MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Sabtu, 16 Juni 2018

Macet (Mudik) yang Ber-Meaning #Alhamdulillah

Image result for macet mudik kartun
foto : google
Macet. 

Apa yang kamu bayangin kalo denger kata itu? Bete, kesel, marah ngabisin waktu, panas, telat, rencana gagal dan lain-lain. Kali ini aku mau cerita pengalaman 'kena macet' saat mudik. Hari Lebaran pertama, seperti biasa aku dan keluarga (Ibu, Bapak Bogor) mudik ke Bandung. Nah sebelum berangkat, kita memilih akan lewat jalan mana menuju Bandung. Sukabumi apa Puncak? Lalu kita decide untuk lewat Puncak. Ternyata oh ternyata dalam perjalanan itu, jalanan dari Gadog-Puncak macetnya luar biasa. Aku pun menghabiskan waktu dengan bengong di jendela mobil dengan pikiran yang melayang kesana kemari sampe bertemu pemikiran ini "Eh macet tuh udah kaya hidup ya? Kaya menjalani hidup gitu, ketika lo udah decide lewat mana, terus ada hambatan (macet) sebelum mencapai tujuan. Reaksi lo mau gimana?" 

Hayooo respon kalian mau gimana? Marah atau kesel atau malah enjoy aja menikmati si macet karena ga mungkin itu mobil balik lagi, depan, belakang, samping sama macetnya. Hmm kesel udah pasti sih, marah juga iya. Tapi pas lagi didalem mobil terus tau jalanan didepan mata macet panjang ya mau gimana? mau marah marah ke pak polisi yang sedang bertugas sambil teriak-teriak juga ga menyelesaikan masalah. Atau mau memaki segala hal dengan tanpa objek alias marah marah sendiri? selain menghabiskan energi ya nantinya bakal cape sendiri. Mau gimana juga itu jalanan macet mesti dilewati. Dan ga ada yang berubah, mau kita marah marah sambil memaki bahkan teriak teriak di jalanan.

Nah sama kan kaya hidup? Ketika udah punya tujuan, lalu memutuskan lewat jalan mana ternyata ditengah jalan ada hambatan. Responnya ya gausah marah, toh tetep ga ada yang berubah karena Tuhan sedang berkuasa saat itu. Apalagi merespon sambil menyalahkan diri sendiri karena merasa salah ambil keputusan. Mau balik lagi? Inget buang buang waktu ga harus mulai lagi dari awal. Atau terus maju kedepan pelan pelan. Aktifkan panca indera lebih peka untuk lihat sekitar. Cari peluang/kesempatan jalan lain yang (mungkin) minim hambatan? semua bisa dipilih dan tidak ada jalan yang paling benar. Semua jalan atau keputusan yang diambil bisa jadi keputusan terbaik untuk diri masing masing. Tidak ada yang paling benar atau yang paling salah. Yang ada hanya kesempatan untuk belajar dan koreksi diri.

Ternyata hidup ini penuh dengan surprise tak terduga. Semua rencana manis yang ditulis dengan sangat detail selama bertahun tahun bisa saja tidak terwujud karena hal se-sederhana itu. Terus mau bagaimana? Hidup ini tidak bisa kita kontrol mesti berjalan seperti apa. Respon orang lain melihat kita pun tidak kuasa bisa kita kontrol. Yang bisa kita kontrol, hanya diri ini. Iya, diri ini. Bahwa pikiran dan perasaan negatif yang ada bisa sangat mudah menghancurkan diri ini secara perlahan sebelum mencapai tujuan.

Hari itu aku belajar dari kemacetan di jalanan Gadog-Puncak. Diri ini tidak berhenti untuk berkotemplasi, menanyakan banyak hal, berargumen ini itu sambil tertulis lah postingan ini. Katanya hidup itu jalani, nikmati, syukuri. Tapi aku lebih suka ada kata berusaha diawalnya menjadi usaha, jalani (apapun hambatan yang ada), nikmati dan syukuri (apa yang sudah dan sedang terjadi). Well noted for my self. Terimakasih ya Allah, di Hari Raya Idul Fitri 1439 H ini aku belajar banyak. Bismillah memulai lembaran baru dengan semangat positif dan beryukur lebih banyak :)


Bandung, 16 Juni 2018


Read More

Senin, 04 Juni 2018

Ber-JEDA dari Instagram


Image result for Instagram
foto : google

"Eh kamu sekarang udah jarang posting di Instagram ya?" - Henny

"Nung kemana aja? Kok sekarang jarang muncul di Instagram? 
Biasanya kalo gue buka home Instagram ada lo entah di Instagram story atau postingan foto" - Tami

"Apa kabar Nunga? Kemana aja?" - Ka Bangkit

"Nunga ga ada kabarnya deh, biasanya nongol di Instagram. Sekarang ga ada :(" - Kiki

"Nunga lagi sibuk travelling kali dia" - Teh Retno

Dan masih banyak lagi temen temen yang komen gitu disaat bertemu langsung atau japri chat atau bahkan di group. One thing sih, gila ada juga ya yang merhatiin ilang di social media hampir 3 bulan belakangan ini? Jadi ada 2 pemikiran, aku yang terlalu aktif di instagram sampe sampe sekalinya ilang ketauan banget atau mereka adalah tipe teman yang sangat 'peka'? Jawabannya : entah, hanya mereka dan Tuhan yang tau.

Di postingan ini aku mau bercerita awal mula aku decide untuk menghilang dari social media (instagram) selama hampir 3 bulan (iya baru 3 bulan doang sih, ah elah lebay si Nunga hehe). Bermula dari kejadian ekstrim yang menimpa saat itu, aku merasa terganggu melihat postingan beberapa orang yang menghadirkan rasa marah dan kecewa didalam diri muncul lagi. Padahal ada fitur hide ya tapi aku malah menghapus aplikasi instagram di handphone. 2 bulan setelahnya aku dowload aplikasinya kembali tapi sama sekali ga posting, hanya liat seperlunya dan dipastikan 'tidak kalap' alias menghabiskan waktu ber jam jam untuk itu (biasanya dulu gitu dan sangat unfaedah things). 

Nah apa sih yang buat aku ampe decide itu? Intinya dari semua alasan yang ada, aku belum bisa control my mind setelah liat postingan orang-orang atas achievement nya masing masing. Ada rasa membandingkan diri ini sama orang lain sehingga jadi orang yang sulit bersyukur atas apa yang sedang dan sudah terjadi. Misal : 

"kok enak ya dia udah sampe di posisi itu kariernya? Lah aku masih gini gini aja" 

"kok dia orangnya vision banget ya? aku aja masih gatau mau kemana" 

"Ih enak ya dia kerjaannya makan di resto mahal dan travelling ke luar negeri mulu, enak ya hidup jadi dia" 

"Duh cowoknya romantis gilaaaaa, bahagia kali ya jadi ceweknya"

Dan stupid think yang sama sekali ga bisa bikin pikiran aku jadi sehat dan positif. Yang sebenarnya setiap orang itu punya prosesnya masing masing dan belum tentu apa yang kita lihat (keberhasilan) diluar itu gak ada rasa pahit dan prosesnya. Every person has own process to be someone. Terus jadi buat diri ini merasa tersudut. Ditambah perasaan sedih yang sampe umur 25 tahun aja gatau mau kemana dan punya cita cita apa. Yang sedang merasakan itu siapa? Tenang, kamu ga sendirian. Dulu merasa malu mengakui bahwa diri ini gatau mau kemana. Sekarang dengan mengakui perasaan itu dan jujur pada diri sendiri, ya jadi gak merasa terbebani banget.

Balik lagi ke Instagram dan kegalauan didalam diri. Bisa menjadi orang yang selalu happy untuk coba hal baru tapi pasti ga konsisten ujungnya. Yang makin merasa deg deg an belum menentukan passion dikala orang orang sudah siap dan yakin masuk ke tahap hidup selanjutnya. Ah sedih deh kalo semua rasa khawatir, takut dan gelisah bertemu jadi satu :( Come on Nunga, it's just posting photo. Don't compare. Be grateful and appreciation what you have done even just a little things. Itu kalimat yang selalu jadi penyemangat disaat rasa dan energi negatif muncul setelah liat postingan temen di Ig.

Akhirnya aku memutuskan untuk menghilang beberapa saat dari Instagram, mengambil JEDA lebih tepatnya. Sambil menyiapkan pikiran dan mental yang lebih positif nanti kedepannya. Tidak ada yang salah di Instagram, pikiran aku saja yang belum bisa positif :) 

Sekarang juga mulai 'bersih bersih' feed instagram sih, ingin hapus foto foto aku yang belum berkerudung. Dimulai dari hide, nanti nya akan delete permanen. Kenapa ga langsung delete? Duh belum siap, soalnya apa yang aku posting di instagram itu kaya hal hal bersejarah yang punya kesan tersendiri. Misal saat selesai yudisium dan dinyatakan lulus, wisudaan, firt time naik gunung, nekad ke kampung inggris Pare dan so many things. Kaya nya saat saat itu, masa kuliah adalah masa yang paling menyenangkan deh. Tanpa beban, tanpa bisikan dari kanan kiri atau rasa sempurna dalam melakukan sesuatu. Dan juga segala eskpetasi yang dibuat sendiri yang tanpa disadari lama kelamaan bisa membunuh secara perlahan.

Balik lagi tentang menghilang dari instagram. Modelnya kaya Path sih yang berhasil buat aku konsiten untuk tidak mendowload aplikasi Path kembali di handphone dari tahun 2015. Karena apa ya? Menurut ku Path adalah social media yang sangat menfasilitasi ajang untuk pamer sedang ada dimana, makan di tempat hits mana sambil ambil foto dengan angel terbaik. Yang malah ketika lagi travel ke satu tempat, hal pertama yang dilakukan ialah jadi kaum nunduk demi add new location di Path haha. Lucu ya? Kadang social media benar benar berhasil menjauhkan yang deket dan mendekatkan yang jauh. Esensi tempat dan pergi-sama-siapa menjadi gak ada artinya. Dan aku pernah menulis tentang kaum nunduk tahun 2014 dengan judul Mahasiswa Kaum Nunduk

Dari hasil obeservasiku, banyak orang melakukan sesuatu even mengunjungi tempat hanya untuk posting di instagram. Akhirnya kata 'instagramable' tanpa sadar menjadi patokan caffe atau tempat hits lainnya dibuat. Entah siapa yang buat hal tersebut terkesan lumrah. Dateng ke suatu tempat hanya untuk foto agar bisa posting di instagram. Bukan lagi untuk seharusnya tempat itu dikunjungi untuk apa. Jadi kaya kebalik ya? Contoh deh pas kemarin ada acara buka bersama, semua nya mengeluarkan hp dan live di instagram masing masing. Yang dimana moment untuk ngobrol bareng dan bonding nya jadi-agak-sedikit terganggu dengan komen dari followers di live instagram itu. Sudah sampe sebegitunya ya the power of instagram? hehe. 

Menurutku, jika hal ini terus berulang dilakukan maka tanpa sadar aku seperti memberi makan nafsu didalam diri untuk terlihat lebih dan lebih dari orang lain. Untuk terlihat hebat daripada orang lain. Untuk terlihat mengesankan didepan orang lain. Untuk mendapat pengakuan dan identitas dari lingkungan (mungkin). Akhirnya aku memilih untuk menguranginya sedikit demi sedikit. Walau sulit ya. Dan fokus pada esensi dasarnya. 

Tapi jangan salah, aku pecinta instagram dari awal mula doi masuk Indonesia loh. Nih buktinya aku pernah nulis  instagram di postingan blog tahun 2012 lalu. Menurutku instagram lebih ada meaning dan sisi art nya sih dalam sebuah postingan photo/video. Sampai saat ini aku tetap penggemar instagram!!

Nah itu sih alasan kenapa aku menghilang dari instagram akhir akhir ini. Bukan karena apa apa, tapi diri ini yang belum siap. Insyallah nanti muncul lagi dengan postingan yang lebih informatif dan meaningful ya, aamiin. Tapi meski menghilang di social media aku tetep aktif nulis blog kok, ada 4 postingan blog terbaru dan aku masih hidup normal. Gak ada yang berubah. Yang paling penting, alhamdulillah aku masih dalam keadaan sehat dan baik baik saja. Kali aja ada yang khawatir, kali aja yaaaaa. Selamat puasa Ramadhan yang tinggal 1 minggu lagi :)

Semoga menginspirasi.


Jakarta, 4 Juni 2018.

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.