MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Rabu, 27 April 2016

Kali ini, di Gunung Ijen


Kangen mendaki gunung! Tapi, karena cuaca sedang kurang bersahabat bagi aku (yang masih 'newbie' dalam hal mendaki) alias hujan, maka aku me-ngurungkan niat untuk ikut ajakan teman temanku mendaki. Tapi Ijen punya pesona lain kawan, dan aku terpesona olehnya. Bukan tanpa alasan aku memutuskan untuk mendaki kesana. Melihat pesona blue fire yang cuman ada dua di dunia, yaitu di Islandia dan Indonesia (tepatnya di Ijen) menjadi alasan utama. Ditambah saat itu, aku masih merantau di kampung orang, di kampung inggris Pare yang letaknya cukup dekat dibanding tempat asalku Bandung. Maka, tidak perlu berpikir panjang untuk memutuskan mendaki kesana. 

Gunung Ijen merupakan salah satu gunung aktif yang ada di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Kalo liat di peta, cari ujung paling timur pulau jawa bagian atas hehe. Gunung Ijen ini punya ketinggian 2443mdpl, lumayan tinggi jadi inget Cikuray yang 2821mdpl pertama aku :) Gunung ini berdampingan dengan Gunung Merapi. Apa yang spesial dari Ijen? Di atas puncaknya terdapat sebuah kawah, dinamakan Kawah Ijen. Kawah Ijen ini seperti danau kawah yang bersifat asam dengan luas 5.446 hektar dengan kedalaman 200 meter. Coba bayangin, bisa ga manusia bikin kawah diatas puncak gunung? Seindah Ijen dengan segala fenomena alamnya? Makin gapunya alasan buat sombong di dunia yang hanya sementara ini *pasang lagu melow* 

Menurut wikipedia yang aku baca, kawah ijen ini merupakan danau air sangat asam terbesar di dunia. Dan ini ada di Indonesia! Aku makin bangga jadi warga Indonesia! Kamu gimana? Kawah Ijen berada di Cagar Alam Taman Wisata Ijen, Kabupaten Banyuwangi. Saat ini pemerintah Kabupaten Banyuwangi sedang giat melakukan promosi besar-besaran. Penasaran? Baiklah mari kita mulai ceritanya.....

Siapa sih yang gak mau nge-trip dengan harga miring? Dari Pare, aku ikut salah satu travel cukup terkenal disana namanya travel Nassai. Ikut paket 3 hari 2 malam dengan objek wisata, Taman Nasional Baluran dan Ijen. Di bandrol dengan harga Rp 180.000,- untuk transport dan tiket masuk. Siapa yang gak tergoda? Ah, andai kamu ada disana, pasti pesona kamu tetap selalu bisa mengalihkanku pada nge-trip yang seratus delapan puluh ribu itu :p

Setelah menikmati Baluran *nanti ku posting ceritanya setelah ini* It's time to mendaki! Yipiiiiieee senangnya bukan main. Ini pendakian pertamaku bersama si keril baru, ku perkenalkan keril consina 50L ku. Sedikit cerita, keril ini beli pake uang sendiri, setelah minta anter temen keliling kota Bandung dari Dago Atas, Lengkong sampai Otten di hari terakhir tahun 2015, kamu tau maksudnya apa? Diskon akhir tahun braayy hehe lumayan. Dengan harapan, keril yang baru aku beli ini bisa bawa aku keliling Indonesia someday aamiin. Setelah pemikiran yang cukup mengasikan, maka keril yang berwarna merah ini ku beri nama 'Strong Red'. Dengan alasan karena keril itu berwarna merah dengan tipe keril stronghold hehe. Simple kan? Karena memang seharusnya hidup ini dibuat simple :)

Perjalan bermula dari Banyuwangi - Licin - Jambu dan sampai lah di Paltuding. Paltuding ini merupakan pintu masuk menuju lokasi Kawah Ijen. Saat itu pukul 00.30 dini hari. Sengaja, kami memutuskan mendaki malam untuk melihat pesona blue fire yang hanya bisa dilihat jam 02.00 - 05.00 pagi. Saat sampai, sudah ada banyak orang. Memang saat itu, hari Sabtu jadi wajar banyak orang yang datang. Di sana, terdapat tanah luas untuk tempat parkir mobil dan banyak warung. 

Warung menjual beragam makanan seperti soto, gorengan dan kopi. Lumayan, isi perut sebelum mendaki. Harganya cukup standar, mie pake telor di bandrol Rp 10.000,- ditambah bisa numpang charge hape juga. Disana juga dijual beragam perlengkapan untuk mendaki, seperti sarung tangan, kupluk dengan tulisan Ijen pastinya. Selain untuk di pake ke atas, bisa juga dipake untuk oleh-oleh haha bisaan juga bisnisnya mantap! Harganya juga lumayan murah, temanku beli kupluk seharga Rp 25.000,- sampai Rp 30.000,-. Oh ya, jangan kaget kalo disana banyak yang menjual jasa tour guide menuju lokasi kawah ijen untuk melihat blue fire

Pendakian dimulai jam setengah dua pagi. Udah kerasa banget dinginya. Ini pertama kalinya aku summit, alias naik di malam hari. Treknya lumayan nanjak, eh bukan lumayan lagi tapi beneran nanjak dari bawah sampai atas ga dikasih bonus kaya Cikuray. Tapi bedanya, aku mendaki sambil bisa lihat bintang di langit dan lampu lampu kecil pancaran dari Kota di bawah sana, entah kota apa, mungkin Banyuwangi, entahlah apa pokoknya keren. Penyemangat banget lah. Sesekali aku istirahat sambil meneguk air yang kubawa. Saat itu terasa sekali dinginnya. Saranku, dari bawah jangan langsung memakai jaket yang tebal karena nanti pas mendaki pasti keringetan. Jadi taro saja jaketnya di tas untuk di puncak nanti. Dan jangan lupa bawa senter atau head lamp, perhatikan jalan dan kanan kiri soalnya kadang ada jurang yang masih belum ada pembatas. Ingat keep safety ya guys!

Sambil makan permen karet, aku menikmati pendakian itu sambil merasa penasaran bentuk blue fire seperti apa. Katanya, setiap ke Ijen belum tentu bisa ketemu sama blue fire. Kalo cuaca lagi mendung ya pasti ga aka keliatan. Agak degdegan sih, kata bapak di warung bawah tadi, pas magrib hujan. Semoga berjodoh bisa ketemu blue fire, selain berjodoh denganmu pastinya :) Perjalanan kurang lebih 1,5 sampai 2 jam. Sampailah aku di puncak jam 03.30 pagi. Gas belerang sudah sangat terasa, perlengkapan masker menjadi nomor wahid. Di puncak, dingin makin menjadi, suhu sekitar 10 derajat bahkan 2 derajat. Angin juga terasa sangat kencang, maklum di puncak.

Barulah jaket mulai kupake, dingin dan anginnya menusuk sampai ke tulang. Berniat istirahat sebentar sambil memandang langit di pagi buta kala itu. Lalu, temanku mengajak untuk turun kebawah melihat langsung blue fire. Rugi rasanya, sudah berjalan sampai puncak tapi tak berjumpa dengan blue fire. Turunlah kita kebawah dengan menyewa masker yang kaya tukang cat dengan harga Rp 25.000,-. Kata bapak di warung bawah, kalo ada yang nyewain seharga 50 ribu jangan mau. Sebenernya cuman pake masker atau buff yang dibawa ga masalah, cuman bau belerang menyengat dan aku ga sanggup bertahan.

Dari puncak Ijen, aku turun lagi kebawah. Perjalanan kurang lebih 30 menit. Hanya ada satu jalur, jadi harus bergantian sama yang mau ke atas atau sama tukang tambang tradisional yang bawa beban cukup berat. Bapak bapak strongggg! Jalan dengan trak bebatuan, harus cukup cermat memilih jalan. Kadang gas belerang mulai terasa dan berhasil bikin mata perih. Bukan hnya perjalanan menuju puncak, perjalanan ke lokasi kawah itu butuh perjuangan ditambah berpacu dengan waktu, karena kalo udah lewat jam 5 pagi, jangan berharap bisa liat blue fire :( 

And finally sampailah di bawah. Asap tebal ada disana. Banyak orang yang sudah berkumpul dengan kamera nya di tangan masing masing seperti sedang menunggu sesuatu untuk di potret. Jarakku hanya beberapa meter saja dari asap. Bau belerang tiba tiba menyengat hidung meski sudah pake masker dan selalu berhasil bikin mataku perih bukan main. Lalu fenomena alam itu terjadi, di balik asap tebal aku melihat sesuatu yang berwarna biru. Seperti api. Oh, itu bentuk blue fire rupanya. Aku juga melihat dengan sigap, para penambang tradisional setrong mengambil belerang dan dibuat dalam segala bentuk untuk pajangan. Blue fire terjadi kurang lebih 3-5 menit sekali. Saat itu, seluruh pengunjung terlihat takjub dibuatnya. Ah sungguh sangat mempesona! Jadi penasaran bentuk blue fire di Islandia kaya gimana ya? hehe

Disana juga aku melihat banyaknya bintang yang bertebaran di atas kepalaku, saat itu waktu menunjukkan jam 04.00 subuh. Indah, sungguh indah! Perasaan kaya gini yang berhasil buatku kecanduan untuk berdekatan dengan alam. Setelah puas melihat blue fire, lalu aku ke atas. Sayangnya ga bisa lihat sunrise di atas puncak Ijen. Tapi penggantinya, aku dapat dengan jelas melihat kawah yang berwarna biru ke tosca-an itu. Fajar mulai terbit, dan kawah Ijen makin terlihat keren. Pemandangan di Puncak gak kalah keren. Dari atas, aku bisa lihat trek yang sudah aku lewati semalam tadi bentuknya seperti apa, cukup ekstrim kawan dan aku berhasil sampai atas. Ada rasa bangga yang gak bisa diceritakan. 

Sekitar jam 07.00 pagi, setelah melihat keindahan di sekeliling puncak Ijen, aku memutuskan untuk turun ke bawah. Aku juga sempat melihat, beberapa penambang tradisional sedang sarapan dengan bekal yang sudah mereka bawa masing masing. Setelah berhasil ku intip karena faktor penasaran, mereka makan tidak mewah, tidak ada daging hanya tempe. Dan mereka makan dengan lahap. Terlihat nikmat dari wajahnya. Di Ijen aku belajar tentang kerja keras dan perjuangan. Bayangin dong, mereka para penambang belerang tradisional bawa bebatuan berat dari puncak Ijen ke bawah yang jalan normal aja bisa ampe 2-3 jam. Itu pekerjaan mereka setiap hari. Kebayang otot mereka seperti apa? mereka bekerja seperti itu untuk melanjutkan hidup atau memberi nafkah untuk keluarga. Apa mereka mengeluh? Apa mereka menyalahkan takdir? Syukur tak terhingga untuk hidupku, Ayah dan Ibuku mencari nafkah tidak sampai seperti itu. Salut banget buat para penambang disana. Ah, setiap perjalanan adalah pembelajaran buatku.

Pemandangan saat turun gak kalah indah. Semua hijau. Sampai bawah sekitar jam 9 pagi, toilet jadi tujuan utama hampir semua orang. Banyak yang antri dan airnya dingin bukan main. Rasa cape mulai terasa. Lalu sekitar jam 09.30 pagi, kita memutuskan untuk pulang dan membersihkan diri di pom bensin atau restoran mengingat perjalanan pulang masih sangat jauh. Di dalam mobil, pikiranku berkelana tentang Ijen. Masih dengan bau belerang yang menempel di badanku. Ah, perjalanan yang selalu mengesankan dan ada sudut lain yang bisa aku pelajari di dalamnya.

Buat temen temen yang mau ke Ijen, jangan lupa bawa masker dan jaket tebel ya. Pake pakaian dan khususnya celana yang nyaman. Sepatu yang nyaman juga pastinya. Treknya pas banget buat pemula. Ga perlu banyak bawa barang, perjalanan cuman 2-3 jam. Paling bawa makanan ringan saja. Tapi tetep, pastikan badan kamu dalam keadaan fit. Kalo mau summit, penting banget bawa senter atau head lamp, kalo bisa satu orang satu gan, buat kemananan sendiri. Kalo gamau nyewa masker tukang cat, saat belerang tiba tiba menyengat, kamu bisa basahi masker mu dengan sedikit air. Buang air kecil dulu sebelum mendaki, soalnya agak susah cari semak semak hehe. Dan yang paling penting, jangan buang sampah sembarangan yaaaaa! Sama jaga kelestarian yang ada disana. Gamau dong, satu satunya blue fire di Indonesia ini jadi tercemar cuman gara gara egois nikmatin alam tapi buang sampah sembarangan. Apalagi dengan ditetapkannya Gunung Ijen sebagai cagar biosfir oleh UNISCO Maret 2016. Wah keren kan tuh, yuk jaga bersama! Seperti aku yang selalu menajaga kamu dalam doa. Sekian.


Foto sama bule selalu jadi magnet tersendiri
tak lupa dengan teman baru dari Pare


Pas lagi summit, 
Salah satu partner ngetrip, namanya Asep asal Bengkulu tanpa darah sunda


Bentuk trek saat turun

Pas lagi di puncak dengan caption
'kapan ajak aku ke puncak pelaminan?'


Setiap perjalanan adalah pelajaran
Bapak setrong, semangat yah pak!


Wujud blue fire, diambil oleh tangan dan kamera Asep

Pendakian pertama sama si Strong Red hehe
Gunung Ijen, 05-03-2016


Ditulis di Bandung, 27 April 2016 pukul 23.16 WIB
diiringi lagu dari Konspirasi Alam Semesta nya Fiersa Besari dengan segelas teh manis hangat.

6 komentar:

  1. Krenn Strong Red_nya. Tapi setrongnya masih kalah sama Bpk2 yg ada di sana :)

    BalasHapus
  2. wah baru aja nih. ceritanya panjaaaaaang. tp keren :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih masih tahap belajar, belum kaya yg di sana sudah expert hihi thanks btw :)

      Hapus
  3. gw juga punya temen asal bengkulu namanya dadang tapi gak ada darah sundanya haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin nama sunda sangat jadi nama favorit di Bengkulu sana haha

      Hapus

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.