, orang pertama yang merasa bersalah adalah Ibunya. Aku salah apa, kurang jaga nih ke anak, makan apa ya dia, ketularan sakit dari mana ya dan segala overthinking nya. Padahal jelas lagi lagi sakit pada anak balita itu wajar, apalagi demam ringan dan itu terjadi ga tiap bulan, kaya setahun beberapa kali doang gitu loh. Otak bisa mikir kesana, tapi hati bukan main gelisahnya.
Apa ini tanda aku terlalu melekat pada anak? Sedangkan anak gamungkin sehat terus ada kalanya dia sakit, dan demam ringan itu wajar karena sistem imun tubuhnya aktif dan bekerja semestinya. Segala ilmu tentang demam aku tau, tapi tetep saja pas kejadian gemeteran tangan, keringetan, mendadak mules, gaenak diem pokoknya ciri ciri gelisah lah.
Pernah satu waktu, setelah ku kasih obat pereda demam (demam 37,5-38,2) jam 4 pagi, setelah solat subuh ku tidur di kamar terpisah dengan Kala (Kala dengan Ayahnya), karena aku cape tiap jam cek-in suhu kala dan jadi overthingking berimbas gabisa tidur, sedangkan besok aku harus fit untuk masak masakan bergizi buat Kala, temenin dia biar mood dia happy dan lain-lain. Hal yang paling ditakutkan, lagi lagi Allah tunjukkan. Ah, manusia.
Apa ini yang disebut trauma? Jelas rasa trauma harus dilawan diri sendiri, rasa takut yang kita rasakan ga semua orang paham. Apa sudah saatnya aku ke psikolog?
Pintaku selesai solat yang utama dan pertama adalah sehat. Sungguh sehat adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan tapi sering dilupakan. Semoga aku bisa lebih tenang saat Kala sakit.
0 komentar:
Posting Komentar
Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!