MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Rabu, 02 September 2015

Oh, DILAN!


Aku sedang duduk diatas kasur, di depan laptop setelah mengabiskan susu di gelas yang yang tinggal sedikit lagi. Waktu menunjukkan pukul 14.10 WIB. Disebelah kanan kasur, ada jendela yang menghadap ke luar. Disini view paling favorit aku untuk menikmati senja atau memandang bulan dan bintang di malam hari. Dan satu lagi, rumah ini tidak sedang dijual.

Kamu tau DILAN? bagi penggemarnya sang Ayah pidi baiq pasti sudah tidak asing lagi. Sebenarnya aku sudah tau DILAN dan pidi baiq beserta buku buku yang lainnya, tapi aku (belum) tertarik. Sampai akhirnya ketika saya berniat mau pinjam buku Stephen Hawking ke salah satu temen SMA, dan dia merekomendasikan untuk saya membaca DILAN terlebih dahulu. Yaudah aku nurut, dan aku dipinjami buku DILAN bagian satu dan dua seklaigus.

Awalnya, saya kurang menyukai novel non fiksi. Apalagi yang berlatar belakang asmara putih abu, menurutku itu lebay. Meski dulu waktu SMP dan SMA saya punya koleksi novel teen-lit yang cukup lumayan. Dengan niat iseng aku mulai baca DILAN dan temen bilang gini "Baca deh nung, 2 hari juga kelar." "masa sih, tebel gila. Gue aja buku yang tipis sebulan belum kelar" "nanti lo bakal terbawa susasan, percaya deh!"

Dan you know what, aku baca DILAN bagian satu dalam waktu 5 jam. Dan baca DILAN bagian dua keesokan harinya dalam waktu tidak lebeih dari 4 jam. Pasti kamu bisa lebih cepat baca dibanding aku? tidak masalah itu urusanmu soalnya ini rekor buat aku sendiri hahahaha. 

Pidi Baiq mengemas cerita dalam bentuk kata ganti orang pertama alias 'aku'. Seolah-olah sang pembaca menjadi sang tokoh utama wanita yaitu Lia. DILAN di bagian pertama bener-bener buat penasaran sama ending novelnya gimana, tapi disana ada rasa gamau buru buru selesai baca. Ingin sangat menikmati setiap moment, apalagi saat saat manis Dilan mengistimewkaan Lia hahaha :) hastag sirik :p

Dibuku DILAN bagian pertama, ini jadi favorit saya dibandingkan buku DILAN bagian kedua. Karena apa? karena DILAN pertama menceritakan tentang 'proses' awal bertemu sampai akhirnya Dilan dan Lia berpacaran. Alias aku lebih suka proses mereka pedekate sampai mereka pacaran hehe lebih gimana gituuu membawa saya ke masa-masa putih abu.

Tapi bukan berarti DILAN bagian dua ga seru! Disana aku lihat kalo cinta itu ga selamanya happy ending dan long lasting. Ga harus memiliki juga. Dan segala problematika anak SMA. Hahahahaha bagian yang aku suka di buku DILAN bagian dua adalah saat Lia membuat pernyataan di depan orang tua nya, Tante Anis dan Yugo (yang sudah baca pasti tau, yang belum ya yuk baca dulu hehehe) bahwa Dilan adalah pacarnya dan dikeluarkan dari sekolah hanya demi membela dirinya :) moment paling keren dan keren pisan!!! :D

Di buku DILAN bagian dua juga, apalagi di bagian terakhirnya bahwa waktu memang akan merubah seseorang. Tapi perasaan akan tetap sama dan terus berjalan. Aku setuju, sama pernyataan pidi baiq yang bilang bahwa masa lalu ada untuk di kenang dan dibiarkan bukan untuk di perdebatkan.

Ah Dilan, andai aku SMA di tahun 1990 maka aku akan sangat beruntung mengenalmu. Membawa sesuatu yang baru, seperti roller coaster hehe :)

Yang belum baca, ayo baca! Lumayan penghilang penat nungguin di acc sidang akhir sama dosen pembimbing hehe. Yang sudah baca duluan, duh gue kok telat ya? :p


Ada yang aku suka dari pidi baiq, katanya :

"Tujuan pacaran adalah untuk putus.
Bisa karena putus hubungan, bisa karena putus untuk menikah"

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.