MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Jumat, 03 Mei 2024

Queen Of Tears #Review Rating 9/10 - Life After Marriage


Baca Blog nya Sambil Dengerin Ini

Ini drama korea yang lagi booming banget karena alur cerita nya yang sangat relate dan tentunya visual paripurna dari pemeran utamanya Kim So Hyun & Kim Ji Won :) Drama ini menceritakan tentang pasangan suami istri yang sudah menikah 3 tahun dan sedang berada dalam 'fase' krisis dalam rumah tangganya. Dibumbui dengan cerita keluarga, memperebutkan perusahaan sampai penyakit tumor otak. Semua pemeran antagonis dalam cerita ini punya alasan yang jelas kenapa mereka bisa melakukan itu. Denger denger syutingnya sampai 11 bulan untuk drama sebanyak 16 episode. Waw niat banget!

Well langsung aja ya apa sih yang bisa kita pelajari dari Queen Of Tears ini in my POV sebagai perempuan yang sudah menikah selama 5 tahun :


1. Krisis Pasutri Baru

Yes, namanya menikah dan hidup bersama tentu sesuatu yang baru. Janji manis saling mencintai & jatuh cinta setiap saat bisa saja terbentur dengan beragam hal yang terjadi sehari-hari. Dari sesuatu yang besar bahkan yang kecil sekalipun. Misal saat Hae In dan Hyun Woo sama sama cape kerja, pengen di mengerti tapi malah jadi memperdebatkan hal hal sepele dan gak penting. Tiap ada masalah tidak pernah langsung diselesaikan dan akhirnya menumpuk seiring berjalannya waktu. Meledak bak bom waktu. Berdebat sengit demi mempertahan ego masing-masing. Jadinya mengeluarkan kata kata yang saling menyakiti satu sama lain.


2. Campur Tangan Keluarga

Setelah menikah memang baiknya tinggal sendiri. Mulai 'belajar' mengenal satu sama lain dalam satu atap tanpa ada intrupsi dari keluarga/saudara dll. Kaya semacam bikin kokoh pondasi dalam tahap awal membangun rumah. Terlalu banyak material gak penting dalam bangun pondasi, ya gak bagus juga ya. Hyun Woo merasa kesulitan di awal awal pernikahan karena satu rumah dengan keluarga istrinya yang konglomerat itu, yang jelas berbeda jauh dengan keluarganya yang berasal dari keluarga petani. Terkadang Hyun Woo dianggap lebih rendah oleh keluarga Hae In, dan sikap dinginnya Hae In membiarkan itu terjadi terus menerus tanpa membela suaminya. Namun Hae In sebagai istri malah gak nangkep sinyal Hyun Woo yang udah mulai muak tapi gak bisa ngapa-ngapain. Akhirnya Hyun Woo jadi acuh terhadap istrinya yang sebetulnya wanita butuh diperhatiin, dimanja gitu. Bahkan Hyun Woo udah mempersiapkan surat cerai untuk Hae In.


3. Keguguran

Nah siapa sangka, keguguran bisa jadi masalah baru dalam awal awal rumah tangga. Rasa ingin memiliki buah hati harus sirna dan pasti bikin suami-istri patah hati. Namun tiap orang pasti punya caranya sendiri untuk 'berduka'.  Hae In misal menyibukkan diri bekerja lebih giat agar cepat lupa akan keguguran yang sudah dia alami. Terlintas dia merasa disalahkan atas keguguran yang sudah terjadi. Padahal Hyun Woo gak bilang apa-apa.  Dan Hyun Woo malah merasa Hae In sebegitu mudahnya lupain 'calon' anak mereka. Kaya ambil kesimpulan sendiri di otak masing-masing, tanpa make sure fakta ke pasangan masing-masing. Jadi mulai salah paham deh. Padahal mereka berdua betul betul merasa berduka juga.


4. Komunikasi

Ini yang jadi akar masalah di awal awal rumah tangga Hong-Baek di Queen Of Tears. Mengkomunikasi sesuatu ke pasangan yang tidak ter-delivered dengan baik. Sepenting itu komunikasi itu untuk mencegah hal hal besar yang akan terjadi di kemudian hari. Menurutku se-simple kabarin kapan pulang. Harus pulang kerja telat, sedang merasa sedih, lagi pengen sendiri gamau di ganggu dan lain lainnya.


Terlepas cerita tentang tumor otak, memperebutkan penerus perusahaan dan menjadi seorang kepala desa. Tapi 4 point diatas yang aku highlight dari sisi kehidupan setelah menikah :) Ada kata-kata dari Baek Hyun Woo yang bilang kalo dia tidak berjanji untuk terus saling mencintai, tidak akan berpisah bahkan bisa saja akan saling membenci, tapi satu hal yang pasti diia akan terus ada di sisi istrinya selamanya. 

Dan memang betul, kehidupan setelah menikah isinya 'kompromi'. Gak selamanya mesra, mulus apalagi saling jatuh cinta bak pasangan kasmaran everytime everyhwhere sebelum  menikah. Kaya hidup aja kan, gak semua berjalan sesuai rencana. Tapi bagaimana kita bisa lewatin itu dan percaya bahwa hal hal kaya gitu adalah 'bagian' dari kehidupan rumah tangga yang harus dilewati. Disclamier ya kalo selingkuh, KDRT, judi online, narkoboy itu sih beda lagi. Ini bahas tentang berantem berantem kecil yang diawali dengan perbedaan pendapat misal cara didik anak, istri kerja apa engga sampai perkara nabung pake platform apa :p

Apa yang bisa kamu pelajari dari drama ini? Yuk, share di kolom komentar ya! Aku ranting drakor ini 9/10 karena sekeren ituuu dibuat nangis, ngakak, sedih, ketawa dan nangis lagi sepanjang 16 episode. 


Bogor,

Jumat, 3 Mei 2024

Read More

Minggu, 07 April 2024

What I Gain & Lost Since Became A Mam?


"what do you think you gain and lost since you became a mother? haha"

Saat sedang bercakap ria dengan teman di kantor lama, tiba-tiba temenku nanya itu. Ya ku jawab sejujur-jujurnya betapa lelahnya jadi Ibu... Beberapa hari berlalu eh ternyata pertanyaan itu terus terngiang-ngiang di kepala sampai akhirnya tulisan ini dibuat.

Banyak hal yang belum aku sadari dan keluarkan sebenernya apa aja sih yang berubah dan bertambah semenjak aku menjadi seorang Ibu? Sampai Kala usia hampir 2,5 tahun aku (masih saja) terus observasi dan belajar apa aja sih yang buatku agak kesulitan being a mother. Rasanya peran dan aktivitas berubah 100% semenjak Kala lahir dan makin merasa 'sepi' menginjak Kala usia 2 tahun. Mungkin awal awal pas new born maish euforia punya anak pertama banyak yg bantu dan bla bla bla. Tapi melakukan aktifitas yang sama setiap hari (mandiin anak, nyuapin anak dan teman temannya) cukup membuatku jenuh. Belum lagi hadapi anak tantrum. Ternyata aku tidak sesabar dan sekuat ini hadapi anak toddler.

Sempet merasa kurang, sedih dan kadang banyak gagalnya kelola emosi yang baik saat anak sedang bertingkah. Kok orang orang atau gaya parenting di media sosial yang ajarin gentle parenting bisa ya tetep tenang saat anak tantrum? Kok aku gak bisa? Aku salah apa? Aku kurang apa? Pertanyaan ini terus ada di pikiran yang akhirnya bikin cape dan frustasi sendiri. Kalo bukan aku yang gagal jadi Ibu, apa memang anak ku yang super aktif? apa dia normal? apa perlu diajak ke dokter pertumbuhan dan perkembangan anak? pertanyaan pertanyaan itu yang bikin jadi cape sendiri.

"what do you think you gain and lost since you became a mother?"

Balik lagi ke pertanyaan diatas, rasanya banyak lost nya ya semenjak aku jadi Ibu. Aku gak perlu jawaban kaya "jadi ibu tuh ya balasannya surga. Liat anak senyum tuh semua lelah jadi hilang. Bersyukur punya anak, yang lain susah banget punya anak" dan respon yang kontradiktif atas apa yang sedang aku rasakan. Saat hati dan pikiran udah ke reset, respon seperti itu sangat membantu ya. Tapi akupun perlu memvalidasi segala emosi yang sedang dirasakan : cape, sedih, frustasi, kecewa, lelah, kesel dan marah. Lalu menerima semua emosi tersebut sambil peluk diri sendiri dan bilang "it's okay Nunga, kamu sudah berusaha dan berjuang sampai hari ini. Besok kita coba lagi ya, pelan pelan aja. Gak usah jadi Ibu yang sempurna, Kala ga butuh itu. Jadi Ibu yang selalu bahagia dan nikmati setiap prosesnya. Gak apa apa rehat sejenak, jauh sebentar dari anak, itu bukan berarti kamu jadi Ibu yang jahat"

sedih banget ngetiknya hahahahahaha

Sekarang aku bener bener bisa mengerti dan memahami pilihan Ibu lainnya yang memilih jadi working mom atau cukup punya anak satu. Setiap orang punya problem dan caranya sendiri saat hadapi masalah. Apa aku yang terobsesi untuk jadi Ibu yang baik ya? Saking excited akan peran baru dan belajar banyak hal, jadi lupa kasih cinta ke diri sendiri sekedar mengobati luka yang makin hari makin menganga. Kukira dengan memastikan suami dan anak cukup, itu juga cukup untukku. Ternyata engga. Pada satu titik apa yang ada didalam diri berontak dan protes bahwa diri ini juga butuh perhatian, butuh kasih sayang bahkan pelukan. Cukupkan diri dulu, baru orang lain?

"what do you think you gain and lost since you became a mother?"

Apapun yang didapatkan dan (mungkin banyaknya) yang hilang setelah jadi Ibu semoga bisa buat diri ini bahagia setiap harinya, terutama dengan diri sendiri. Bahagia dengan diri sendiri tanpa perlu bantuan dari orang lain. Bisa atasi segala emosi negatif dengan baik-baik saja (tanpa melampiaskan ke anak). Itu udah sebuah pencapaian besar. Tak perlu liat cara prenting orang lain alias media sosial yang kayaknya ya full hapinnes ever after :)

By teh way, baca blog ini sambil dengerin lagu Sleeping Through My Finger :)

Baca quote dulu boleh nih :


Peluk jauh buat para Ibu yang sedang merasakan hal yang sama!!


Cilacap, 7 April 2024

Read More

Rabu, 20 Maret 2024

Manusia dan Ekspetasi-nya


Sebuah tulisan random habis dengerin lagu Ghea Indrawari - Teramini. Terus salah fokus sama beragam komen netizen yang cerita tentang hal hal yang diinginkan namun belum terjadi juga. Ada yang susah banget dapet kerja padahal udah sarjana. Pejuang garis 2 sudah bertahun-tahun dengan effort bukan main-main. Masalah ekonomi setelah 10 tahun berumah tangga dan hal lainnya. Kalo dibaca satu satu sih, masalah saya (atau mungkin kamu) tidak seberat mereka ya.

Well point yang mau saya tulis bukan lagunya sih tapi lebih ke....apa manusia setiap melakukan (sudah selesai) akan sesuatu jadi punya ekspetasi? Yang mana ekspetasi tuh jadi next step from their journey, apa maju atau mundur. Tapi kalo stagnan alias ga maju-mundur alias yang diingin gak terkabul kok jadinya galau ya, kok jadinya doa tak terkabul ya dan perasaan negatif lainnya. Saya juga dulu gitu pemirsa pas under 30 years old tuh usia-usia banyak maunya, banyak effortnya juga tapi ga banyak siap untuk hasil akhirnya hehe

Misal nih ya niat kuliah sampai S1. Terus udah wisuda kok gak dapet dapet kerja? Susah amat sih cari kerja padahal udah cape cape kuliah dengan IPK Cumluade tapi kok belum ada yang mau nerima? Jangan salah, saya pun dulu nganggur 1 tahun baru dapet pekerjaan tetap dan itupun posisi yg saya ambil based educationnya SMA alias ga perlu S1. Ya tapi mau gimana, tetep saya ambil wong saya butuh duit atau batu lonjatan buat next karier. Eh tapi gak semua berpikir ke arah sana loh. Ada yang tetep keep woles bertahan ingin kerja di perusahaan bonafit atau BUMN atau PNS jadi bertahun-tahun nganggur it's okay. Ada yang bener keterima dan ada yang sampe sekarang masih nganggur. Kesimpulan : jalan hidup/takdir tiap orang beda-beda meski melakukan effort/doa/tawakal yang sama :)

Jadi yang diharapkan mahasiswa kita tuh udah lulus sekolah ya kerja. Padahal cari kerja zaman sekarang susah susah gampang. Selain tentunya orang dalem, 'mental' juga kudu udah kebentuk pas lagi proses bersaing/hiring. Padahal kalo di pikirkan lebih dalam, meaning kita sekolah a.k.a kuliah kan untuk menuntut ilmu ya, ilmu yang nantinya insyaallah bermanfaat buat diri sendiri atau sekitar. Nah masalah dapet status sosial next level atau gajih, ya tergantung lagi sih gimana....jadinya pas ekspetasi kita gak terpenuhi ya jadi totally stresfull. Galau, merana, bergeserlah passion atau tujuan hidup. Pas banget berbenturan sama quarter of life crisis terus ketemu ikigai haha itu sih saya banget usia 23-27 tahun :)

Belum lagi kalo persoalan nikah. Misal tujuan nikah adalah untuk selesai dari masalah pribadi (nganggur bertahun-tahun, belum ketemu carier path yang jelas) jadi decide nikah ya untuk jadi problem solving. Padahal ye padahal menikah itu malah nimbulin masalah baru karena tiba-tiba kita kudu serumah sama orang asing dengan habbit/background yang beda. Mulai tuh main main ego dan kawan kawannya. Belum lagi yang niat nikah "ah saya mau nikah mau jd IRT, urus anak dan suami, pusing kerja ga sesuai passion terus" nah loh....kalo ga langsung dikasih 'hamil' sama Allah terus gimana? Buyar kan rencana harapan indah akan sebuah kehidupan after married. INI CERITA SAYA PRIBADI LOH hahahaha

Mengira hamil adalah perkara mudah. Karena banyak ABG labil yang married by accident kok bisa (?). Ya jadinya frustasi karena ekspetasi (lagi-lagi) gak terwujud. Padahal hamil atau enggan cuman Allah yang tau best time nya kapan. Wong itu urusan nyawa manusia. Urusan kehidupan seorang manusia yg kelak jadi hamba-Nya.

Intinya si ekspetasi bener bener membunuh sih. Ditambah lingkungan society kita yang ngebentuk suatu pola yang kita juga gatau darimana asalnya dan harus jadi suatu keharusan. Misal : habis lulus sekolah/wisuda harus kerja. Habis nikah ya punya anak. Habis punya anak 1, ya lanjut anak 2, 3 dst. Habis beli rumah ya mobil dong. Habis punya mobil dan rumah, ya masa gak haji atau sodakoh. Dan seterusnya. Nanti pas kita udah meninggal society bilang "katanya orang kaya kok tahlil isi beseknya gini amat" hadeeeeh cape deh..

Makannya jadi manusia zaman sekarang kudu pinter-pinter jaga diri dari godaan omongan orang-orang a.k.a society yang sok tau sama hidup kita. Ditambah bumbu bumbu media social atau influencer yang ambyaaarr hidupnya kok muluuuuss terus ye. Kita jalan berlubang gak selesai selesai didepan udah banjir. Ya kalo mau adu siapa hidup yang paling menderita sih gak ada selesai-selesainya. 

Banyak yang kira hidup kita selalu oke, selalu stabil, selalu happy, selalu banyak uang bisa sana sini. Padahal gak tau aja kita mati matian cari uang tambahan sambil begadang dan kurangi rebahan. Kita coba irit dengan rajin masak setiap hari biar bisa ajak anak staycation. Kita inhale-exhale tiap habis solat subuh untuk siap hadapi toddler tanpa nanny dan ART. Karena sejatinya manusia ingin selalu terlihat bahagia dan baik-baik saja. Lagian kalo kita ngeluh ke orang-orang, dari 90% yang dengerin sih mereka ga peduli peduli amat. Sisa 10% nya buat di nyinyirin lah masalah kita. Atau yang balik respon gini "masalah u gak seberapa sama gue" lah langsung pa sombong sombong kesengsaraan hidup.

Tarik napas dalam....ya gitu lah pemikiran saya yang habis nyapu ngepel pas kala lagi bobo sore ini. Random banget langsung ditulis di blog.

Kalo kata kamu gimana? Apa bener ekspetasi tuh bisa bikin kita galau nan frustasi? Atau malah jadi lebih terpacu semangat meraih mimpi? Sharing yuk..



Bogor, 20 Maret 2024

Read More

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.