MEANING OF LIFE, JOURNEY, TRAVELLING AND HAPPINESS

Rabu, 03 Agustus 2016

Berdamai Dengan Masa Lalu


Bagiku rasa bingung teramat dalam ialah ketika kamu secara tidak pasti, tidak mengetahui letak kekurangan dan kesalahan kamu dimana. Untuk sesuatu yang menurut kamu sangat berharga. Untuk sesuatu yang benar benar kamu inginkan dalam hidup. Padahal kamu merasa seolah-olah kamu sudah melakukan yang terbaik. Berusaha sekuat tenaga. Namun hasil tidak sesuai harapan. Maka otak dengan cepat flashback lalu meng-observasi kejadian secara rinci. Mencari berbagai kemungkinan kesalahan yang tidak sengaja dilakukan. Atau kesalahan sepele yang menurut orang adalah sesuatu yang besar. Perlu persepektif dari segala penjuru untuk menemukannya. Lelah? Sudah pasti! Berusaha tidak dipikirkan, tetapi tetap saja otak masih terus mencari jawaban setidaknya untuk membuat si hati sedikit tenang. Apapun yang sudah kamu temukan, hasilnya baru sebatas 'asumsi' pribadi. Tidak ada bukti akurat. Point nya bukan tentang kesalahan atau kekurangannya, tetapi ketidakpastian ke-akuratan suatu asumsi sendiri. Bahasa anak gahulnya 'digantung'. Dan sudah terbukti, sangat tidak menyenangkan.

Hari ini, ada lagi yang aku pelajari lagi tentang diri sendiri. Tentang mengenal diri sendiri. 'Penasaran' ternyata bisa membuat hati terluka (bagi saya). Rasanya seperti perdebatan antara keyakinan didalam hati dengan panca indra yang menggambarkan realita. Bertolak belakang. Makin hari, makin menyiksa seperti luka yang terus ditetesi air garam. Perih. Sebenernya rasa perih dibuat oleh diri sendiri karena belum berani alias belum siap menerima realita/jawaban yang gak sesuai ekspetasi. Bergelut dengan diri sendiri sangat melelahkan. Dibawa setiap waktu selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Ekspetasi itu membunuh!

Mungkin ini yang dinamakan rantai gajah. Menjalani kehidupan tetapi masih terjebak terhadap perasaan masa lalu. Tau rasanya gimana? Kaya mayat hidup. Hidup tapi ga seutuhnya ada saat itu. Apa yang setiap aku lakukan si otak masih saja (tanpa komando) mempertanyakan masa lalu yang belum terjawab. Aku belum selesai dengan masa lalu. Dan saat aku belum selesai dengan masa lalu, aku belum siap menghadapi hidup saat ini. Hasilnya akan selalu nihil. Karena hati, pikiran dan perasaan masih tertinggal di belakang.

Ketika perdebatan dengan diri sendiri terus berlangsung, faktor eksternal menjadi satu satunya pengaruh dalam hidupmu kedepannya. Entah lingkungan, keluarga, teman, hobi atau bahkan agama. Semua dilakukan untuk bisa memperbaiki diri, untuk berdamai dengan masa lalu. Termasuk menggunakan rasa ikhlas yang katanya solusi paling mujarab. Tapi ikhlas tidak segampang teori. Butuh proses, ada rasa sakit didalamnya dan sudah pasti ada sesuatu yang kamu korbankan.

Namun, setelah mengetahui alias menemukan jawaban yang bukti ke-akuratannya hampir 90% (karena feedback datang dari orang lain yang sudah mengamati diri kita cukup lama), rasa lega mendadak muncul. Feedback yang datang secara bertubi, menusuk hati sampai meninggalkan rasa kecewa. Ternyata banyak hal yang perlu diperbaiki dari aku, sikap yang kurang efektif bahkan hal yang terlihat sepele namun akan berdampak besar nan luas terhadap lingkungan. Bukan hanya tentang pekerjaan, tapi semua feedback yang datang benar benar dijadikan pembelajaran dalam kehidupan sosialku. Sekarang lagi dalam proses penyembuhan hati. Meskipun rasanya sepertu habis dicambuk (karena hati dan pikiran menyetujui dan juga menerima akan semua feedback yang datang), beban yang selama berbulan-bulan menempel tanpa arah kini berkurang sedikit demi sedikit. Seperti terbebas dari rantai gajah. Lega. Bebas. Lepas. Dan siap menyambut hari ini, saat ini.

Perjalanan menjelajahi diri sendiri memang tiada batasnya. Selalu ada sesuatu baru yang bersumber dari dalam diri yang bisa di gali, di temukan, lalu dicari solusi nya. Untuk apa dicari? Untuk siap dijadikan pembelajaran jika hal tersebut terjadi di kemudian hari. Jadi gak kebingunagn lagi dan siap menerima dengan senang hati. Seperti buku yang pernah aku baca kalau 'Receiving is a part of happiness'. Sekarang aku sedang belajar dan mengatur otak (mindset) bahwa hidup adalah sebuah 'penerimaan' dengan sadar dan utuh. Bismillah. Btw, apa yang aku tulis dari atas sama sekali bukan membahas pria ya. Atau belum move dari yang dulu hehe. Hanya sebatas tulisan, mengekspresikan perasaan yang labil biar emosi bisa seimbang setelahnya. Terimakasih untuk teman, buku, artikel dan alam semesta yang telah mengingatkanku untuk berani menerima dan berdamai dengan masa lalu. Terlebih Allah SWT yang masih mengizinkanku untuk terus ber-tafakur dalam menjalani hidup ini. Sudahkah kamu makin mengenal terhadap diri sendiri?

0 komentar:

Posting Komentar

Ditunggu kritik dan sarannya ya agan agan!

Total Tayangan Halaman

NungaNungseu. Diberdayakan oleh Blogger.