MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Sabtu, 14 September 2019

Cerita Menikah Part 2 : Titik Tengah Idealis & Keinginan Ortu Dalam Pernikahan


Sumber : Google

Hay hay hay lanjut ke cerita menikah bagian kedua. Ya setelah membahas inner beauty penganten sekarang mau bahas polemik dan drama yang biasanya terjadi di setiap pasangan sebelum menuju pernikahan. Polemik antara idealis kamu memandang suatu pernikahan. Keinginan si pasangan entah dari sisi budget atau tidak. Kemauan orangtua sampai 'rasa' kepedulian keluarga besar yang luar biasa. Jangan dianggap remeh ladies! Aku pun sempet dibuat agak stress karena ini.

Sebelum lanjut ke bahasanya, mari kita samakan persepsi dengan si pasangan seperti :
1. Tujuan menikah
2. Budgeting pernikahan (harus sudah mulai tebuka ya bro sist)
3. Konsep pernikahan
4. Adat keluarga kamu dan keluarga pasangan

Aku dan pasangan sudah terbuka dari awal ketika memutuskan untuk membawa hubungan ini ke arah serius. 4 point diatas bahkan sudah dibahas jauh jauh hari. Meski makin mendekati hari H banyak yang berubah, terutama di point nomor 3 :))

Bagi yang baca tulisan ini, bisa setuju dan tidak. Kali ini, bukan menggunakan research tapi perspektif pribadi tentang pernikahan.

Bersyukurlah kamu yang memiliki konsep pernikahan yang sama dengan orangtua. Jangan salah, banyak loh yang tidak jadi nikah karena perbedaan pandangan tentang konsep menikah antar keluarga. Maka, kamu dan pasangan harus ekstra hati hati dalam berkomunikasi, terlebih ke masing masing orangtua.

Oke, mari kita permudah dengan beberapa point dibawah ini :

1. Bijak berkomunikasi

Aku bukan ajarin kamu untuk berbohong, tapi percaya deh makin umurmu bertambah kamu serasa makin bijak mana yang harus disampaikan, mana yang tidak. Tapi kamu dan pasangan harus benar benar terbuka, jangan ada yang ditutupi. Selama proses persiapan nikah, terus berkomunikasi dan saling bekerja sama. Ingat, pernikahan itu diurus sama kamu dan pasangan. Bukan dipihak perempuan saja. Minimal keputusan keputusan besar (misal pemilihan lokasi, warna, dekorasi, konsep) harus benar benar diputuskan bersama.


2. Menikah bukan hanya hajat kamu dan pasangan

Aku pernah mendengar temanku bercerita tentang gimana ribetnya dia urus pernikahan. Dengan idealis dan perfeksionisnya yang mana semua urusan pernikahan bahkan hal perintilan sekalipun dilakukan sendiri (dia dan pasangannya). Kemanakah keluarganya? Cerita dari temanku ini, aku jadikan dasar selama proses persiapan pernikahan 4 bulan sebelumnya. 

Aku sudah mulai membangun komunikasi (setelah ke pasangan tentunya) kepada orangtua tentang konsep pernikahan. Dan aku pun menyadari tidak bisa melakukan ini semua sendiri. Sehingga segala input/masukan dari keluarga tidak aku buang mentah mentah. Sangat aku hargai, meski tidak semua harus aku turuti.

Selama proses persiapan itu, aku menarik kesimpulan bahwa pernikahan itu sejatinya bukan hajat kamu dan pasangan. Tapi hajat orangtua bahkan keluarga besar. Jangan salah, orangtua dan keluarga besarku excited sekali menunggu hari H datang. Karena merasa ini "acara mereka juga" jadinya keluarga besarku banyak bantu tanpa aku pinta.

Aku kerja di Cikarang. Keluarga besar di Bogor bantu urus semuanya. Barakallah mereka semua membantu tanpa paksaan, ikhlas dan pastinya happy. Aku menyadari bahwa aku dikelilingi orang orang (keluarga) yang baik dan ikhlas bantu semua persiapan pernikahan.

Jadi, coba terapkan bahwa "pernikahan bukan hanya hajat kamu dan pasangan, tapi juga keluarga besar".


3. Komunikasikan Semua ke Pasangan

Cari waktu dan tempat untuk kamu ngobrol dari hati ke hati dengan pasangan. Jangan di caffe karena itu pasti rame. Masalah yang ada, coba komunikasikan. Hari pernikahan nanti, kamu pun jangan lupa menyiapkan kenyamanan pasangan dan keluarganya. Berkomunikasi dengan sehat. Tanpa emosi, berpikir objektif dan dijelaskan semua dengan rinci. Ajukan beberapa solusi yang kamu miliki, meski keputusan akhir tetap harus berdiskusi. 


4. Simple dan Enjoy

Nah kamu tipe orang yang mau ribet apa simple. Kalo aku, tentu saja simple. Jarak dan waktu yang aku miliki rasanya simple adalah pilihan terbaik. Ada hal lain yang perlu dipikirkan selain persiapan pernikahan, maka di saat itu aku memilih untuk bersikap simple alias ga ribet. Jika ada masukan dari orangtua/keluarga yang tidak buat aku ribet, ya silakan saja. Asal ada yang eksekusinya disana. Seperti : Packaging souvenir, finishing undangan, cetak label nama undangan, seserahan, pemilihan makanan kecil sebelum hari H, DP sound system dll. 

Setelah itu jangan lupa enjoy.

Iya, enjoy dan senyum pas hadepin masalah. Santai aja sih, semua masalah pasti ada jalan keluarnya ya meski harus ada drama dan nangis nangis dulu hehe. Aku pun pernah, H-3 aku harus drama sama pasangan sampai harus berbicara pake nada tinggi. Nangis dan bingung mau cerita ke siapa. Dalam kondisi seperti itu, jangan cerita ke orangtua. Mereka juga sama lagi ribet ribetnya. Tapi sekarang kalo di inget inget, lucu juga ya kenapa kemarin harus nangis seperti itu :p


5. Tahan Emosi

Point paling terakhir ini hmm cukup sulit. Kamu harus bisa menahan emosi karena tensi kamu, pasangan, orangtua dan keluarga lagi sama sama tinggi. Apalagi menjelang hari H. Jika orangtua atau bahkan pasangan berbicara dengan nada tinggi, kamu jangan ikut terpancing ya. Dzikir, diem dan fokus ke masalah yang perlu diselesaikan. No baper baper deh!


Nah itu dia sih bagaimana cara kamu ambil sikap ketika ketemu GAP antara keinginan orangtua dan idealis sendiri. Pada saat itu bukan sebuah perdebatan, mana ide yang paling banyak diwujudkan. Tapi semua itu demi kebaikan bersama. Percaya, selalu ada titik tengah :)

Semoga bermanfaat!

Cikarang, 14 September 2019


0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.