MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Kamis, 19 Juni 2014

Kegalauan Mahasiwa (menuju) Tingkat Akhir


Setelah habis muter-muter se-Kota Bandung cari buat magang kerja alias KPK (Kuliah Praktek Kerja) dari kampus. Iya deh iya tau deh tau mahasiswa (menuju) tingkat akhir memang di 'paksa' harus ngikutin segala kurikulum atau sistem yang sudah ada. Well saya sih ngejalaninnya dengan fun (semoga beneran fun ya) pasti niatnya baik dan Insyaalloh kedepannya akan mendatangkan kebaikan juga.

Perbincangan sore itu di kantin kampus, niat nya sih cuman nunggu temen yang lagi nge-juriin calon kandidat ketua himpunan periode depan. Tapi tanpa sadar saya sama temen si bebep ae bercerita panjang lebar tentang ke-galauan "Mahasiswa (menuju) Tingkat Akhir" 

Banyak banget yang kita obrolin, melebar kesana-sini dari mulai sisitem pendidikan yang ada, betapa pendidikan moral dan attitudes adalah nomor wahid dibanding pendidikan akademik yang sudah ada. Style anak muda zaman sekarang (khususnya wanita), tempat kuliner yang ada di Bandung, obrolan-obrolan untuk menjadi mahasiswa anti mainstream, masa muda yang harus benar-benar dinikmati sampai obrolan di titik ke-galauan luar biasa setelah 'kita' lulus kuliah akan berkiblat kemana?

Banyak kesamaan pikiran diantara saya dan bebep ae. Obrolan terakhir itu mengerucut dan terus mengerucut  hingga sampai pada titik super galau. Saya memang orang yang suka ngobrol, saya suka cerita, saya suka bicara. Bukan tanpa alasan tapi memang kodrat saya seperti itu dari dulu. Ternyata yang saya rasakan akhir-akhir ini juga dirasakan oleh dia. Kalo liat track record *hehe* ke belakang ya, bebep ae ini adalah pasangan sejati saya untuk mencapai segala keinginan-keinginan yang ada di kampus, mulai dari beasiswa yang ada, beswan djarum, sampai pertukaran pelajar ke Jepang. And well hasil yang selalu kita dapetin itu semuanya BELUM sesuai dengan keinginan kita. Bisa dibilang bebep ae ini adalah pasangan duka-suka bersama hehe

Pemikiran saya dan ae untuk out of the box sebagai seorang mahasiswa atau menghabiskan masa mudanya 'sesuai keinginan' ternyata harus dibayar dengan realita yang ada. Terasa sulit untuk menjadi 'berbeda' dari yang lain, banyak banget hambatannya. Hambatan disini lebih kepada hambatan didalam diri masing-masing. Gejolak yang ada, kaya ada pro dan kontra di dalam hati #ciyeeh

Kenapa sih yang lain pada santai? apa mereka ga punya tujuan atau mimpi kedepannya bakal jadi apa? atau mereka sudah pasrah dengan realita yang ada sebelum bertempur? atau kita berdua yang mempunyai mimpi besar dan takut sebelum memulai? ah sudahlah~

Oke lanjut ke bahasan awal mengenai kegalauan seorang mahasiswa (menuju) tingkat akhir. Setelah lulus nanti dan menggelar SE kita bakalan kemana? ngapain? dimana? jadi apa? dapet gajih berapa? sukses atau engga? bahagia atau engga? itu semua pertanyan yang selalu hinggap di kepala saya akhir-akhir ini. Ini terasa menjadi sulit, banyak sekali pertimbangan dan tekanan bagi sana sini untuk seorang wanita. Keliatannya lebay ya? atau mungkin segala ketakutan di dalam hati saya yang buat ini semua terasa sulit dan lebay?

Di awal saya memutuskan untuk kuliah ambil bidang ekonomi dan jurusan manajemen, saya kepengennya kerja di Bank. Tapi saya gamau mendapatkan uang dari ketidak-bebasan waktu, terikat dan rutin menjalankan hal yang sama. Intinya saya gamau jadi pekerja. Saya pengen jadi broadcaster, pengusaha wanita sukses, jalan-jalan tapi dapet duit, jadi motivator yang sellau menjadi sumber inspirasi kaya miss Mery Riana dll. Problematika dan perdebatan hati terus bergejolak semakin hari sampai menuju semester terakhir dalam kuliah saya. Saya tau, hidup adalah pilihan. Lakukan apa yang pengen kamu lakukan! Pejamkan mata dan coba rasakan hati kamu bergerak kemana. Seseorang mengatakan kepada saya, bahwa segala sesuatu yang dipikirkan pasti yang dibayangin plus-minus nya, pro-kontranya kaya gimana, jangka panjangnya seperti apa, terus nanti ditambah segala ketakutan-ketakutan yang belum terjadi. Tapi kalo dirasakan oleh hati, yang kita bayangin adalah plus atau kesenangan-kesenangan saja, membayangkan nya saja sudah senang apalagi merealisasikannya?

Saya sedang mengurangi hal itu, saya mulai mencoba mengambil keputusan atau melakukan sesuatu berdasarkan hati kecil saya, tanpa pemikiran yang panjang ataupun kolot. Hidup ini untuk dinikmati bukan? bukan untuk dipikirkan hingga dahi berkerut dan semeua terasa buntu atau berada pada titik yang sama terus menerus. Saya tau  berbicara seperti ini 1000 kali lipat jauh lebih mudah dibandingkan melakukannya, tapi lewat tulisan ini saya mengajak kamu untuk tidak seperti saya, open mind dan menikmati segala yang ada.

Terapi berpikir memang sangat diperlukan, masa muda yang penuh ke-galauan? ah sudahlah  mungkin ini yang disebut sebagai titik nol kaya kata-kata nya Soe Hoek Gie. Setelah melewati titik nol, akan menjadi titik balik dalam hidup kita, terus meroket ke atas atau turun merosot ke bawah? jawabannya ada di hati masing-masing. Mempertahankan idealis atau menyerah pada realita yang sudah ada. Apakah benar masa depan adalah sebuah ketidakpastian?

Semoga bermanfaat :)

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.