MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Selasa, 17 Juni 2014

Tukang Becak dan Aku?

"Suatu malam kota Bandung di guyur hujan. Tepatnya di jalan yang biasa saya lewatin ketika pulang ke rumah. Nama daerah itu Antapani. Di depan terlihat ada tanjakan dan sedikit macet, saya yang biasa menggunakan motor setiap harinya memilih menyalip lewat jalan kiri. Di depan saya, ada sebuah pemandangan yang menyeret hati, menyeret hati sangat dalam. Dengan susana sedang hujan, saya melihat seorang tukang becak sedang mengayuh becaknya, si bapa itu sedikit kesulitan ketika harus melewati tanjakan karena dia harus mengantar dua penumpang ke tujuannya. Dia mendorong becaknya sekuat tenaga. Otot-otot di betis kedua kakinya sangat terlihat jelas, karena bapa itu mamakai celana pendek. Kaos kaki lusuhnya masih terus dipakai bersamaan dengan sepatunya yang sudah tidak layak pakai. Setelah melewati tanjakan, si bapa mulai mengayuh lagi becaknya sambil membenarkan jas ujan yang melekat di badannya karena terkena angin. Jas hujan dari plastik biasa, yang begitu tipis dan saya yakin tidak melindungi seluruh badannya dari dinginnya air hujan."

Miris sekali rasanya liat kejadian itu tepat di depan mata saya. Ketika saya menyalip becaknya di jalan kanan, saya melihat senyuman di wajah si bapa sambil terus menggoes becaknya, melawanya derasnya air hujan yang hinggap di mukanya atau melawan dinginnya malam dengan jas ujan berbahas plastik tipis.

Ya Allah rasanya terharu sekali melihat kejadian itu. Getirnya hidup sangat dirasakan bagi mereka yang serba kekurangan. Kebosanan hidup dirasakan bagi mereka yang hidup dengan penuh kelebihan. Kekurangan hidup dirasakan bagi mereka yang mungkin sudah lupa rasanya bersyukur seperti apa. Kadang pake motor aja saya masih suka ngeluh dan merasa kurang, hujan sedikit malah marah-marah, uang mulai habis minta tambahan ke orang tua, temen ngajak main diturutin semua demi sebuah prestise belaka dan biar keliatan gaul didepan orang-orang. Apakah kamu termasuk seperti itu? :)

Hidup ini lucu ya? Banyak yang merasa kekurangan, banyak juga yang merasa berlebihan tetapi selalu merasa kekurangan. Yang paling bahagia adalah mereka yang selalu merasa cukup meski hidup dengan segala kekurangan. Ada yang bilang uang bukan yang utama dalam mencapai titik kebahagiaan, ada juga yang bilang orang munafik lah yang percaya bahwa uang sama sekali tidak memberikan kebagiaan dalam hidup seseorang. Yap berbagai spekulasi dibicarakan orang-orang, namun saat ini saya belum menemukan mana yang sesuai. Hidup ini penuh warna, hitam putih, manis pahit, asam asin semuanya ada. 

Melihat kejadian tersebut, saya menyadari satu hal, dalam kondisi sesulit apapun tetaplah tersenyum, berusaha keras dan yakinlah semua akan baik-baik saja. Bersyukur apa yang sudah Allah kasih sampai saat ini, bersyukur atas nafas yang masih Allah berikan sampai detik ini, bersyukur atas segala fitrah yang tetap ada dalam didalam diri. Maaf ya Allah, saya selalu lupa mengucap syukur pada-Mu.


-Semoga bermanfaat, 17 Juni 2014-

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.