MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Jumat, 27 Mei 2016

Ber-'Hijrah' Apa Perlu Hidayah?


Kali ini, saya tidak akan membahas travelling atau trip saya ke tempat indah di Indonesia. Akan tetapi, tentang travelling terdalam pada diri saya sendiri. Perlu kau ketahui Bung, definisi travelling atau perjalanan itu sangat luas.

Hijab. Satu kata, berjuta makna. Di agamaku, hijab atau kerudung merupakan suatu kewajiban bagi seorang wanita. Fungsinya sudah jelas untuk menutupi aurat. Saya sungguh sudah tau hal tersebut dari dulu, dari SMA. Tetapi, mungkin saat itu hati saya belum tergerak mengenakan apa yang namanya kerudung. Saat itu, saya punya alasan tersendiri mengapa belum juga memakai kerudung. Bagiku, kerudung dan amal ibadah tidak ada korelasi nya. Ibadah seseorang tidak bisa hanya dilihat dari luarnya saja, nilai suatu ibadah hanya bisa Allah SWT yang menilai. Bukan manusia dengan mata nya, lewat kerudung yang dipakai. Stigma pemikiran tersebut terus berkembang sampai beberapa tahun terakhir.

Teman teman terdekat saya lambat laun sudah mulai memakai kerudung. Bahkan salah satu temanku yang sangat tomboy. Lalu, selalu ku tanyakan alasannya karena apa atau mendapatkan hidayah seperti apa. Karena sungguh menggelitik pikiran ku, "Masa untuk mengenakan kerudung harus mendapatkan hidayah terlebih dahulu? Sebenarnya hidayah tuh apa sih? Kira-kira hidayah yang akan datang kepada saya seperti apa ya?" Satu yang saya tau saat itu, hidayah itu seperti film film yang ada di televisi, azab yang didapat ketika seseorang akan dan sudah meninggal karena perilaku yang dilakukan selama hidupnya. Dikemas dengan begitu menakutkan. Banyaklah saya bertanya tentang kerudung dan hubungannya dengan ibadah, tentang hidayah, beradu argumen sambil membawa satu prinsip saya yang dulu itu, bahkan sampai kepada dosen pembimbing skripsi saya. Hal tersebut saya lakukan, karena saya penasaran dan belum mendapatkan jawaban yang saya inginkan. Lalu salah satu temanku mengatakan bahwa hidayah itu bukan ditunggu tetapi dicari.

Sekitar satu tahun yang lalu, saya belum juga menemukan jawaban yang pas untuk memakai kerudung. Pernah ku tanya pada Ibu ku dan Mamah ku kapan mereka mulai memakai kerudung, dan mereka kompak memakai kerudung setelah menikah. Mereka juga tidak pernah memaksa saya memakai kerudung. Bapak ku sempat menanyakan kapan aku memakai kerudung, katanya aku akan terlihat makin cantik setelah memakai kerudung. Lalu ku jawab pada Bapak ku, jawaban akbar bagi mereka yang belum memakai kerudung seperti saya yaitu "belum siap, lagi meng-hijabkan hati terlebih dahulu". Lagian, saya juga tidak mau memakai kerudung hanya ingin terlihat lebih cantik dan modis seperti para hijaber disana. Itu alasan yang cukup dangkal, bagiku kerudung atau hijab memiliki nilai spiritual tersendiri dengan Tuhan. Dan hanya ingin terlihat 'lebih cantik' belum cukup dijadikan alasan bagiku untuk segera memakai kerudung. Ketika someday, saya akhirnya memutuskan untuk memakai kerudung, itu karena keputusan yang saya buat sendiri dengan berbagai alasan yang cukup kuat. Dan yang pasti, saya sudah menemukan jawaban yang saya inginkan. Bukan karena suruhan, paksaan apalagi mengikuti trend. 

15 Februari 2016

Setelah solat dhuha, saya menghampiri kaca. Memandangi wajah sendiri sambil tersenyum manis dengan niat, saya ingin mengenakan kerudung dimulai dari hari ini sampai selamanya. Bismillah.....

Hari itu, hari pertama saya di dalam hidupku untuk memakai kerudung dengan niat karena Allah SWT dan dipakai selamanya, InsyaAllah. Cukup kerepotan, mungkin karena belum terbiasa dan kerudung saya selalu berantakan. Proses yang berhasil menggelitik perasaan sendiri hehe. Sebelumnya, saya menyampaikan niat saya untuk mengenakan kerudung kepada Ibu dan Mamah ku. Mereka tentunya senang dan sangat mendukung. Terutama Mamah ku, reaksi pertamanya ialah memeluk ku, katanya terharu. Mamahku lebay! :p

Sudah ku niatkan sejak lama, ingin mengenakan kerudung sebelum hari ulang tahun ku yang ke 23. Hari ulang tahunku tanggal 17 Februari. Saya ingin ada perubahan positif dalam diri saya, seiring bertambahnya umur saya. Banyak teman teman kampus yang kaget dan heboh atas keputusan saya ber-hijrah. Saat itu, saya masih dalam proses belajar bahasa inggris dan belajar kehidupan di Pare. Teman-temanku yang di Bandung mengatakan, bahwa Pare telah berhasil memberikan hidayah kepada saya. Bukan hanya mereka, teman teman baru ku di Pare tidak kalah kaget dengan perubahan penampilan saya.

Dan 1000% teman teman dan keluarga sangat setuju atas keputusan saya ber-hijrah. Mereka ikut senang dan mendukung. Bentuk dukungan mereka sangat lucu, teman teman camp saya di Pare langsung memberikan tutorial hijab gratis kepadaku bahkan sampai memberikan kerudung milik pribadinya tanpa ku minta. Tentu berbeda dengan reaksi teman temanku yang laki laki disana, "permanently or temporarily?" Itu adalah kalimat pertama yang dilontarkan salah satu temanku ketika untuk pertama kalinya melihat saya berkerudung. Cukup bikin kezel sih, masa saya mengenakan kerudung hanya untuk main main? Ada lagi nih yang saking pedulinya, dia selalu komen atas tidak rapih nya kerudung yang sedang saya pakai. Dikomen sama temen laki-laki rasanya.......

Bahkan sampai ada yang mengancam, katanya kalo nanti dia melihat saya upload foto tidak memakai kerudung, dia akan menjadi orang pertama yang mengingatkan saya untuk kembali ke jalan yang benar. Hahaha lucunya ya mereka semua? Intinya, orang orang di sekitar saya sangat mendukung salah satu aksi saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Meskipun mereka menduga bahwa saya memakai kerudung hanya sementara. Apa mungkin saya seperti belum pantas mengenakan kerudung, ya? Sampai salah satu mentor ku di camp menanyakan, setelah saya pulang ke Bandung apakah kerudung ini masih akan saya pakai? Saya merasa tidak perlu menjawab semua pertanyaan pertanyaan itu, karena saya memakai kerudung bukan untuk menyenangkan orang-orang sekitar apalagi ingin terlihat alim, sungguh saya masih sangat belajar untuk menjadi seorang muslimah yang baik. Untuk masalah hijrah ini, biarlah menjadi urusan dan janji vertikal saya dengan Allah SWT. Dan saya juga tidak perlu mendapat persetujuan dari siapapun atas keputusan yang sudah saya ambil ini.

Asumsi dari mereka semua memang tidak patut disalahkan, karena setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya masing-masing. Tapi, apakah kamu tau apa jawaban yang akhirnya bisa merubah prinsip saya sebelumnya? Idealis saya yang tebal itu diruntuhkan oleh satu hal yang simpel. Jujur saja, setelah saya memutuskan memakai kerudung, saya belum mendapatkan 'hidayah' yang dimaksud orang-orang yang sudah hijrah terlebih dahulu. Hampir satu tahun saya mencari hidayah, dan cukup membingungkan. Setelah membaca beberapa artikel dan berbincang dengan beberapa orang, lalu muncul lah  perasaan dan pikiran yang  berbeda. Saya ingat sebuah kalimat, "memakai kerudung adalah kewajiban, sama seperti solat 5 waktu". Rasanya saya seperti orang takabur dan kufur nikmat. Sungguh malu rasanya, ketika menyadari begitu banyak nikmat, kebahagiaan, berkah dan segala kelancaran yang Allah kasih selama ini kepada saya. Dan untuk menjalankan satu kewajiban, HANYA SATU kewajiban yang jelas jelas sudah Allah SWT perintahkan saja, saya masih harus mencari-cari jawaban selama kurang lebih satu tahun. Masih harus mencari 'pembenaran yang lain' yang sebenarnya memang sudah benar dan ada suruhannya di Al-Qur'an. Seperti makhluk yang tidak tau diri, bukan? Sampai hari ini saya tidak tau, apa perasaan dan pikiran yang tiba-tiba muncul seperti itu bisa disebut sebagai 'hidayah' seperti kata orang orang?

Se-simpel itu yang akhirnya bisa menggugah hati saya untuk mengambil suatu keputusan terbesar dalam hidup saya. Dan satu lagi, saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya. Memantaskan diri untuk segala mimpi mimpi besar saya yang ada di depan mata, memantaskan diri untuk meminta kepada Allah SWT, bahkan memantaskan diri untuk calon Imam ku kelak. Sangatlah tidak mungkin, ketika saya menginginkan sesuatu yang baik tapi saya tidak berusaha untuk menjadi lebih baik. Ketika saya menginginkan untuk keliling Indonesia, sangatlah tidak mungkin akan tercapai apabila saya hanya duduk manis sambil memandang peta Indonesia yang besar yang ada di kamar. Dan untuk mendapatkan Imam yang baik, saya juga perlu memantaskan diri untuk dia kelak :)

Saya sempat terlena, banyak meminta hal hal besar kepada Allah tanpa berpikir sebelumnya apakah saya sudah layak untuk mendapatkan itu semua? Makannya saya selalu ingin menjadi orang yang lebih baik dan memantaskan diri untuk mendapatkan segala anugerah luar biasa kelak. Yang baik selalu mendapatkan yang baik, InsyaAllah janji Allah tidak pernah ingkar.

Setelah mengenakan kerudung, saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT, merasa lebih aman dan merasa lebih dihormati serta di segani. Dan yang pasti lebih mawas diri dalam bertindak. Rasanya kerudung seperti kaca yang berada di sebuah tikungan jalan, agar saya bisa lebih hati-hati dalam melangkah, jangan sampai salah langkah. Lebih semangat juga untuk belajar lebih dalam tentang agama.

Hari ini, sudah 3 bulan lebih saya memakai kerudung. Banyak yang saya pelajari. Terlebih dengan segala perdebatan dan perasaan yang ada pada diri sendiri. Belajar sabar dan ikhlas menunggu sesuatu yang sangat di inginkan. Belajar lebih tenang dalam bersikap atau mengatasi suatu masalah. Menyadari bahwa mencari uang itu tidak mudah. Belajar mengambil keputusan sendiri dengan cepat dan siap menerima segala resiko nya. Dan menyadari bahwa saya tidak akan pernah bisa menuntut dunia mengikuti apa mau saya. Temanku bilang "Percayalah bahwa hidup ini bukan hanya tentang TUJUAN yang ingin kita capai semata, selalu ada suatu hal besar yang bisa kamu ambil". Dan dalam proses 'hijrah' saya ini, sungguh saya sudah menerima banyak hal hal besar yang saya jadikan pembelajaran. Bagaimana dengan hijrah mu, kawan?

Ditulis pada hari Jum'at setelah membaca Surat Al Kahfi. Satu satu nya surat yang di turunkan di Makkah dan disaksikan oleh beribu malaikat di atas langit, berisikan tentang cerita ilmu, harta, tahta yang tidak akan lengkap tanpa dilengkapi oleh Iman. Barang siapa yang membacanya dimulai dari matahari terbenam pada hari Kamis, sampai matahari terbenam pada hari Jum'at, maka akan diampuni dosa sampai Jum'at berikutnya dan akan diberikan cahaya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Jum'at berkah, doakan semoga saya selalu istiqomah begitu juga dengamu :)


Bandung, 27 Mei 2016

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.