MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Rabu, 30 September 2020

Hello! I Quit Instagram.

Gambar : Pinterest

Hello! I quit instagram.

Pernah denger kalimat diatas? Ya selain dari konten Awkarin yang fenomenal itu haha. Dulu pertama denger atau baca, dalem hati bilang "elah sosial media tuh satu-satunya hiburan di zaman sekarang, masa gak main instagram lagi cuman karena hal sepele doang sih? Apa? Hari ini gak punya instagram? Heloowwww"

Saat itu semenjak ada instagram udah kaya punya temen sendiri yang melewati segala fase dalam hidup dari mulai anak kuliahan, belum berhijab, ngerasa paling tau banyak hal, berambisi akan sesuatu, pokoknya fase dimana sedang merasa semangat mengebu-ngebu dengan semua impian. Instagram sendiri udah kaya punya nyawa :p pernah gak sih kalian buat caption nya mikir nya ampe berjam-jam atau 'riset' dulu quote di google yang relate sama foto dan caption? pernah? itu aku (hampir) setiap mau posting!!!


 
Gambar highlight story @nunganungseu 1/3



Gambar highlight story @nunganungseu 2/3



Gambar highlight story @nunganungseu 3/3


Tahun 2012 udah mulai fall in love sama instagram, dari semua sosial media yang ada, instagram udah paling paket komplit menemani masa remaja-menuju dewasa hehe. Tahun 2012 sempet nulis tentang instagram di blog loh :p 


Tahun 2013-2017 saat itu sedang semangat-mangatnya meraih mimpi, maklum awal umur 20an. Rasanya dunia dalam genggaman. Semua di share dari mulai buku yang dibaca, film, pikiran, rambut baru, tempat wisata, keindahan alam, selfie, makanan, senja, langit, baju, dan semuanya bisa dijadikan konten baik posting atau story. Udah ngerasa paling bener lah. Sisi positifnya jadi semangat belajar edit video buat "showing who I am" di sosial media. Sibuk membuat orang terkesan, haus akan pujian via mata uang instagram berupa like, komen, share, save, seen stories, dan DM yang masuk. Ada suatu keharusan posting story minimal 1 kali setiap hari sebagai tanda bahwa "gue ada kok gaes" wkwkwk lagian followers siapa juga ya yang peduli? bener-bener kaya anggep instagram sesuatu yang hidup :p


Tahun 2018 terpikir untuk sejenak berjeda dari instagram lalu pikiran itu dituangkan dalam tulisan di blog! Sudah mulai ngerasa candu berlebih dan efeknya ternyata gak baik buat diri sendiri. 

Gambar feed profil instagram @nunganungseu 


Tahun 2019 aku harus cari pengalihan lain seperti rajin nulis blog, bikin konten #janganlupaselflove yaitu @spreadpositive.id baca disini untuk tau kenapa akun tersebut dibuat :)

Kegiatan kaya buka notif - uninstall aplikasi instagram di hp - turn off notification - install aplikasi instagram - menahan diri untuk gak cek story yang tampil di beranda - log out akun - kembali log in akun - stalking beranda cuman scrol doang - tahan diri stalking - cek DM udah jadi kegiatan rutin selama berusaha jeda dari toxic instagram. Ada yang sedang atau sudah merasa? Gimana? Gampang? Jelas susah banget!! Akhirnya sekarang aplikasi instagram masih terpasang dan udah gak ada rasa gatel pengen buka atau iseng untuk stalking. Lebih sering buka instagram akun @spreadpositive.id dan @halamandepan.id yang merasa lebih tenaaaaaaangg :) 

Ada rasa mulai 'normal' berteman dengan instagram. Makin lama aku merasa kok pengguna instagram isinya cuman buat pamer (in my perspectife ya, no hard feeling)? Punya ini itu, dikasih ini itu, yang esensi dari sisi angle foto, something inspire, positive vibes kayak udah gak ada. Sosial media jadi ajang menunjukan sisi berkilau, produk terbaik yang dipunya, kehidupan bahagia, dan topeng-topeng indah lainnya. Semua bergerak ke arah bisnis apalagi dengan adanya "influencer". Value seseorang dilihat dari jumlah followers, jumlah likes dan komen (berupa pujian) yang didapat. Semua berlomba-lomba untuk menjadi influencer/ingin buat orang terkesan. Padahal kita melihat nilai seseorang bukan berdasarkan atribut yang dipakai, kan? Bukan dari seberapa kaya, popularitas, hebat, dan jumlah followers nya, kan? 

Kenapa kita harus lebih respect sama mereka yang lebih kaya? mereka yang kerja di perusahaan hebat dengan posisi manager? mereka yang penghasilan perbulan 3 digit? mereka yang selalu pakai barang branded? Bukankah saat sekolah kita diajarkan untuk respect kepada mereka yang lebih tua? Apalagi dalam agama. Gemerlap dunia memang betul-betul ujian dan sosial media menjadi platform untuk memuaskan hasrat tersebut. 



Gambar feed profil instagram @spreadpositive.id


Tahun 2020 akhirnya menjadi tahun dimana aku bener-bener muak sama instagram. Awal tahun terpikir bikin Podcast namanya PHD singkatan dari Podcast Halaman Depan sebagai cara aku dalam berkarya atau bikin konten. Ditambah bulan Februari 2020 lalu aku bekerja sebagai sosial media specialist, setiap hari mikirin ide konten untuk 4 brand klien berupa ide, caption, copy image, posting, kuis, engagement, dan teman-temannya yang membuat aku muak liat tampilan aplikasi instagram pribadi. Eh, tapi dari sana aku mulai merasa tenang dan santai saat seminggu gak buka instagram pribadi. Lanjut gak buka instagram sebulan, dua bulan sampai sekarang udah 9 bulan. 

Gambar feed profil instagram @halamandepan.id


And here's we go, apa aja alasan selama 2 tahun terakhir menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan untuk quit from instagram baik stalking atau posting :


1. Ngerasa insecure, less self love, gak bersyukur sama hidup sendiri setelah stalking

Seperti yang udah dibilang diatas, isi beranda aku gak jauh dari pencapaian dari orang-orang yang aku kenal. Eh, bukan pencapaian aja deng, kaya apa yang dipunya, apa yang didapat, apa yang sedang dirasa yang padahal mungkin mereka niatnya bukan buat pamer ya. Tapi karena aku sadar, aku gak bisa kontrol orang lain mau posting apa jadi aku memutuskan untuk kontrol diri sendiri lewat stop stalking. Stalking berlebihan menurut aku, ini bukan hal baik untuk diri aku sendiri. I know me so well. Dan karena sudah tau, jadinya aku pilih melakukan sesuatu yang membuat aku lebih nyaman (secure), bahagia, dan menemukan ketenangan jiwa hehe. Mulai deh itu mensyukuri apa yang dipunya selama ini. Eh bukannya dasar bahagia itu bersyukur ya? Menikmati takdir yang ada. Lalu timbul rasa jadi lebih bangga aja akan pencapaian diri selama ini. Menerima diri apa adanya, dan makin erat aja hubungan sama diri sendiri.

Emang bener, katanya paling nyaman menggunakan sosial media dengan follow no body, terutama orang yang kita kenal :)


2.   Haus akan pujian atau pengakuan orang lain lewat likes & komen saat posting

Instagram kaya katalog hidup lo yang berbinar-binar - Marissa Anita. Nah ini buat aku si ekstrovert, rasanya jadi center of attention tuh udah kaya bagian dari hidup. Suka aja gitu kalo diliatin dan diperhatiin. Lewat instagram lah (saat itu) aku merasa dapat pengakuan dari orang-orang lewat jumlah likes, komen, reply DM dari story atau seberapa banyak orang yang share konten aku. Makin banyak yang likes/respon, makin merasa seneng luar biasa. Hidup diatas ekspetasi orang lain. Hidup untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hidup untuk membuat dunia terkesan. Ya itu deh yang dirasa selama addict main instagram saat itu. 

             

3. Instagram mengandung dopamin (rasa senang) dan menimbulkan kecanduan

Setelah merasa haus akan pujian lewat postingan di instagram, aku merasa makin kecanduan untuk melakukan hal yang sama terus menerus. Setelah posting, setiap 5 menit cek notif siapa aja yang likes atau komen haha. Ternyata sosial media termasuk instagram mengandung dopamine (zat yang buat seneng) dan juga mengandung zat adiktif yang buat kecanduan. Deddy Corbuizer pun pernah bahas ini di channel youtubenya. Lalu aku juga nonton di youtube Bailey Parnell di TED Talks yang judulnya Is Social Media Hurting Your Mental Health?

Dari video diatas ternyata Co-Founder instagram mengakui bahwa aplikasi yang dibuatnya mengandung dopamine yang bisa membuat orang senang. Dan jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan adiktif berupa rasa candu atau nagih untuk merasakan kesenangan tersebut secara berulang. Setelah riset panjang jauh kedepan, mereka (Co-Founder facebook dan instagram) membuat aplikasi dimana siapapun yang menggunakannya akan merasa senang dan ketagihan. Mereka yang ciptain aja udah tau dampak nya gimana. Wah gila sih ya! Gak percaya? Coba cek videonya dibawah ini :

Bailey Parnell di TED Talk, klin disini untuk cek video nya


4. Less quality time in real life & susah produktif

Kecanduan main instagram kadang buat diri ini lupa bahwa kehidupan nyata berikut dengan orang-orang didalamnya, berhak mendapatkan perhatian dari diri kita. Saat sedang kumpul bersama teman lama atau keluarga, eh semua sibuk mengeluarkan handphone untuk snapgram, status WhatsApp atau live instagram. Belum selesai sampai disitu, jari jemari sibuk bales komen atau DM yang masuk satu persatu. Quality time di dunia nyata tergantikan dengan mereka yang ada di dunia maya. 

Dari sisi produktifitas juga ngaruh banget, kadang aku bisa stalking sampe berjam-jam, semua aku kepoin baik selebgram, artis, atau temen sendiri. Udah deh mulai hitung-hitungan value seseorang lewat dunia maya. Nah tentang produktif aku sempat nonton channel youtube Greatmind yang bahas tentang Puasa Media Sosial.

Marisa Anita on Greatmind Youtube Channel, klik disini untuk cek video nya


5. Tidak membuat iri orang lain dengan apa yang diposting

Karena aku merasa insecure saat stalking, maka aku berpikir berkali-kali lipat sebelum posting sesuatu. Apa ada orang lain yang merasa sedih setelah liat postingan aku? Padahal jelas selama ini posting sesuatu gak ada niat untuk bikin orang lain iri. Belum lagi waktu itu sempet baca-baca tentang AIN dari sosial media. Wah jangan-jangan selama ini aku terkena AIN ya karena 'berlebihan' saat posting. Meski gak tau bener apa engga, tapi gak ada salahnya dong menghindari diri agar tidak terkena AIN atau secara gak langsung meminimaliasir membuat orang lain untuk tidak iri/dengki, yang bisa saja jadi mendoakan keburukan buat kita (amit-amit ya Allah). Jadi akhirnya memutuskan untuk bener-bener mikir buat posting.

Kira-kira itu sih beberapa alasan atau latar belakang aku memutuskan untuk quit dari instagram. Jadi inget Najwa Shihab pernah bilang setiap fase kehidupan itu selalu ada jeda. Aku pun akhirnya memutuskan berjeda setelah menjadi orang yang addict terhadap sosial media dari tahun 2012-2019 kurang lebih 7 tahun. Sekarang udah di bulan ke-9 aku gak main instagram, terhitung dari Januari 2020. Hasilnya? Sekarang aku jadi lebih bersyukur aja dalam hidup, gak kebawa emosi untuk compare hidup aku dengan orang lain, atau berusaha untuk dapat pengakuan/pujian dari orang lain. Ditambah jadi lebih intens deep talk sama suami, keluarga, dan sahabat. Meski memiliki banyak followers it doesn't mean mereka aware/care sama aku. If u know me atau mau tau kabar aku, silakan japri via WhatsApp, telepon atau DM. Secara gak sadar akhirnya aku tau mana temen yang beneran care di real life atau mereka yang care hanya di dunia maya :p


"Lo beneran gak main instagram lagi gara gara insecure Nung? Sama sekali gak buka dalam sehari? Gak pengen buka gitu?"

"Jadi kenapa ga main instagram lagi? Tapi masih suka nulis blog kan? Suka main internet?"

"Main instagram tuh hiburan Nung, terus lo sekarang hiburannya apa?"


Nah, kira-kira itu lah beberapa respon dari temen-temen yang sadar si addict instagram ini tiba-tiba gak nongol lagi di beranda mereka haha. Internet kan gak harus tentang sosial media apalagi instagram buuu. Hiburan aku sekarang youtube dan netflix. Ada banyak film, series yang aku tonton dari netflix. Dan sekarang kamu bisa cari apapun di youtube. Mulai dari mukbang, berita terkini sampai ceramah. Alhamdulillah aku masih merasa terhibu dan itu lebih cukup. Pikiran lebih fokus ke diri sendiri dan orang-orang terdekat. Gak banyak yang aku pikirkan atau informasi yang masuk ke dalam otak. Bener-bener filter informasi dan itu much better :D

Next kedepannya gimana Nung? Mungkin tetap akan main instagram, tapi sangat sangat dikontrol. Atau mungkin ganti akun pribadi jadi akun usaha dan berpromo ria disana. Yang paling ekstrem sih sampai delete akun hmm belum tau juga. Buat yang baca tulisan ini dan sadar aku menghilang dari instagram, kita masih bisa komunikasi by WhatsApp yaa. Kuy DM segera nanti aku lempar nomornya hihi :p

Ada yang sedang atau terpikirkan untuk quit instagram? Ya mulai dulu nih detoks nya sedikit demi sedikit. 


Atau buat kamu yang addict instagram tapi gak ngerasain insecure kaya aku, KALIAN LUAR BIASA. Serius!! Tetap pertahankan ya guys dan bukan berati yang kamu lakukan itu salah. Kalian udah bisa kontrol itu semua. Great Job! 

Yuk, share cerita kamu tentang detoks instagram di kolom komentar atau cara santai kamu hadapi toxic yang ada di sosial media ^_^



Semoga bermanfaat!

Bogor, 29 September 2020


Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.