MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Rabu, 30 September 2020

Hello! I Quit Instagram.

Gambar : Pinterest

Hello! I quit instagram.

Pernah denger kalimat diatas? Ya selain dari konten Awkarin yang fenomenal itu haha. Dulu pertama denger atau baca, dalem hati bilang "elah sosial media tuh satu-satunya hiburan di zaman sekarang, masa gak main instagram lagi cuman karena hal sepele doang sih? Apa? Hari ini gak punya instagram? Heloowwww"

Saat itu semenjak ada instagram udah kaya punya temen sendiri yang melewati segala fase dalam hidup dari mulai anak kuliahan, belum berhijab, ngerasa paling tau banyak hal, berambisi akan sesuatu, pokoknya fase dimana sedang merasa semangat mengebu-ngebu dengan semua impian. Instagram sendiri udah kaya punya nyawa :p pernah gak sih kalian buat caption nya mikir nya ampe berjam-jam atau 'riset' dulu quote di google yang relate sama foto dan caption? pernah? itu aku (hampir) setiap mau posting!!!


 
Gambar highlight story @nunganungseu 1/3



Gambar highlight story @nunganungseu 2/3



Gambar highlight story @nunganungseu 3/3


Tahun 2012 udah mulai fall in love sama instagram, dari semua sosial media yang ada, instagram udah paling paket komplit menemani masa remaja-menuju dewasa hehe. Tahun 2012 sempet nulis tentang instagram di blog loh :p 


Tahun 2013-2017 saat itu sedang semangat-mangatnya meraih mimpi, maklum awal umur 20an. Rasanya dunia dalam genggaman. Semua di share dari mulai buku yang dibaca, film, pikiran, rambut baru, tempat wisata, keindahan alam, selfie, makanan, senja, langit, baju, dan semuanya bisa dijadikan konten baik posting atau story. Udah ngerasa paling bener lah. Sisi positifnya jadi semangat belajar edit video buat "showing who I am" di sosial media. Sibuk membuat orang terkesan, haus akan pujian via mata uang instagram berupa like, komen, share, save, seen stories, dan DM yang masuk. Ada suatu keharusan posting story minimal 1 kali setiap hari sebagai tanda bahwa "gue ada kok gaes" wkwkwk lagian followers siapa juga ya yang peduli? bener-bener kaya anggep instagram sesuatu yang hidup :p


Tahun 2018 terpikir untuk sejenak berjeda dari instagram lalu pikiran itu dituangkan dalam tulisan di blog! Sudah mulai ngerasa candu berlebih dan efeknya ternyata gak baik buat diri sendiri. 

Gambar feed profil instagram @nunganungseu 


Tahun 2019 aku harus cari pengalihan lain seperti rajin nulis blog, bikin konten #janganlupaselflove yaitu @spreadpositive.id baca disini untuk tau kenapa akun tersebut dibuat :)

Kegiatan kaya buka notif - uninstall aplikasi instagram di hp - turn off notification - install aplikasi instagram - menahan diri untuk gak cek story yang tampil di beranda - log out akun - kembali log in akun - stalking beranda cuman scrol doang - tahan diri stalking - cek DM udah jadi kegiatan rutin selama berusaha jeda dari toxic instagram. Ada yang sedang atau sudah merasa? Gimana? Gampang? Jelas susah banget!! Akhirnya sekarang aplikasi instagram masih terpasang dan udah gak ada rasa gatel pengen buka atau iseng untuk stalking. Lebih sering buka instagram akun @spreadpositive.id dan @halamandepan.id yang merasa lebih tenaaaaaaangg :) 

Ada rasa mulai 'normal' berteman dengan instagram. Makin lama aku merasa kok pengguna instagram isinya cuman buat pamer (in my perspectife ya, no hard feeling)? Punya ini itu, dikasih ini itu, yang esensi dari sisi angle foto, something inspire, positive vibes kayak udah gak ada. Sosial media jadi ajang menunjukan sisi berkilau, produk terbaik yang dipunya, kehidupan bahagia, dan topeng-topeng indah lainnya. Semua bergerak ke arah bisnis apalagi dengan adanya "influencer". Value seseorang dilihat dari jumlah followers, jumlah likes dan komen (berupa pujian) yang didapat. Semua berlomba-lomba untuk menjadi influencer/ingin buat orang terkesan. Padahal kita melihat nilai seseorang bukan berdasarkan atribut yang dipakai, kan? Bukan dari seberapa kaya, popularitas, hebat, dan jumlah followers nya, kan? 

Kenapa kita harus lebih respect sama mereka yang lebih kaya? mereka yang kerja di perusahaan hebat dengan posisi manager? mereka yang penghasilan perbulan 3 digit? mereka yang selalu pakai barang branded? Bukankah saat sekolah kita diajarkan untuk respect kepada mereka yang lebih tua? Apalagi dalam agama. Gemerlap dunia memang betul-betul ujian dan sosial media menjadi platform untuk memuaskan hasrat tersebut. 



Gambar feed profil instagram @spreadpositive.id


Tahun 2020 akhirnya menjadi tahun dimana aku bener-bener muak sama instagram. Awal tahun terpikir bikin Podcast namanya PHD singkatan dari Podcast Halaman Depan sebagai cara aku dalam berkarya atau bikin konten. Ditambah bulan Februari 2020 lalu aku bekerja sebagai sosial media specialist, setiap hari mikirin ide konten untuk 4 brand klien berupa ide, caption, copy image, posting, kuis, engagement, dan teman-temannya yang membuat aku muak liat tampilan aplikasi instagram pribadi. Eh, tapi dari sana aku mulai merasa tenang dan santai saat seminggu gak buka instagram pribadi. Lanjut gak buka instagram sebulan, dua bulan sampai sekarang udah 9 bulan. 

Gambar feed profil instagram @halamandepan.id


And here's we go, apa aja alasan selama 2 tahun terakhir menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan untuk quit from instagram baik stalking atau posting :


1. Ngerasa insecure, less self love, gak bersyukur sama hidup sendiri setelah stalking

Seperti yang udah dibilang diatas, isi beranda aku gak jauh dari pencapaian dari orang-orang yang aku kenal. Eh, bukan pencapaian aja deng, kaya apa yang dipunya, apa yang didapat, apa yang sedang dirasa yang padahal mungkin mereka niatnya bukan buat pamer ya. Tapi karena aku sadar, aku gak bisa kontrol orang lain mau posting apa jadi aku memutuskan untuk kontrol diri sendiri lewat stop stalking. Stalking berlebihan menurut aku, ini bukan hal baik untuk diri aku sendiri. I know me so well. Dan karena sudah tau, jadinya aku pilih melakukan sesuatu yang membuat aku lebih nyaman (secure), bahagia, dan menemukan ketenangan jiwa hehe. Mulai deh itu mensyukuri apa yang dipunya selama ini. Eh bukannya dasar bahagia itu bersyukur ya? Menikmati takdir yang ada. Lalu timbul rasa jadi lebih bangga aja akan pencapaian diri selama ini. Menerima diri apa adanya, dan makin erat aja hubungan sama diri sendiri.

Emang bener, katanya paling nyaman menggunakan sosial media dengan follow no body, terutama orang yang kita kenal :)


2.   Haus akan pujian atau pengakuan orang lain lewat likes & komen saat posting

Instagram kaya katalog hidup lo yang berbinar-binar - Marissa Anita. Nah ini buat aku si ekstrovert, rasanya jadi center of attention tuh udah kaya bagian dari hidup. Suka aja gitu kalo diliatin dan diperhatiin. Lewat instagram lah (saat itu) aku merasa dapat pengakuan dari orang-orang lewat jumlah likes, komen, reply DM dari story atau seberapa banyak orang yang share konten aku. Makin banyak yang likes/respon, makin merasa seneng luar biasa. Hidup diatas ekspetasi orang lain. Hidup untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hidup untuk membuat dunia terkesan. Ya itu deh yang dirasa selama addict main instagram saat itu. 

             

3. Instagram mengandung dopamin (rasa senang) dan menimbulkan kecanduan

Setelah merasa haus akan pujian lewat postingan di instagram, aku merasa makin kecanduan untuk melakukan hal yang sama terus menerus. Setelah posting, setiap 5 menit cek notif siapa aja yang likes atau komen haha. Ternyata sosial media termasuk instagram mengandung dopamine (zat yang buat seneng) dan juga mengandung zat adiktif yang buat kecanduan. Deddy Corbuizer pun pernah bahas ini di channel youtubenya. Lalu aku juga nonton di youtube Bailey Parnell di TED Talks yang judulnya Is Social Media Hurting Your Mental Health?

Dari video diatas ternyata Co-Founder instagram mengakui bahwa aplikasi yang dibuatnya mengandung dopamine yang bisa membuat orang senang. Dan jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan adiktif berupa rasa candu atau nagih untuk merasakan kesenangan tersebut secara berulang. Setelah riset panjang jauh kedepan, mereka (Co-Founder facebook dan instagram) membuat aplikasi dimana siapapun yang menggunakannya akan merasa senang dan ketagihan. Mereka yang ciptain aja udah tau dampak nya gimana. Wah gila sih ya! Gak percaya? Coba cek videonya dibawah ini :

Bailey Parnell di TED Talk, klin disini untuk cek video nya


4. Less quality time in real life & susah produktif

Kecanduan main instagram kadang buat diri ini lupa bahwa kehidupan nyata berikut dengan orang-orang didalamnya, berhak mendapatkan perhatian dari diri kita. Saat sedang kumpul bersama teman lama atau keluarga, eh semua sibuk mengeluarkan handphone untuk snapgram, status WhatsApp atau live instagram. Belum selesai sampai disitu, jari jemari sibuk bales komen atau DM yang masuk satu persatu. Quality time di dunia nyata tergantikan dengan mereka yang ada di dunia maya. 

Dari sisi produktifitas juga ngaruh banget, kadang aku bisa stalking sampe berjam-jam, semua aku kepoin baik selebgram, artis, atau temen sendiri. Udah deh mulai hitung-hitungan value seseorang lewat dunia maya. Nah tentang produktif aku sempat nonton channel youtube Greatmind yang bahas tentang Puasa Media Sosial.

Marisa Anita on Greatmind Youtube Channel, klik disini untuk cek video nya


5. Tidak membuat iri orang lain dengan apa yang diposting

Karena aku merasa insecure saat stalking, maka aku berpikir berkali-kali lipat sebelum posting sesuatu. Apa ada orang lain yang merasa sedih setelah liat postingan aku? Padahal jelas selama ini posting sesuatu gak ada niat untuk bikin orang lain iri. Belum lagi waktu itu sempet baca-baca tentang AIN dari sosial media. Wah jangan-jangan selama ini aku terkena AIN ya karena 'berlebihan' saat posting. Meski gak tau bener apa engga, tapi gak ada salahnya dong menghindari diri agar tidak terkena AIN atau secara gak langsung meminimaliasir membuat orang lain untuk tidak iri/dengki, yang bisa saja jadi mendoakan keburukan buat kita (amit-amit ya Allah). Jadi akhirnya memutuskan untuk bener-bener mikir buat posting.

Kira-kira itu sih beberapa alasan atau latar belakang aku memutuskan untuk quit dari instagram. Jadi inget Najwa Shihab pernah bilang setiap fase kehidupan itu selalu ada jeda. Aku pun akhirnya memutuskan berjeda setelah menjadi orang yang addict terhadap sosial media dari tahun 2012-2019 kurang lebih 7 tahun. Sekarang udah di bulan ke-9 aku gak main instagram, terhitung dari Januari 2020. Hasilnya? Sekarang aku jadi lebih bersyukur aja dalam hidup, gak kebawa emosi untuk compare hidup aku dengan orang lain, atau berusaha untuk dapat pengakuan/pujian dari orang lain. Ditambah jadi lebih intens deep talk sama suami, keluarga, dan sahabat. Meski memiliki banyak followers it doesn't mean mereka aware/care sama aku. If u know me atau mau tau kabar aku, silakan japri via WhatsApp, telepon atau DM. Secara gak sadar akhirnya aku tau mana temen yang beneran care di real life atau mereka yang care hanya di dunia maya :p


"Lo beneran gak main instagram lagi gara gara insecure Nung? Sama sekali gak buka dalam sehari? Gak pengen buka gitu?"

"Jadi kenapa ga main instagram lagi? Tapi masih suka nulis blog kan? Suka main internet?"

"Main instagram tuh hiburan Nung, terus lo sekarang hiburannya apa?"


Nah, kira-kira itu lah beberapa respon dari temen-temen yang sadar si addict instagram ini tiba-tiba gak nongol lagi di beranda mereka haha. Internet kan gak harus tentang sosial media apalagi instagram buuu. Hiburan aku sekarang youtube dan netflix. Ada banyak film, series yang aku tonton dari netflix. Dan sekarang kamu bisa cari apapun di youtube. Mulai dari mukbang, berita terkini sampai ceramah. Alhamdulillah aku masih merasa terhibu dan itu lebih cukup. Pikiran lebih fokus ke diri sendiri dan orang-orang terdekat. Gak banyak yang aku pikirkan atau informasi yang masuk ke dalam otak. Bener-bener filter informasi dan itu much better :D

Next kedepannya gimana Nung? Mungkin tetap akan main instagram, tapi sangat sangat dikontrol. Atau mungkin ganti akun pribadi jadi akun usaha dan berpromo ria disana. Yang paling ekstrem sih sampai delete akun hmm belum tau juga. Buat yang baca tulisan ini dan sadar aku menghilang dari instagram, kita masih bisa komunikasi by WhatsApp yaa. Kuy DM segera nanti aku lempar nomornya hihi :p

Ada yang sedang atau terpikirkan untuk quit instagram? Ya mulai dulu nih detoks nya sedikit demi sedikit. 


Atau buat kamu yang addict instagram tapi gak ngerasain insecure kaya aku, KALIAN LUAR BIASA. Serius!! Tetap pertahankan ya guys dan bukan berati yang kamu lakukan itu salah. Kalian udah bisa kontrol itu semua. Great Job! 

Yuk, share cerita kamu tentang detoks instagram di kolom komentar atau cara santai kamu hadapi toxic yang ada di sosial media ^_^



Semoga bermanfaat!

Bogor, 29 September 2020


Read More

Rabu, 03 Juni 2020

27 Tahun dan Teman-Temannya

image : pinterest


Semakin bertambah usia, semakin tidak terlalu peduli dengan ucapan, perayaan atau bahkan media sosial. Semakin bertambah usia, rasanya sulit untuk bisa berbahagia dengan cara yang sederhana. Semakin bertambah usia, semakin bingung tujuan entah kapan datangnya dan berbagai hal yang dirasa makin pelik. Atau diri ini saja yang membuatnya terlihat rumit?

Kadang, aku rindu ketika usia ku 20 sampai 23 tahun, saat itu belum bekerja. Bisa dengan mudah menjadi diri sendiri dan bahagia dengan cara yang sederhana. Selalu penuh semangat dan positif dalam bertindak. Saat itu, aku sangat berani untuk memiliki cita-cita tinggi. Kalaupun tidak tercapai, minimal aku sudah berusaha. Bertemu dengan yang namanya kegagalan sudah jadi hal biasa. Terlebih saat itu aku bisa melakukan apa yang aku mau, memulai usaha gelang sendiri, ke Kampung Inggris sendiri, waktu terasa sangat cukup. Uang yang dipunya meski sedikit terasa cukup dan berhasil membuatku bahagia.

Setelah mengetahui dunia kerja. Tekanan di kantor, teman-teman kantor yang tidak satu frekuensi, lingkungan toxic, pekerjaan yang harus selesai sempurna, weekend menjadi admin media sosial orang lain, rutinitas berangkat kerja lewat jalanan macet setiap hari, pulang dengan transportasi umum Jakarta, ditemani puluhan orang yang berjuang demi cuan untuk penuhi gaya hidup atau kebahagiaan orang orang yang di cinta.

Menuju 4 tahun tinggal di Ibukota untuk mencari nafkah, membuat tujuan hidup aku lambat laun berubah. Mengikuti arus pergerakan cepat Ibukota. Jalan, antri, menyebrang, bawa kendaraan, suara klakson, udara panas, banjir dan teman temannya buat aku merasa muak. Berkali kali bilang ke suami untuk pindah ke daerah dan menjauh dari Jakarta. Tinggal di desa, sederhana dan apa adanya rasanya cukup menggoda.

Tapi kebutuhan finansial juga ngga boleh dihilangkan begitu aja. Ada mimpi ingin punya rumah sendiri. Tabungan yang cukup untuk masa depan. Tapi rasanya lelah sekali menjalani rutinitas itu itu saja. Jadi serba salah.

Umur 27 tahun, umur pertama kali berperan sebagai istri. Ada tantangan baru, prioritas baru, masalah baru dan pastinya tekanan baru.

Ada beberapa prinsip yang selama ini dipakai ternyata tidak sesuai dan aku salah mengartikan selama ini. Misal, seperti menjadi lebih baik : do my best untuk menyentuh sempurna yang sebenernya tidak akan pernah ada. Juga rasa ingin tahu yang tinggi karena banyak hal di dunia ini yang baru aku ketahui kemarin kemarin. Sayangnya tidak ada kontrol disana sehingga aku terus memaksakan diri dan merespon setiap kondisi dengan terus berusaha dan berjuang sampai tidak tau lagi titik batasnya dimana. Bahkan bisa juga mengabaikan rasa lelah, tak istirahat dan sibuk dengan pencapaian didalam otak sendiri. Ada yang paling sedih ialah tanpa merasa bahagia dalam menjalani prosesnya.

Umur 27 tahun ini jadi titik dewasa (mungkin) untuk melihat bahkan menilai sesuatu. Rasanya perlu waktu 5-7 tahun untuk menjadi diri sendiri yang berbeda dari yang dulu. Ah, rasanya aneh.



Note : Tulisan ini mungkin dibuat saat 17 Februari lalu, tetap hari kelahiranku. Mungkin saat itu kurang percaya diri akhirnya hanya ada di draft. Hari ini aku berani untuk share, karena keresahan dan rasa khawatir bukan lagi suatu aib untuk dibagikan. Semoga tetap kuat ya buat kalian yang merasa juga.


Jakarta, 3 Juni 2020
Read More

Zona Waktu Kesuksesan & Kapasitasnya

Image : iphincow.com


Ternyata makin dewasa, makin bertambahnya usia menjalani hidup rasanya makin susah. Makin banyak orang yang dikenal, lingkungan yang makin luas, gaya hidup yang sedikit bergeser, makin sulit mempertahan visi hidup. Ya, selalu tergoda dengan rumput tetangga. Belum lagi efek media sosial, tetangga jauh saja harumnya sudah bisa kita hirup dari sini...

Sebuah kesimpulan bahwa "yang kita lihat dari luar belum tentu kita tau dalemnya seperti apa" memang selalu ditanamkan sebelum membuka aplikasi instagram, facebook atau bahkan WA status. Tapi sesaat setelah tenggelam dalam update-an nya, rasa insecure, gagal, ngga berguna, hidup ngga adil, selalu sengsara terus bergelantungan dalam pikiran yang kadang susah juga di stop nya. Padahal status yang terpasang tidak lebih dari 10 detik, ya itu hanya sekedar status, kan? Tapi pikiran ini beranjak seolah-olah menjadi masalah besar, membahas keadilan kepada Yang Maha Kuasa. Padahal definisi adil itu jelas subjektif dan masing-masing punya pandangan yang berbeda. Dan pastinya yang di atas jelas lebih tau kadar kebutuhan manusia nya. Dia melihat dari atas, kita yang ada dibawah hanya bisa lihat kedepan, tanpa tau masa depan seperti apa. Lucu ya?

Belum lagi less self love and appreciate with our self. Merasa segala yang sudah dan sedang diperjuangkan tidak berguna, disalip orang lain yang kita kira less effort dibandingkan diri sendiri. Tenyata status orang lain yang hanya sekedar status bisa berefek cukup panjang ya?

Berbicara tentang kesukssesan aku punya filosopi bahwa "bunga akan berkembang pada waktunya" kalo diibaratkan dengan lebih mudah dan hasil obrolan dengan suami akhirnya aku tarik kesimpulan bahwa kesuksesan memiliki zona waktunya masing-masing. Seperti waktu, mungkin disini sedang siang dan di belahan dunia lain sedang malam. Karena bumi ini berputar sama seperti roda kehidupan yang juga terus berputar. Mungkin saja dia sedang sukses sekarang, siapa tau besok bagian kita, kan? Zona waktu akan terus berputar sesuai arahnya, meski kita berusaha sangat keras luar biasa untuk merubah arahnya hal itu tak akan terjadi. Mustahil bisa berubah. Kalo kata Gitasav, untuk sesuatu yang sudah Tuhan gariskan nanti kenapa kita harus membuang waktu, usaha, emosi untuk sekarang? Jelas akan didapatnya nanti. Gitu katanya.

Bukan hanya tentang zona waktu kesuksessan, ternyata semakin aku menganalisa orang-orang dengan definisi sukses yang beragam, kesuksesan juga memiliki aturannya sendiri. Ada kapasitas nya, akan dijatuhkan di titik mana lebih tepatnya. Apakah mungkin di semua titik? Kalo kita pernah bertemu orang yang sempurna dari sisi materi, memiliki anak yang sehat nan lucu, pekerjaan/usaha yang stabil, agamis dan baik hati akan tetapi kita tidak tau didalem hati orang tersebut bagaimana, apakah bahagia, apakah selalu khawatir hartanya akan berkurang, apa lebih worry karena punya anak-anak yang lucu dan hal lainnya yang tak terlihat oleh mata.

Pun sama kapasitas kesuksesan setiap orang berbeda-beda. Ada yang lancar urusan keluarga, harmonis, memiliki anak, keluarga hangat namun sulit di materi alias pas-pasan. Ada yang sukses di karir, menjadi wanita mandiri, baik hati, agamis namun sulit bertemu jodohnya. Ada yang hebat secara materi, pintar, inspiratif tapi belum juga mendapat momongan. Ya, meskipun zona waktu akan menghampiri suatu saat nanti kepada kita akan tetapi kapasitas yang Tuhan beri pun  mugkin saja berbeda-beda.

Apa yang sudah diberi oleh-Nya selama ini mungkin terasa kurang, tapi bagi-Nya ini sudah lebih dari cukup untuk kita syukuri. Pernah kah merasa seperti itu?

Ah sudahlah! Lewat tulisan ini aku sedang mencoba memotivasi diri sendiri. Jika memang yang kita inginkan (sesuai definisi sukses sendiri) tidak sesuai kapasitas sukses menurut-Nya semoga kita tidak pernah lelah untuk bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. 3 Magic word : ikhlas, sabar, syukur.

Suatu tulisan mendadak ketika akan memulai kerja di rumah pagi ini. Semoga bermanfaat.



Jakarta,
3 Juni 2020






Read More

Kamis, 30 Januari 2020

Kehidupan (setelah) Menikah Part 2 : Ekspetasi Setelah Menikah

source : google


Namanya juga manusia ya sukanya buat ekspetasi tanpa persetujuan. Seenaknya aja berkhayal lalu membangun ekspetasi yang gak masuk akal. Ngebayangin aja udah happy banget, apalagi nanti pas ngejalanin nya? Hahaha zaman itu...saat itu...


Sekarang jadi belajar bahwa ekspetasi itu bisa membunuh! Sssttt sadis banget ya? Tapi emang iya sekejam itu. Makin tinggi ekspetasi, makin tinggi juga kemungkinan kecewa kedepannya. So, daripada ujungnya terjebak kekecewaan karena ekspetasi yang dibangun sendiri pas diawal, lebih baik kontrol ekepetasi dulu. Gimana caranya? Selain kontrol perasaan dan harapan, selalu cari tau segala kemungkinan yang akan terjadi dan siapin mental untuk itu. Tapi jangan berlebih ya, jadinya ga hidup di saat sekarang karena ketakutan akan resiko kedepannya.


Nah kali ini aku bakalan bahas 5 ekspetasi setelah menikah. Berdasarkan pengalaman dan 'rasa' yang dirasa selama menjalani rumah tangga ini. Yang berencana getting married di tahun 2020 pas banget untuk dibaca. Seengaknya bisa kontrol ekspetasi ya sist/bro hehe



1. Menikah bukan solusi dari masalah hidup kamu

Baca baik baik ya! Masalah tidak akan selesai setelah kamu nikah. Masalah akan terus datang meski kamu sangat berupaya keras menghindari itu. Mau single, setelah menikah, jadi seorang Ibu, pekerja di perusahaan pastinya masalah akan selalu ada. Masalah itu semacam bagian dari hidup itu sendiri. Kalo berharap ga ada masalah, tandanya ga ada kehidupan. Jadi please banget yang berharap masalah akan selesai setelah menikah itu sangat tidak mungkin terjadi. Rasanya ga adil masalah pribadi yang kamu punya sebelumnya, dan berharap sang pasangan bisa menyelesaikan itu. Pasangan kamu juga punya masalah sendiri. Dan ketika kamu berharap masalah selesai setelah menikah, rasanya nih seperti kamu lari dari masalah lewat pernikahan. Lari dari masalah bukan berarti menyelesaikan masalah. Gamau dong ya pernikahan yang suci dan khidmat itu jadi ternoda? #haseeekkk



2. Bisa bersama 24/7 adalah mitos

MITOS banget jika kamu berharap 24 jam sehari bisa miliki waktu pasangan kamu setelah menikah. Emang kamu siapa atur atur hidup manusia? Dia juga punya hati, perasaan dan hidupnya sendiri sebelum menikah. Kalo ada yang berhasil mendapatkan 24/7 waktu pasangan, percaya ga percaya ini akan jadi bom waktu di kemudian hari. Jangan batasi dunia pasangan kamu sebelumnya seperti hobi main game, motret, kongkow sama temen temen, dan lain sebagainya yang menunjang skill atau proses "me time" seseorang. Kamu punya gamau kan ya dilarang, dikekang sama pasangan? Padahal yang akan kamu lakukan untuk upgrade skill loh. Selengkapnya tentang ini bisa baca tulisan ini aku sebelumnya di Relationship Goals : Duniaku dan Dunia Tanpa Aku



3. Gak banyak yang berubah. Hanya menambah 1 peran saja

"Pokoknya setelah menikah aku bertekad akan jadi full time istri idaman, istri terbaik, istri solehah. I will do my best!" haha ambisius banget ya? Dan ketika kamu sibuk sama pemikiran itu (meski ada niat yang baik dan mulia) ya berujung kecewa. Apalagi jalo dilakukan tidak sesuai porsi dan kondisi. Perlu diingat, bahwasanya kamu sendiri memiliki peran menjadi diri kamu sendiri sebelum menikah. Misal : Nunga yang bawel, suka ikut kegiatan sosial, suka hang out sama temen temen, suka nulis, suka dateng ke konser dll. Atau sebagai anak kepada orangtua, sebagai kaka untuk adik bahkan sebagai manusia di dunia/lingkungan sosial. Kamu tetap punya dunia dan punya hak untuk mencapau mimpi mimpi besar kamu sendiri. Jangan terlena dan menaruh kebahagiaan kamu sama orang lain termasuk si pasangan (suami/istri). Karena kebahagiaan tanggung jawab masing masing. 



4. Setelah menikah makin romantis? Tergantung orangnya

Romantis itu tergantung orangnya. Bukan perubahan status pada seseorang. Kalo pada dasarnya dia romantis ya bakalan tetep romantis. Tapi kalo pada dasarnya dia cuek, ya gabisa di paksa romantis. Hal yang paling membahagiakan di dunia ini ialah menjadi diri sendiri dan merasa di cintai :)))) Dan please gausah pamer kemesraan di medsos kalo kalean sudah halal. Pake acara pelukan di atas kasur, pegangan, senderan mesra segala. Itu biar dibuat private aja. Tujuan pernikahan bukan hanya biar halal lalu pamer di medsos dan berkembang biak. Bukan. Ada yang lebih dalam dari itu. Hahaha gue julid banget ga sih? Ini dalam pandangan aku ya gaes jangan kesinggung yang suka pamer foto mesra di medsos hehe.



5. Siapin mental untuk ditanya "kapan" 

Netizen yang maha baik akan terus bertanya untuk membuatmu merasa kalah, salah, tertekan, tidak berguna dan menyesal. Seperti pertanyaan basa basi umum "udah isi belum?" Entah sudah berapa puluh kali denger pertanyaan itu dateng pas di awal awal pernikahan. Dari orangtua, keluarga, sahabat dan lain lain. Well punya anak/keturunan/hamil adalah kehendak Allah SWT dan wanita bahkan manusia gabisa untuk kontrol itu. Jadi pertanyaan basa basi dengan niat yang baik untuk peduli, jadi ternoda jika kamu lagi sensitif atau baper. Ya kalo belum dikasih kepercayaan isi juga ya mau gimana? Ikhtiar. Berdoa. Sabar. Dan tenang, kamu ga sendiri :))


Nah itu dia 5 hal ekspetasi setelah menikah. Yang ternyata ga sesuai dengan kenyataan. Ada yang merasakannya juga? Share di kolom komentar yaaaa :) Btw ini berdasarkan experience dan 'rasa' yang aku rasain sendiri. Ditambah sharing sama beberepa temen yang sudah menikah juga. Bisa sama dan mungkin banget berbeda. 


Semoga menginspirasi!

Jakarta, 30 Januari 2020





Read More

Rabu, 29 Januari 2020

Kehidupan (setelah) Menikah Part 1 : Berperan Sebagai Istri

Mr and Mrs Husband and Wife Couples Shirts - Matching Couples
source : pinterest


Gimana ya rasanya setelah menikah? Menjalani peran baru sebagai istri? Pertanyaan itu muncul dari diri sendiri. Iseng aja gitu nanya ke temen yang baru married. Ada perbedaan ga? Lebih seru nan excited ga? Terus se-asik pas masih pacaran atau gimana? Lebih romantis ga? Dan lain lainnya. Biasanya aku nanya ke temen atau sodara yang deket ya dan posisinya aku belum menikah. Semacam ada rasa atau sensasi membayangkan kehidupan setelah menikah itu gimana ya? hehe

And here we go! Aku mau sharing kehidupan setelah menikah terutama peran sebagai istri. Dan lumayan amazing lah, di luar bayangan aku sebelumnya. Padahal sebelumnya udah kepo banyak nanya ke orang orang tapi emang sih pas ngerasain langsung mah bedaaaaaaaaaa.


1. Gak bisa egois dan menang sendiri lagi

Yap betul. Setelah menikah (hmm sebenernya pas masih menjalin hubungan sih) rasa egois untuk mementingkan diri sendiri perlahan terkikis. Karena kan kita bikin komitmen sama orang lain, yang dimana orang tersebut juga punya rasa dan jalan pemikirannya sendiri. Jadi belajar banyak diskusi untuk setiap ambil keputusan. Apalagi peran istri sebagai ekor dan suami adalah Imam. Masih belajar untuk meredam ingin menang sendiri, gak mau kalah kalo debat dan teman temannya. Dalam suatu hubungan/organisasi/kelompok hanya butuh 1 kepala/pemimpin. Kebayang dong kalo ada 2 kepala gimana? Jadi belajar legowo meski tetep ada diskusi terlebih dahulu dan penjelasan lainnya sebelum memutuskan sesuatu. Inget ya, meski istri ambil peran sebagai ekor tapi harus jadi smart woman juga :)


2. Bangun lebih pagi

Bukan hanya dalam pengambilan keputusan, perubahan dalam menjalani peran istri bisa juga ke aktivitas sehari hari. Misal : Sebagai istri harus bangun lebih pagi dari suaminya, untuk menyiapkan sarapan/bekal sampai beresin rumah. Yang biasanya pas masih single habis solat subuh tidur lagi, sekarang udah pasti ga bisaaaaaa. Kecuali weekend hahaha. Apalagi pas kamu kerja, hmm pagi adalah waktu paling hectic. Harus dandan juga, masakin juga, beberes rumah juga hehe seru lah. Apalagi kalo nanti ada anak ya? Ga kebayang hehe.


3. Mendadak punya keahlian lain

Percaya gak percaya setelah nikah keahlian yang ada didalam diri mendadak muncul. Ya seiring berjalannya waktu dan situasi kondisi yang terjadi setiap hari. Keahlian memasak (cookpad dan resep Ibu selalu jadi andalan), keahlian membereskan rumah (literaly rumah ya bukan kamar kosan  pas waktu single wkwkwk), keahlian memijat ketika suami lelah pulang kerja, keahlian manage uang rumah tangga, keahlian berhitung dan keahlian lainnya yang menunjang peran istri di rumah tangga :p


4. Lebih banyak diskusi

Ini yang paling seru menurutku. Ya karena pada dasarnya aku anak extrovert ya hahaha :D salah stau alasan akhirnya aku memutuskan untuk menikah dalam hidup ini adalah aku punya partner seumur hidup. Partner alias temen ngobrol, temen jahil, temen menertawakan hidup, temen galau, temen yang semangatin untuk mencapai mimpi yang kayaknya ga mungkin dll nya. Makannya ngobrol jadi hal yang paling aku suka sebelum bobo sama suami. Semacam pillow talk, dari obrolan ringan sampai diskusi tentang perihal rumah tangga. Setelah menikah, ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan sebelum ambil keputusan. Dan sesi pillow talk dijadikan bounding hal apa saja yang perlu di diskusikan atau engga. Semacam mengkategorikan sesuatu dan menyamakan pandangan. Kalo emang pandangannya beda, kita cari titik tengah nya.


5. Punya bayi besar  

Ini secara pribadi ya, setelah menikah bapak suami jadi lebih manja dari sebelumnya. Sebagai istri, mengurus suami dari A sampai Z cukup menyenangkan. Serasa memiliki bayi besar. Ya latihan dulu yak sebelum dikasih rejeki keturunan sama Allah SWT hehe. Mengurus dari mulai pakaian dalam, baju, kaos kaki, bekal, isi didalem tas dan lain lainnya. Belum lagi kalo dia minta tolong sesuatu. Pas di awal pasti aku ngedumel tuh, elah ambil sendiri juga bisa. Eh lupa kalo ternyata sekarang dia udah jadi suami hehehe. Ya semoga apa yang sudah dilakukan menjadi ladang pahala. Bakti istri kepada suami #cihuy. Yang kebelet nikah, awas baper hehe


Nah itu dia 5 hal yang berbeda setelah menjalani kehidupan rumah tangga. Ya masih seumur jagung sih, masih 5 bulan tapi cukup seru untuk dijalani. Masih gak percaya, seseorang kaya aku bisa jadi istri dan ngurus suami hehe. Nah itu dia 5 hal yang berbeda dari pas single dan jadi istri. Apakah ada yang merasakan juga? Sharing di kolom komentar ya.


Semoga menginspirasi!

Jakartam 29 Januari 2020



Read More

Rabu, 15 Januari 2020

Kenapa Kamu Wajib Nonton Film NKCTHI? Ini Dia 4 Alasannya.




Image result for nkcthi
sumber : google


Halo semuanya! Mengawali tahun 2020, kamu sudah nonton film apa saja? Visinema yang kemarin buat film keluarga cemara sekarang mengeluarkan film keluarga terbaru : Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang sudah bisa kamu tonton mulai tanggal 2 Januari 2020 kemarin. Nah katanya sih film ini dijadikan film keluarga terbaik untuk mengawali tahun. Tenang ini bukan spoiler kok seriusan hehe.

Kenapa sih kamu wajib banget buat nonton ini? Simak 5 alasan menarik dibawah ini yaa. Eits ini bukan spoiler kok, tenang saja J

1.       Cerita Keluarga
Siapa yang percaya kalo pendidikan dasar dimulai dari keluarga? Jika kamu setuju, kamu harus nonton film ini. Dengan tag line #SetiapKeluargaPunyaRahasia menyajikan film dengan intriks dan masalah keluarga yang mungkin saja terjadi pada siapapun. Meski terlihat sempurna dan bahagia, nyatanya masing masing keluarga menyimpan masalah nya masing masing yang tidak terlihat. Dan masing masing anggota keluarga memiliki emosi yang beragam berdasarkan peristiwa di masa lalu, tekanan dan lain sebagainya.

2.       Akting Pemain Bikin Baper
Salah stau penilain film bagus selalin jalan ceritanya ialah acting dari para pemainnya. Dan ini terbukti dari film NKCTHI. Meski ada beberapa pemain baru, namun penjiwaan dan kharisma antar masing masing anggota keluarga tidak diragukan lagi. Semua bermain seakan akan sudah kenal lama menjadi keluarga, tau satu sama lain dan yang paling penting dapet banget perannya. Semacam menjiwai dari masing masing peran dengan karakter dan emosi yang berbeda. Penasaran? Coba tonton dulu trailer nya hehe.

3.       Diangkat dari Buku
Marchella EP adalah penulis dari buku booming NKTCHI. Sebelum buku ini booming, Instagram @nkcthi sempat viral dikarenakan kata katanya yang sesuai dengan keadaan dari masing masing manusia. Nah bagi kamu yang sudah membaca bukunya, dan pengen tau kalo dijadikan film gimana? Mungkin saatnya kamu nonton film ini. Atau jika kamu sudah baca bukunya dan tidak ada alur/plot cerita, kamu harus nonton film ini untuk menjawab penasaran yang ada di kepala.

4.       Film dengan semua target penonton
Target pasar selalu jadi poin penting dalam suatu bisnis/produk. Segmen pasarnya untuk siapa? Apakah tua, muda, anak anak dan lain lain. Tapi kalimat diatas dibantahkan dengan film NKCTHI ini. Film ini punya sudut pandang beragam seolah olah menjadi tokoh utama atau ikut ambil bagian 'rasa' dalam film ini. Film keluarga ini cocok ditonton oleh semua kalangan. Baik calon pasangan yang akan menikah, calon orangtua, seorang bapak, seorang Ibu, kaka pertama yang akan menikah, pacar dari anak pertama, anak kedua bahkan si bungsu. Angga D. Sasongko mengemas film ini dimana siapapun yang nonton akan merasakan hal yang sama dalam sebuah keluarga. Menimbulkan rasa empati akan setiap acting pemainnya sampai meninggalkan kesan terdalam dalam film ini. Unch banget deh pokoknya :*

Nah itu dia 4 alasan kenapa kamu wajib nonton film NKCHI. Kalo kamu ada alasan lain, boleh tulis di kolom komentar yaaa. Ayo segera ke bioskop, pas weekdays aja biar harga tiketnya murah nan terjangkau hehe



Semoga menginspirasi!
Jakarta, 06 Januari 2020

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.